Sekitar tahun 2012.
Malam itu tidak seperti malam malam biasanya. Beranjak ke lantai dua, aku yang belum melaksanakan shalat isya duduk di lantai, beristirahat sejenak karena kelelahan. Ku lipat tanganku dan mulai menahan rasa kantuk. Aku mulai tertidur..
...
...
...
Aku membuka mataku perlahan.
Gelap.
Namun dapat kulihat dengan cukup jelas benda disekitar ku. berbaring dengan tangan tetikat menghadap kamar mandi di lantai satu. Tunggu.. tangan terikat? Ya! Ku coba untuk menggerakan anggota tubuhku yang lain tapi tak ada yang sanggup untuk melepas belenggu ini.
Ayat kursi!
tapi.. membaca basmallah pun aku tak sanggup! Mulut ini terasa kaku, seakan-akan lidahku terikat dan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Aku terus meronta, meronta dan meronta. Mencoba melepas belenggu ini, namun hasilnya tetap nihil.
Entah bagaimana, akhirnya kali ini aku benar benar terbangun. Segera aku bangkit dan berlari menuju orang tua ku. melihatku turun tangga dengan tergesa-gesa dan ketakutan, mereka memutuskan untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi padaku.
Mengatur nafas dan duduk disamping mama, Aku mulai menceritakan kejadian yang baru saja ku alami pada mereka.
.
.
.
Dalam istilah suku kami -sunda, kami biasa menyebut kejadian itu dengan reup-reupan atau ereup ereup. Sedangkan, dalam istilah medis, dikenal dengan sebutan sleep paralysis.
Apakah kalian pernah mengalami hal yang sama? Merasa lemah tak berdaya di tempat gelap tanpa mampu berteriak meminta tolong..
[Based on true story]
Informasi tentang sleep paralysis /link/ dapat dilihat di kolom komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan "mereka"
Horroraku bukan anak indigo. tapi mereka selalu menemuiku. mengajak untuk berinteraksi. mengharapkan reaksi nyata dari diriku. apakah kalian cukup berani? menjadi diriku, yang di penuhi dengan siluet "mereka" Atau benarkah hanya sebuah siluet belaka? [mos...