Lamborghini hitam berhenti di parkiran yang masih ramai. Lamborghini tersebut berhasil membuat para murid menoleh dua kali. Terutama untuk kaum cewek yang menanti pemilik mobil keluar. Mereka berharap pemilik lamborghini mahal itu cogan agar bisa mereka gebet.
Para cewek menahan nafas ketika seorang pria tampan yang berpakaian rapi turun dari lamborghini. Kalau di dalam cerita komik, maka akan ada cahaya yang bersinar di keliling pria itu.
"AAAAA!!! TAMPANNYA!!"
"Itu punya gue pokoknya! Kalian gak boleh mengambilnya."
"Hei, cogan. Udah punya pacar belum??"
"Siapa namamu, cogan??"
"Aku masih jomblo loh. Mau mencalon jadi pacarku gak??"
Berbagai teriakan cewek terdengar oleh Dilon hingga pria itu meringis risih. Kalau matenya yang menatapnya dengan tatapan memuja tentu saja dia akan dengan sangat hati meladeninya.
Teriakan para cewek yang mengagumi Dilon berhenti ketika melihat pria tampan lainnya keluar dari dalam mobil. Alvi. Dengan seragam yang tidak serapi Dilon. Hal itu semakin membuat para cewek menjerit histeris.
Jika Dilon memberikan kesan good boy, maka Alvi memberikan kesan bad boy.
Meski wajah Alvi datar saja, mereka tetap tergila-gila. Bahkan ada di antaranya yang kekurangan oksigen dadakan.
"Aaaaaa!! Itu punyaku pokoknya!!"
"Udah punya pacar??"
"Pindahan dari mana??"
"Nama siapa??"
"Bla bla bla."
"Mereka berisik." desis Alvi tidak suka.
"Sebaiknya kita pergi secepatnya dari sini jika tidak ingin gendang telinga kita rusak." Dilon bergidik ngeri dan berjalan cepat.
Di kelas Raisya~
"Perhatian! Perhatian!" heboh Vanes sambil memukul-mukul papan tulis dengan penghapus papan.
Semua siswa yang ada dalam kelas menatap Vanes dengan tatapan penasaran. Tak terkecuali Raisya.
"Apa sih? Heboh banget."
"Gini gaess... Akan ada 2 cogan yang masuk kelas kita hari ini. Salah satunya adalah anak pemilik sekolah." kata Vanes dengan penuh semangat.
Para cowok yang awalnya melihat Vanes melongos ke arah lain, mereka kira ada apaan sampai heboh segitunya.
Sementara itu, para cewek berbinar-binar, kecuali Raisya yang memutar bola mata malas disertai dengan dengusan malasnya.
"Benarkah?? Nama mereka siapa?"
"Pindahan dari sekolah mana?"
"Kok lo bisa tau?"
"Mereka bule nggak?"
"Lo udah lihat mereka belum?"
"Seganteng apa? Kegantengannya bisa ngalahin Johnny Orlando gue nggak?"
"Seganteng Manurios nggak? Kalau iya, buat gue!"
"Semanis Chanyeol gak?? Kalau iya, fixs, dia milik gue!!"
Berbagai pertanyaan mereka layangkan ke Vanes yang bingung hendak menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahulu.
"Kalian seperti tidak pernah melihat orang ganteng aja. Di kelas kita ini kan juga banyak yang ganteng." kata Raisya sembari terkekeh.
Cowok-cowok yang mendengar pujian Raisya langsung bersorak senang. Kelas Raisya memang dipenuhi oleh cogan bahkan ada yang berasal dari luar negri.
"Huuu!! Jangan kegeeran kalian. Wajah kalian itu memang tampan tapi membosankan." sorak salah satu siswi dengan kata menusuknya.
"Eh, lo pikir wajah lo udah cantik gitu?? Mitamit!! Wajah lo kayak Miper."
Raisya hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan teman sekelasnya yang suka sekali membuat keributan.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka lebar. Ibu guru masuk dengan 2 cogan yang mengekori.
Vanes yang berada di depan kelas langsung berlari ke bangkunya. Lalu duduk manis.
"Pagi anak-anak!" sapa Bu Rika.
"Pagi, bu."
"Kalian kedatangan teman baru. Ayo perkenalkan nama kalian berdua."
"Perkenalkan nama saya Dilon Sirregar." ucap Dilon sambil tersenyum tipis.
"Eh, dia kan cowok yang nolongin kita tadi malam!!" bisik Dila dengan nada semangat ke Raisya. Sedangkan sahabatnya itu hanya cuek bebek.
"Alvi." ucap Alvi singkat, padat, jelas, dan tanpa ekspresi. Yang berhasil membuat anak-anak kelas melongo, tak terkecuali Raisya.
"Uhm.. Kalian boleh duduk dibelakang Raisya dan Dila." kata Bu Rika.
"Baik, bu." sahut Dilon.
Dila pun berinisiatif untuk mengangkat tangannya karena dia yakin kedua cowok itu tidak mengenal mereka. Termasuk untuk Dilon yang menolongnya tadi malam.
Dilon berjalan menuju kursinya yang berada di belakang Dila seraya melempar senyum manisnya ke arah Dila. Hal itu membuat jantung Dila dag-dig-dug gak jelas.
'jangan geer, siapa tau yang dia senyumin orang lain, kan' batin Dila.
Selama jam pelajaran berlangsung, Alvi dan Dilon bukannya fokus memperhatikan pelajaran, mereka malah fokus memperhatikan mate mereka dari belakang.
"Sya, ternyata cowok yang nolongin kita tadi malam ganteng banget ya." bisik Dila pelan.
"Gak!"
"Ish. Pokoknya cogan yang nolongin kita tadi malam milik gue ya! Awas lo kalau nikung." ancam Dila.
Raisya melirik Dila dengan sinis. "Makan tuh cowok! Gue gak demen sama dia! Selera lo emang rendah," kekehnya sadis.
Dila yang merasa sangat kesal dengan ucapan Raisya langsung mengerucutkan bibirnya dan beringsut menjauh dari Raisya.
"Ya elah. Gue bercanda doang."
Raisya tertawa tanpa dosa lagi lalu mencubit pipi sahabatnya dengan kuat.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Live With The Vampire Prince
Vampire⚠️KELANJUTANNYA DI APLIKASI DREAME/INNOVEL⚠️