Overture... [2]

49 19 11
                                    

Cirebon Timur, Juni 2014

Sejak pengakuan privat Ayah bulan lalu, aku jadi lebih banyak diam. Ayah masih sering minta aku antar. Di perjalanan, tak hentinya dia merajuk supaya aku mau datang ke rumah kontrakan Ayah dan menemui istri barunya. Tapi aku menolak.

Aku masih trauma.

Takut barangkali Ayah menikahi monster lagi.

Tapi di penghujung bulan ini, aku memberanikan diri untuk bertandang. Dalam hati penasaran juga.

Sekarang aku tahu alasannya. Ayah sering minta turun di pinggir jalan karena dia ingin menemui istrinya dulu. Ayah sering tak pulang ke rumah karena dia telah punya rumah baru.

Rumah itu kecil dan sederhana, namun terkesan megah karena dibangun dengan bahan-bahan kualitas super. Setelah pintu terbuka, ternyata wujud monster itu tak begitu menyeramkan. Dia tampak welcome dan ramah padaku, sehingga membuatku berpikir, mungkin itu hanyalah muslihat. Kami bertiga duduk di ruang tamu dan Ayah mengenalkan kami.

Belum sampai sepuluh menit, mendadak Ayah mendapat telepon untuk segera datang ke kantor. Dan tinggal lah aku berdua dengan si monster baru. Dalam hati mau mengecek juga, seberapa parahkah monster ini dengan yang di Panguragan.

Intinya, setelah Ayah pergi, kami saling berbincang. Mengakrabkan diri masing-masing.

Ibu, wanita ke tiga yang dinikahi Ayah ternyata bukan monster. Dia wanita baik, begitu menurutku.

Wanita itu ternyata juga seorang ibu dari tiga anak. Dua pertama merupakan anak dari pernikahannya dengan pria lain sebelum Ayah. Satu yang terakhir adalah anak Ayah.

Anak Ayah? Berarti aku telah punya adik kandung seayah?

Saat aku bertanya di manakah adikku, ternyata dia sudah dipeluk Tuhan. Usianya di dunia ini hanya tujuh hari.

Aku sedih. Ternyata aku punya adik tapi tak sempat bertatap muka.

Dan wanita itu mengaku bahwa kini tengah mengandung anak ke-duanya dengan Ayah.

Di sini, aku nggak tahu harus berbuat apa.

🌞🌞🌞

Cirebon Timur, Agustus 2014

Ini bulan ke dua aku dan Ayah memiliki rahasia bersama. Ya. Istri baru Ayah sampai saat ini masih tertutup rapat. Hanya aku yang tahu.

Aku baru sadar. Ternyata Ayah sangat lihai menjaga rahasia pribadi. Buktinya, menikah secara sah di mata hukum dan agaman pun hampir empat tahun tertutup rapat.

Dalam hati aku bersyukur juga bahwa si monster itu belum tahu kenyataan yang sebenarnya. Dia tahunya Ayah setia, padahal?

Sebenarnya mudah bagi Ayah untuk melepaskan si monster. Sebab pernikahan siri kan tidak bisa digugat di pengadilan. Tidak perlu repot mengurus hukum.

Hari ini aku mengambil tawaran Ayah untuk tinggal bersama 'ibu baru', tapi aku lebih suka memanggilnya Mimi.

O ya, informasi penting lainnya yang perlu kalian ketahui tentang Mimi adalah dia tinggal berdua dengan anak lelakinya di rumah kontarkan Ayah. Anak perempuannya, si sulung, tinggal di Cirebon Utara, ikut ayahnya.

🌞🌞🌞

Cirebon Timur, November 2014

Ibu, hari ini aku punya adik baru. Hahahaha lucu, ya? Saat usiaku 21 tahun, adik bayi baru lahir. Bahkan jika teman-temanku tahu, pasti mereka akan berkomentar: "Syam, dia lebih cocok jadi anakmu ketimbang adik."

Adik bungsuku diberi nama Mahardika oleh Ayah. Iya. Adikku laki-laki. Jadi aku cuma punya satu adik perempuan. Eh, dua dengan yang sudah dipeluk Tuhan.

🌞🌞🌞

Cirebon Timur, Februari 2015

Boleh dikatakan, aku penduduk baru di daerah ini. Meski tidak berniat menetap, tapi setidaknya aku perlu sedikit bergaul dengan para tetangga. Di depan rumah kontrakan Ayah ada warung. Di sini juga banyak anak-anak. Tapi yang sepantaran denganku rasanya tidak ada. Paling mereka satu atau dua tahun di bawahku, dan satu atau dua tahun di atas usiaku.

Setengah tahun hidup bersama Mimi, aku mulai menemukan kehangatan yang mirip dengan Ibu. Walau begitu aku sadar diri. Aku tidak punya ikatan apa pun dengannya.

Bu, putramu ini sudah dewasa. Seharusnya Ibu tahu itu dan berhenti bermain kucing-kucingan dengan anakmu sendiri. Aku bukan anak kecil lagi yang gampang dibohongi.

Jangan salahkan aku jika dulu aku pernah jadi anak nakal. Suka keluyuran malam karena memang nggak betah bertahan lama di dalam rumah yang rasanya seperti di neraka.

Tapi, Bu. Kali ini mungkin Tuhan mulai melirikku. Dia kirimkan seorang ciptaanNya yg jelita di tengah-tengah kesuraman hidupku.

Awal pertemuan kami di pasar malam rutinan tiap kamis sore. Itu diadakan di desa tetangga.

Sebenarnya sih itu tidak bisa disebut sebagai pertemuan karena memang dia hanya lewat di depanku.

Posisiku saat itu tengah hangout bareng teman lama yang memang sengaja datang untuk bersua. Dan dia lewat di depanku bersama Mbak Sari dan Malik. Mbak Sari itu tetangga Mimi. Rumahnya persis di samping utara Mushalla, dan rumah Mimi persis di samping selatan Mushalla. Lalu Malik, dia adalah putra dari salah seorang ustaz di daerah situ.

Tapi gadis itu, aku benar baru kali ini melihatnya. Siapa?🌞

SYAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang