Part 1

57.8K 2.7K 166
                                    

VOMENT~

______

"DILA!"

Teriakan cetar membahana itu berasal dari seorang siswi yang baru saja memasuki kelas IPS 4.

Dengan senyum lebar yang terpatri di wajah cantiknya, ia berjalan menghampiri orang yang di teriakinya.

Raisya Ratu Vexia, namanya. Di sekolah, Raisya sangat terkenal karena kecantikan, kepintaran, dan sifatnya yang ramah.

"Ya ampun, Sya! Masih pagi udah main teriak aja lo. Lo mau bikin telinga gue budeg hah?" omel Dila sambil menatap tajam Raisya yang baru saja duduk di sampingnya sedangkan yang di tatap setajam itu hanya memberikan cengiran khasnya lalu mencubit pipi berisi Dila dengan gemas. "Hehe. Jangan ngomel dong, Dil. Nanti cepat tua loh."

Dila menepis tangan Raisya dari pipinya. Kemudian mengusap pipinya yang berdenyut sakit akibat cubitan tidak main-main Raisya. Mengomeli sahabatnya seperti ibu yang sedang mengomeli anak nakalnya. "Lo ini udah kelas 12 loh, Sya. Kurangin deh kebiasaan lo yang suka teriak-teriak itu."

Raisya menutup telinganya, tidak mau mendengarkan omelan Dila sehingga membuat gadis itu menghela nafas melihat tingkahnya.

"Pagi-pagi udah teriak-teriak gak jelas aja lo. Kenapa sih semua orang suka sama lo yang suka teriak-teriak gak jelas gini? Kayak orang utan tau gak Lo?!" jengkel seorang siswi yang bernama Vanes.

"Kenapa?? Lo iri sama gue?" tanya Raisya balik dengan alis yang terangkat sebelah.

"Siapa juga yang iri sama lo! Sebab gue lebih cantik daripada lo, Raisya." Vanes menjawab dengan penuh percaya diri sambil mengibaskan rambutnya ke belakang.

"NGACA DULU DONG SEBELUM NGOMONG!" teriak para cowok di dalam kelas, membela Raisya. Tentu saja mereka membela Raisya karena Raisya adalah idola mereka semua.

Raisya yang mendengarkan teriakan para cowok tersenyum penuh kemenangan dan melemparkan senyum mengejeknya ke arah Vanes yang sedang menatapnya dengan tatapan sinis.

Kedua gadis itu memang tidak pernah akur. Mereka seperti kucing dan anjing apabila bertemu. Ada-ada saja yang mereka ributkan.

"Kasihan banget sih, gak ada yang membela." cibir Raisya sambil terkekeh geli.

"Makanya ngaca dulu sebelum ngomong." nasehat Dila bijak tapi bersifat menyendir.

Vanes terdiam sambil menggerutu kesal di dalam hati.

'Kenapa semua orang selalu membela Raisya sih?!' Batinnya kesal.

Raisya terkekeh saat mendengar isi hati Vanes. Ya, gadis itu mempunyai kemampuan khusus. Itu baru salah satunya, masih ada kemampuannya yang lain.

Murid ips 4 segera duduk dengan rapi kala salah satu guru mapel masuk ke dalam kelas.

"pagi, anak-anak!" sapa Bu Ayu semangat.

"Pagi juga, bu." jawab seisi kelas kompak.

"Baiklah, sebelum belajar ibu akan ngambil absen dulu." Setelah selesai mengambil absen, Bu Ayu mulai mengajarkan materi pelajaran.

Seisi kelas hanya diam memperhatikan pelajaran yang di terangkan Bu Ayu. Sungguh murid yang baik.

Kelas kembali heboh kala jam istirahat berbunyi. Ada yang bergosip, nobar, mabar, salon dadakan, konser dadakan, dll.

Raisya sendiri memilih untuk membaca cerita di aplikasi wattpad yang terpasang di handphonenya. Mulai membaca. Kebetulan cerita yang dibacanya adalah Vampire vs Werewolf.

"Ehh Dil, memangnya Vampir itu benaran ada ya?" tanya Raisya penasaran tapi ia yakin bahwa makhluk itu tidak ada di dunia ini karena mereka hanya sekedar mitos dan khayalan penulis.

"Kayaknya ada sih, kenapa lo nanya tentang itu?"

"Ohh, gue baca cerita tentang Vampir makanya gue penasaran."

"Kalau menurut lo gimana?"

"Kalau menurut gue sih mereka nggak ada."

"Kalau mereka ada, apa yang akan lo lakuin?"

"Yang bakal gue lakuin adalah kabur, kalau lo?"

"Kalau gue sih mau minta foto bareng biar bisa jadi kenang-kenangan." Dila menjawab dengan wajah yang berbinar-binar.

"Haha, mau minta foto?? Yang benar saja, yang ada lo malah kehabisan darah karena dihisapnya." Raisya tertawa geli akibat pemikiran konyol sahabatnya.

"Ishh, kan nggak semua Vampir minum darah manusia. Kalau menurut cerita yang gue baca sih." kata Dila seraya menyimpan buku geografi ke dalam tasnya.

"Iya juga sih. Dan menurut cerita yang gue baca, mereka hidup selama ratusan tahun."

"Iya, tapi mereka tetap akan tampan." tambah Dila.

"Kalau lo menjadi mate Vampir, apa yang akan lo lakuin?" tanya Dila kemudian.

"Ishh, otak lo ini perlu di cuci deh. Kan gue udah bilang kalau di dunia ini nggak ada makhluk yang namanya Vampir." Raisya berucap dengan gemasnya. Gemas pengen nabok Dila.

"Kalau gue sih mau-mau aja menjadi matenya bahkan dengan sangat senang hati." Dila berangan-angan serta menangkup pipinya dengan kedua tangan.

"Yang ada, lo nanti malah mati sia-sia karena kehabisan darah." cibir Raisya.

"Kan gue udah bilang bahwa gak semua Vampir minum darah manusia." sela Dila.

"Ya, ya, ya. Terserah lo aja deh, gue mau lanjutin baca cerita aja." kesal Raisya.

Bersambung...

firza532

Live With The Vampire PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang