5

507 76 16
                                    

Ternyata Ino tidak benar-benar meninggalkanku.

Dalam diam, ia menungguku di luar ruang arsip, memberiku privasi untuk berbicara dengan Sasuke.

Ino menyambutku dengan seringainya. "Sudah selesai? Ternyata topik pembicaraan kalian tidak begitu menyenangkan ya."

Oh, ternyata dia menguping.

"Begitulah," balasku seperlunya.

Lagi pula, aku sendiri juga tidak mengharapkan sesuatu yang menyenangkan dari sosok Uchiha Sasuke.

"Jadi, kau benar-benar tertantang untuk ikut seleksi ini?" tanya Ino ketika kami berjalan menyusuri koridor.

"Ya, dan kau tahu apa yang kurasakan sekarang, Ino? Berdebar!"

"Karena Sasuke?" tanyanya dengan tampang sok polos.

Seharusnya aku tahu dan aku harus terbiasa dengan sikap menyebalkan Ino.

Aku mendengus. "Kalau aku sampai berdebar karenanya, bunuh saja aku, Ino."

"Bisanya sih kalau dalam kasus seperti ini, kau akan menjilat ludahmu sendiri, Sakura." Ino memberiku tatapan menantang. "Tapi, yah, kalau itu maumu, akan kubunuh kau sesuai permintaanmu."

Aku tertawa renyah. Hei, aku ini Haruno Sakura. Mana mungkin aku akan menjilat ludahku sendiri?

"Oh ya, Sakura. Lebih baik besok kau terlambat ke sekolah seperti biasa. Jangan masuk kelas, dan aku akan menunggumu di taman."

Ah, aku jadi ingat soal itu. Sekarang aku harus waspada pada tiap hal buruk yang akan menimpa kami.

Karena firasatku mengatakan, misi yang akan diberikan Sasuke, tidak akan mudah diselesaikan.

Aku pun mengangguk. "Kita harus selalu bersama, atau kita akan gagal di langkah pertama."

■ ■ ■

Seperti perintah Ino, keesokan paginya aku menunggu di taman. Suasana taman di sekolah ini memang selalu sepi, jadi jangan heran kalau aku sudah mirip seperti orang gila di taman ini.

Sudah dua jam aku bersembunyi di taman, menunggu Ino yang tidak kunjung muncul batang hidungnya. Kemana sebenarnya dia? Tidak mungkin kalau Ino jalan-jalan mencari informasi baru selama ini. Aku yakin itu.

Karena Ino adalah tipe orang yang cekatan dan efisien.

"Astaga di mana dia?" Aku pun mengeluarkan ponsel lalu mencoba untuk menghubungi nomor Ino.

Ternyata nomornya tidak aktif.

Sial, apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini? Apakah ini adalah bagian dari rencana Sasuke?

Aku mencoba untuk mengingat berbagai informasi yang kuketahui, namun otak kentangku tidak dapat bekerja secepat otak Ino. Aku pun berjalan mondar-mandir di taman seperti orang stress.

"Apa yang Sasuke katakan sebelum pertemuan kemarin berakhir?" gumamku masih mencoba mengingat semuanya. "Aku harus menghadiri rapat hari ini. Kalau tidak, aku akan gagal. Tunggu, tunggu! Sepertinya aku mengingat sesuatu."

Aku memejamkan mata lalu membayangkan pertemuan kemarin layaknya film yang diputar di dalam otakku.

Lalu kilasan itu berhenti saat Sasuke sedang berbicara.

"Besok kita berkumpul lagi di sini, di jam yang sama. Kalian harus membawa partner masing-masing. Kalau tidak, kelompok kalian akan gagal."

"Berkumpul ... membawa partner." Aku bergumam dan aku sudah mendapat pencerahan. "Itu berarti, pertemuan kali ini aku harus datang bersama Ino. Kalau aku datang sendiri maka aku akan gagal."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Genius OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang