Vote!
____
Semenjak menerima gambar yang dikirimkan Alvi, Dilon langsung bergerak untuk mencari tahu segala hal tentang gadis yang merupakan mate sahabatnya.
Jauh di lubuk hati yang paling dalam Dilon merasa iri dengan Alvi yang telah menemukan matenya. Ia juga ingin seperti Alvi. Menemukan matenya dan membawa sang mate tinggal bersamanya. Menghabiskan banyak waktu berdua. Pasti itu sangat menyenangkan!
Selesai mencari data tentang mate Alvi, Dilon langsung mengirimkan data tersebut ke email pria itu.
Malam ini, ia memutuskan untuk berburu. Sudah lama sekali ia tidak berburu. Ia perlu melatih kekuatannya karena belakangan ini para penyusup semakin banyak berkeliaran di dalam istana.
Dilon menyeringai dan berlari dengan cepat memasuki hutan yang pastinya banyak hewan incarannya di sana.
Di tengah misi perburuannya, samar-samar ia dapat mencium aroma darah yang sangat memabukkan. Dengan wajah yang berseri-seri ia mencari asal aroma darah tersebut. Dia sangat yakin pemilik darah itu lah matenya.
Matanya semakin berbinar ketika tebakannya benar. Dari atas pohon, ia melihat matenya sedang mengobrol dengan temannya.
Dilon hanya mengawasi dalam diam. Tersentak kaget ketika melihat wajah teman matenya. Itu adalah gadis yang di foto!
Tak tahan lagi, Dilon akhirnya memutuskan untuk turun. Berjalan mendekati keduanya. Sayangnya kedua gadis itu tidak sadar karena terlalu larut dengan obrolan mereka.
Senyuman manis Dilon muncul ketika aroma darah itu semakin kuat tercium olehnya. Pria tampan itu terkekeh ketika melihat tubuh matenya bergetar ketakutan akibat mendengar cerita horor temannya.
Ketika tepat berada di belakang mereka, Dilon menyapa matenya, "Hi!" Seraya memegang bahu matenya.
"ARGHHHHHHHHHHHH!!! HANTUUU!!!!!"
Pria itu sama sekali tidak menyangka akan seperti ini reaksi matenya.
"AAAAAAA!!!"
Dilon yang tadinya khawatir dengan matenya mendadak tertawa geli melihat kedua gadis di depannya saling berpelukan ketakutan.
Teriakan keduanya pun terdengar saling bersahut-sahutan sebelum akhirnya teman matenya melepaskan pelukan mereka. "Kenapa lo berteriak hah?! Gue kan jadi kaget!!" omelnya seraya menjambak gemas rambut matenya.
"Jangan kasar sama gue!!" Matenya balas mengomel dan menepis tangan temannya dari rambut sebahunya.
"Lo kenapa sih teriak-teriak??!"
"Tadi ada yang pegang bahu gue, njirr!! Tangannya dinginn!!" jerit matenya heboh sampai membuatnya terkekeh.
"Halah! Palingan lo cuma halusinasi."
"Gue gak halusinasi, Raisya!! Tapi tadi beneran ada yang pegang bahu gue!!"
Teman matenya berbalik seraya menggumam, "Mana mungkin ada yang pe--" Ucapannya terpotong ketika melihat Dilon berdiri gagah di belakang mereka. "Eh? Lo siapa?!"
Dila pun ikut berbalik dengan takut-takut. Siapa tahu itu hantu yang dimaksud Raisya. Helaan nafas lega keluar dari mulut Dila ketika tidak melihat sesosok wanita itu, tapi yang dilihatnya sesosok pria tampan.
"Lo siapa?? Kenapa pegang bahu gue? Ngagetin aja lo jadi orang!!!" sembur Dila ngegas dengan raut wajah yang berapi-api.
"Wah, lo mau mesumin sahabat gue ya?? Sini, lawan gue dulu!!" Tantang Raisya sembari mendekat ke Dilon yang tertawa geli.
"Ngapain lo ketawa? Gak ada yang lucu!!" kesal Raisya dan Dila berbarengan.
"Haha. Lucu aja liat kalian. Btw kenapa kalian berhenti di sini? Ini gak aman loh buat kalian." kata Dilon ramah.
"Mobil gue mogok. Terpaksa deh berhenti di sini." jawab Dila kesal mengingat apa yang terjadi pada dirinya.
"Oh, mogok. Boleh aku perbaikin mobilnya???"
"Tentu saja boleh." sahut Dila berbinar.
"Benerin yang cepat. Gue udah kedinginan." Perintah Raisya seenak jidatnya seraya memasuki mobil dengan memeluk tubuhnya sendiri.
"Maafin sahabat gue ya hehe."
Dilon tersenyum manis ke arah Dila. "Gapapa kok."
"Oh ya, nama lo siapa??"
"Dilon. Kalau namamu siapa?" Dilon berusaha bersikap santai dan kalem meski pun dia sudah sangat ingin memeluk tubuh matenya.
"Fadhila Roza Andiriani. Panggil saja Dila hehe."
"Kamu sekolah dimana?"
Tanpa merasa curiga Dila menjawab dengan antusias. "SMA Pelita. Kamu sendiri sekolah di mana??" Dila yang mendengar Dilon ber aku-kamu pun ikut aku-kamu.
"Aku pindahan dari Korea. Dan rencananya sih akan masuk ke SMA Pelita." Dilon menjawab dengan lancar meski pun berbohong.
"Ohh, bagus dong. Nanti kalau kamu sudah bersekolah di SMA ku cari saja aku di kelas 12 IPS 4. Jangan segan-segan untuk menanyakan apa pun tentang sekolah padaku."
Sembari memperbaiki mobil, Dilon terus menguras informasi dari matenya. Meski aroma darah matenya membuatnya menggila, ia tetap menahannya sekuat tenaga. Belum saatnya dia mencicipi darah matenya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Live With The Vampire Prince
Vampire⚠️KELANJUTANNYA DI APLIKASI DREAME/INNOVEL⚠️