Orang yang benar-benar mencintai kamu
Nggak akan pernah meninggalkan kamu
Seberat apapun situasi yang dia hadapi-Kanya Maisa Putri-
"Kanya ada yang pengin dimakan nggak? Apa gitu?" tanya Rega saat mobilnya sudah jauh meninggalkan jalan rumahku.
Aku berpikir sejenak, jujur aku masih kenyang. Tadi pagi aku sarapan satu buah jeruk, harusnya memang ini jam makan siangku, cuma entah karena lambungku yang sudah mengecil sejak aku menjalani diet kenyang atau karena gugup karena bertemu dengan Rega, jadi aku merasa kenyang seperti ini.
"Penginnya apa? Yang berkuah-kuah gitu? Atau apa?"
"Yang berkuah? Soto? Boleh tuh," sambarku karena sudah kehabisan ide mau menyantap apa.
"Oke kalau gitu kita makan soto, ke Abah Opan aja, gimana?"
Aku mengangguk setuju. Sepanjang perjalanan kami tidak pernah kehabisan bahan obrolan, benar-benar seperti teman lama, aku juga tidak merasa canggung berada di dekatnya. Padahal pembahasan kami hanyalah hal-hal biasa tapi terasa begitu seru. Aku memperhatikannya yang menyetir di sampingku, Izzy sudah mewanti-wantiku untuk jangan menilai dari fisik, tapi kalau diperhatikan lagi, Kak Rega tidak masuk kategori jelek, dia memang tidak ganteng seperti Izzy, kulitnya lebih gelap beberapa tone, tapi kalau aku perhatikan dari sini, dia cukup manis, hidungnya mancung mengimbangiku yang memang mancung ke dalam ini, bentuk bibirnya bagian atas dan bawah sepertinya sama besarnya tapi tidak tipis atau tebal, sedang saja, warna bibirnya agak gelap tapi masih terlihat merahnya, aku yakin kalau Rega kurus, wajahnya pasti tirus, tapi karena dia berisi sekarang, ada lemak di bagian pipinya, dan itu menggemaskan menurutku.
"Kapan Izzy pulang ke Jogja?" tanya Rega.
"Hari Senin kemarin."
"Eh, dia nggak bilang-bilang. Susah banget mau ngajak dia ketemuan sibuk banget dia kalau udah balik ke Palembang."
"Lah, padahal dia selama di Palembang selalu sama kami, Kak. Seminggu dia di Palembang, empat hari sama kami terus."
Rega menoleh padaku. "Serius? Padahal hari apa gitu mau diajak ketemuan, dia bilang nggak bisa. Udah nebak sih, dia pasti lagi sama kalian."
"Lebaran aja Kak ketemuannya. Dia lebaran juga nongkrongnya di rumah Kanya, dari lebaran pertama malah."
Rega tertawa. "Ya ampun, sok sibuk ternyata dia ya. Lebaran nggak bisa, Nya. Mau mudik."
"Eh, mudik ke mana? Kakak orang Jawa, ya?" tebakku.
"Tetot! Salah, Kakak orang OKU*. Kenapa mirip orang Jawa, ya?"
Aku mengangguk. "Oh ternyata orang OKU. Kirain Jawa, soalnya Izzy bilang Kakak orang Jawa."
"Nenek Kakak Jawa sih dari sebelah Mama, tapi Papa asli OKU, dulu kecil juga mainnya di dusun sana," jelasnya. "Kalau Kanya orang mana?" tanyannya.
"Kanya orang Indonesia," jawabku sambil nyengir.
Rega memandangku lalu mengangguk sambil mengulum senyum. "Oke, orang Indonesia."
"Hahaha... Kanya juga bingung sih, Ayah campuran, ada Jawanya, ada Lampungnya. Tapi ayah lahir di Jakarta. Kalau Ibu asli Palembang. Kita pake asas Ius Soli aja ya, berdasarkan tempat kelahiran, jadi Kanya orang Palembang," jelasku panjang lebar.
Rega tertawa mendengar penjelasanku. "Jadi lebaran di Palembang, ya?"
"Iya, lebaran di Palembang, jadi upik abu. Ayah kan anak pertama, walaupun udah nggak ada sekarang, tetep aja kakak paling tua itu dikunjungi lebih dulu, mana keluarga Ayah sama Ibu banyak. Ya, jadi tukang goreng pempek sama cuci piring deh di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Dreamer
ChickLitKanya Maisa Putri, seorang penulis yang melejit saat mengunggah tulisannya di aplikasi Skywrite. Lika-liku menjadi seorang penulis dilakoni oleh Kanya, masalah dengan para pembacanya, ketakutannya kalau buku yang dia tulis tidak laku, belum lagi keb...