Part 3

39.1K 2.4K 76
                                    

Vote sebelum baca

_______

Langkah Alvi terhenti ketika mencium aroma darah yang sangat memabukkan. Seraya mengendus, ia mencari asal aroma memabukkan tersebut.

Alvi mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru cafe untuk menemukan asal aroma memabukkan tersebut. Matanya berbinar kala menemukan apa yang dicarinya.

Mate, bisiknya girang.

Mengambil duduk tak jauh dari gadis yang di klaimnya sebagai mate itu, yang tak lain adalah Raisya.

Dalam diam ia terus memperhatikan matenya dengan sangat intens. Untungnya yang dimaksud sibuk dengan ponselnya sehingga tidak menyadari tindakannya.

Senyum manis Risya membuat Alvi bahagia. Dalam hati ia bertekad akan selalu membuat gadis itu tersenyum. Tidak akan dibiarkannya gadis itu menangis, apalagi karena ulahnya.

Alvi mengambil foto matenya dengan hati-hati. Selesai mengambilnya, ia mengirimkan foto tersebut ke Dilon untuk menyelidiki matenya tersebut.

Tanpa bosan, Alvi terus menatap Raisya yang sibuk dengan dunianya. Tidak sabar rasanya membawa gadis itu ke kerajaannya. Berangan-angan memeluk, mencium, terutama menyicipi darah manis gadis yang berada tak jauh darinya.

Khayalan bahagia Alvi buyar kala melihat seorang pria menghampiri matenya. Hatinya mendadak terasa panas. Semakin panas ketika melihat matenya meladeni pria tersebut.

Jika tidak ingat sedang berada di dunia manusia, maka Alvi tidak akan segan-segan menerjang pria asing yang duduk di dekat matenya tersebut.

Sekuat mungkin Alvi menahan hasrat membunuhnya melihat miliknya berdekatan dengan pria lain.

Takut pertahanannya runtuh, Alvi pun segera pergi dari cafe tersebut.

****


"RAISYAAA!!! YUHUUU!!!!"

Gadis yang sedang bergelung nyaman di atas tempat tidur tersentak kaget. Saking kagetnya ia bahkan terguling-guling ke lantai dengan posisi yang tidak menguntungkan.

"Hhaahaha!!!"

Raisya yang terjatuh mengenaskan di atas lantai segera bangkit dengan bersungut-sungut kesal. Menatap sahabatnya dengan tatapan tajam yang sayangnya terlihat cute. "Kenapa lo berteriak di kamar gue hah?! Jelas-jelas gue lagi tidur syantik." omelnya.

"Lo sih kebo!! Lo yang nyuruh gue ke rumah lo, lo juga yang milih tidur. Terus apa guna gue di sini, hah?!"

Jadi, ceritanya si Raisya menyuruh Dila ke rumahnya untuk menemani dirinya karena kedua ortu tercinta sedang keluar negri untuk bertemu client.

"Hehe. Sorry, sorry. Gue kecapekan tadi."

"Emang lo ngapain sampai kecapekan?"

"Buat tugas lah."

"Tugas apa??"

"Sosiologi. Mencatat bab 5 dan membuat lks."

"Kapan kumpulinnya?"

"Besok."

"OH MY GOD!!!  GUE BELUM MEMBUAT SEDIKIT PUN."

Dila berteriak histeris seraya mengelilingi kamar Raisya yang luas dengan heboh. Raisya sampai pusing sendiri melihat tingkah absurd sahabatnya. "Lo kenapa sih? Kayak orgil aja!" dengus Raisya.

Dila berdiri di hadapan Raisya, mengguncang bahu Raisya kuat. "Gue belum buat sedikit pun, Raisyaa!!! Gimana nasib gue besokk?? Ya ampunnn!! Belum lagi Bu Indy orangnya killer banget."

Raisya meringis akibat guncangan Dila yang tidak main-main. "Buat aja. Kan masih ada waktu. Dan jangan guncang tubuh gue lagi. Gue pusingg!!"

Dila menjauhkan tangannya dari bahu Raisya seraya menyengir tanpa dosa. "Iya juga ya. Anterin gue pulang dong."

"Pulang aja sendiri."

"Gue males nyetir sendirian di mobil. Berasa ada yang duduk di jok belakang tau."

"Halah! Dasar penakut!!"

"Please.. Anterin gue." Rayu Dila dengan puppy eyesnya.

"Iya deh."

"Yesss!!"

Dila bersorak girang sedangkan Raisya hanya bisa menghela nafas pasrah. Raisya menarik sweater dari dalam lemari dan memakaikan ke tubuh mungilnya. Menyusul Dila yang telah pergi duluan.

"Cepat. Gue takut ada maling yang masuk ke rumah."

"Ya elah, Raisyaku tersayang. Rumah lo kan dijaga satpam."

"Tetap aja."

Dila menggeleng jengah dan fokus ke jalan. Di jalan yang sepi, mobil mereka mogok.

"Kenapa mobilnya mogok di waktu yang tidak tepat sih?!!" jengkel Dila seraya turun. Raisya juga ikut turun. Takut sahabatnya kenapa-napa.

"Makanya mobil itu diperhatiin juga, bukan hanya make up lo diperhatiin." nyinyir Raisya.

Dila cemberut dengan pipi yang mengembung. "Kenapa malah bawa-bawa make up??"

"Serah gue dong."

"Ikhh!!"

Tiba-tiba Raisya menyentuh bahu Dila hingga gadis itu terlonjak kaget. "Btw gue pernah dengar cerita tentang jembatan ini loh." bisik Raisya dengan nada horornya hingga Dila semakin bergidik ketakutan.

Meski takut, Dila tetap menanyakannya karena penasaran. "Apa?"

"Katanya di jembatan ini setiap malamnya akan ada wanita berbaju putih dengan rambut panjang melayang-layang di tengah jalan sembari tertawa cekikan. Biasanya dia akan menganggu orang yang diinginkannya. Membuat mobilnya mogok dan menakutinya dengan mata yang melotot."

Dila beringsut mendekat ke Raisya. "Jangan nakutin dong."

"Gue gak nakutin. Gue hanya bicara sesuai fakta. Eh, belum selesai. Lalu kata orang-orang, kuntilanak itu akan membawa bayinya yang tak berbentuk seraya mengucapkan....."

"Hi!"

Sepasang tangan dingin tiba-tiba memegang bahu Dila yang terekspos. "ARGHHHHHHHHHHH!!! HANTUUU!!!!" jeritnya ketakutan dan memeluk tubuh Raisya.

"AAAAAAA!!!" Mendengar teriakan Dila, Raisya pun ketularan berteriak kencang.

Bersambung..

Hayo loh😂

Siapakah kira" yang memegang bahu Dila? Wkwkk.

Live With The Vampire PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang