Dreamer - 4

63.8K 10K 619
                                    

Pendekatan tapi nggak pakai hati
Biar kalau ternyata nggak jodoh
Sakitnya nggak sampe pengin mati

-Kanya Maisa Putri-

Malam ini aku habiskan dengan berbalas chat dengan Rega, benar kata Izzy ternyata rumahnya dekat dengan rumahku, malah rumah Rega dekat dengan rumah mantan atasanku dulu. Dan bisa dipastikan kalau Rega ini termasuk orang yang berada, karena setahuku perumahan itu didominasi dengan rumah-rumah gedong. Nyaliku ciut, tetapi aku merasa nyaman ngobrol dengannya, aku merasa nyambung bahkan kami seperti teman lama. Oh, ya obrolan kami sudah berpindah ke akun WhatsApp, tidak lagi di DM Instagram, ya selangkah lebih majulah.

Rega : Kanya kelahiran tahun berapa sih?

Kanya : Wah, ini plesetan buat nanya umur ya? Hahaha... aku lahir tahun 92.

Rega : Wah, nggak sopan dong dari tadi manggil nama ke aku. 😋

Kanya : Heh? Kamu tahun berapa?

Rega : 91. Sebenernya terserah mau manggil apa, tapi manggil nama ke yang lebih tua itu nggak sopan lho.

Gila mau banget dia diakui lebih tua, lagi-lagi ego pria bermain nih. Untung saja dia lebih tua dariku, aku terlalu takut kalau ternyata aku mendapat brondong, aku aja kekanakan begini, apalagi harus meladeni brondong. Tapi ya, sebenarnya tergantung orangnya juga sih.

Kanya : Jadi mau dipanggil apa? Mas, Akang, Aa, Abang, Kakak?

Rega : Hahaha... Kakak aja deh.

Kanya : Oke Kak Rega. Udah malem nih, aku ngantuk.

Tidak terasa ternyata kami sudah chat hingga tiga jam dan saat ini jam menunjukkan pukul sebelas malam. Aku benar-benar nyaman ngobrol dengan Rega, dia berwawasan luas, aku langsung membidiknya untuk menjadi calon narasumber untuk cerita baruku. Sekarang Rega bertugas di bagain barang bukti, dulu dia sempat bekerja sebagai auditor juga di salah satu perusahaan konsultan. Dari Izzy aku tahu kalau Rega itu sarjana ekonomi dan juga sarjana hukum. Sama seperti Izzy yang sekarang juga sedang mengambil kuliah S-1 lagi jurusan hukum, katanya kalau ada kesempatan untuk menjadi jaksa, dia bisa ikut.

Rega : Okee kalau gitu. Night Kanya.

Kanya : Night Kak Rega.

Aku berbaring terlentang di atas kasurku, menarik napas dalam-dalam dan memikiran apa yang terjadi, apa memang ini tepat untuk berkenalan dan dekat dengan Rega. Jujur aku takut, minder juga, pokoknya perasaanku jadi satu. Aku tidak pernah begini sebelumnya, sebelum dikenalkan dengan Rega aku memang sempat dekat dengan pria lain, ada yang tentara, ada juga yang pegawai biasa. Tapi, aku tidak pernah merasa minder. Aku begitu percaya diri menghadapi mereka semua, walaupun akhirnya hubungan yang terjalin harus putus begitu saja, banyak alasan yang melatar belakanginya.

Kebanyakan karena aku merasa tidak satu frekuensi dengan mereka. Syarat utama hubungan berjalan lancar itu komunikasi yang sejalan, dan itu tidak aku temui di antara kandidat sebelumnya. Tapi dengan Rega... aku merasa nyambung, oke aku tahu ini baru awal, bahkan kami baru memulai chat dua hari terakhir, tapi kesan pertama aku ngobrol dengannya benar-benar nyaman.

Rega tidak pernah menanyakan pertanyaan basi seperti, 'udah makan?' atau 'udah salat'. Ya, paling dia hanya mengatakan 'makan aja dulu' atau 'salat dulu ya' aku tidak tahu sih, tapi itu berbeda, tidak terkesan basa-basi saja. Tapi aku juga harus realistis kan? Dia terlalu sempurna, bukan dari segi fisik, karena aku akui fisik Rega biasa saja. Ibu dan adiknya membuatku ciut, perwira kepolisian, bukan jabatan yang main-main. Mereka semua punya pekerjaan serius, tugasnya melindungi negara ini. Sedangkan aku, terlihat punya pekerjaan yang hanya sekadar main-main. Satu pertanyaan terbesarku, kalau kami merasa cocok bagaimana dengan keluarganya?

I'm A DreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang