Part 5

35.6K 2.3K 30
                                    

Raisya Ratu Vexia. Kerap di sapa Raisya. Anak tunggal Keluarga Vexia. Umur 18 tahun. Ayah bernama Dean sedangkan ibunya bernama Ratu.


Bersekolah di SMA Pelita. Murid tingkat akhir. Kelas IPS 4. Di sekolah Raisya famous dan menjadi idola karena berwajah cantik dan memiliki sifat ramah dan tidak sombong. Banyak laki-laki yang mendekatinya tapi tidak mendapatkan reaksi lebih.

Makanan kesukaan coklat. Warna kesukaan putih, hitam, dan abu-abu. Hobi membaca dan menonton drakor. Tidak mempercayai hal-hal yang diluar nalar manusia seperti hantu dan makhluk immortal.

Alvi terus membaca data tentang matenya tanpa bosan. Satu patah kata pun tidak dibiarkannya terlewatkan. Membaca dan menghayati dengan sebaik mungkin.

Di akhir data terdapat foto gadis itu. Hanya sebuah foto namun berhasil membuat Alvi merasa senang dan semakin tidak sabar memiliki matenya. Senyuman manis tak pernah hilang dari bibirnya sedari tadi.

"Ciee yang senyum-senyum." ejek Dilon mengagetkan Alvi. Pria itu berusaha menetralkan wajahnya tapi tidak bisa karena terus teringat dengan wajah cantik matenya.

"Aku sudah tidak sabar untuk bertemu langsung dengannya." erang Alvi seraya menyesap darah yang berada di dalam gelasnya.

Dilon mengambil posisi di hadapan Alvi. Pria itu menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa. "Aku juga sudah tidak sabar bertemu dengannya." gumamnya.

"Bertemu siapa?" Alvi mengerutkan dahinya bingung. Selama ini Dilon tidak lah memiliki orang penting di dalam hidupnya. Ya, tentu saja selain dirinya dan kedua orangtuanya.

"Tentu saja mateku."

Dilon tersenyum lebar sampai Alvi takut bibir sahabatnya sobek.

"Uhhh,, aku semakin tidak sabar untuk bertemu dengan mateku." Dengan lebaynya Dilon memeluk bantal sofa.

Melihat hal itu Alvi melemparkan bantal sofa ke Dilon dengan kuat hingga pria yang sedang senyum-senyum seperti orang gila itu merenggut kesal.

"Menganggu kesenanganku saja." cetus Dilon kesal. "Btw aku bertemu dengan matemu tadi." celetuknya kemudian.

Dilon tertawa melihat reaksi sahabatnya yang sangat lucu menurutnya. "Kenapa kau bisa bertemu dengannya? Ceritakan padaku sedetail mungkin!!"

"Mau tahu apa mau tahu banget??" kekeh Dilon jahil.

"Cepat jawab atau kulemparkan gelas ini ke dahimu." ancam Alvi tak main-main. Bahkan gelasnya sudah siap melayang ke dahi tampan Dilon.

Dilon menyengir dan mulai bercerita tanpa terlewatkan satu pun. Dengan sangat serius, Alvi mendengarkan.

"Ah, aku punya ide untuk membawa mereka ke sini." Seringai Alvi setelah selesai mendengar cerita Dilon.

"Apa?"

"Menculik mereka."

Dilon yang gemas dengan pemikiran sahabatnya langsung melemparkan bantal sofa.

"Hei!! Berlaku sopan lah padaku!!" tegur Alvi tak suka.

"Salahkan saja ide bodohmu itu!"

"Memangnya kenapa dengan ideku?!"

"Idemu itu sangat-sangat konyol menurutku. Setidaknya kita membuat mereka jatuh cinta dulu. Tidak dengan menculik dan membuat mereka tertekan."

"Kalau menunggu mereka jatuh cinta, lama! Aku mau sesegera mungkin dia berada di sisiku."

"Dasar tidak sabaran!"

"Tentu saja! Aku sudah lama menantikan kehadirannya!"

"Aku pun juga begitu. Bahkan lebih lama darimu." sahut Dilon malas.

"Cih."

"Aku punya ide yang lebih bagus." Dilon tersenyum miring melihat Alvi menatapnya dengan tatapan tertarik.

"Apa?"

"Bersekolah di tempat mereka."

Bersambung....

Live With The Vampire PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang