Sudah berkali-kali Naura menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia sekarang duduk di sofa ruang tamu dan tidak tahu lagi harus melakukan apa setelah selesai dengan pekerjaan memasaknya. Banyak pertanyaan yang memenuhi otaknya saat ini. Apa Arsen hanya membayarnya untuk memasak saja? Itu sungguh tidak mungkin, lebih baik Arsen membawanya ke pengadilan bukan? Itu lebih menguntungkan untuk pria itu dari pada memperkerjakannya di rumah seperti ini, dibayar pula.
Mata Naura melirik ke sekitar ruangan. Sungguh, rumah Arsen sangat sepi. Penghuni yang pernah ditemui Naura hanya ada Felix dan Arsen tentu saja. Apa selama ini Felix yang membersihkan rumah? Atau Arsen sendiri yang melakukannya. Sepertinya opsi yang terakhir sangatlah tidak mungkin.
Karena rasa jenuh yang sudah akut akhirnya Naura memilih untuk ke kebun, berharap akan ada sesuatu yang bisa dia kerjakan. Entah menyiram tanaman atau sekedar menebar pupuk. Saat sedang berjalan di jalan setapak, dia berhenti saat melihat banyak pakaian yang digantung dan terlihat sudah kering. Akhirnya Naura mengurungkan niatnya untuk ke kebun, dia mengambil keranjang bersih dan memasukkan semua baju bersih itu ke dalam keranjang. Setelah selesai Naura kembali masuk ke dalam rumah.
Saat akan menaiki tangga dia melihat Felix keluar dari kamarnya, "Felix?" panggil Naura.
"Ada apa, Nona?"
"Panggil aku Naura saja." Kesal Naura.
"Itu tidak sopan, Nona."
"Tidak sopan dari mana? Kau yang lebih tua di sini," gerutu Naura.
Felix hanya tersenyum tipis dan beralih menunjuk keranjang bersih yang dibawa Naura, "Mau kau apakan pakaian itu?"
"Oh.. aku hanya ingin merapikannya saja. Ini pakaian siapa? Milikmu atau milik tuan Arsen?"
"Milik Tuan Arsen, Nona."
"Ya sudah, biar aku yang merapikannya."
"Biar saya saja yang meletakannya di kamar Tuan," sahut Felix cepat.
"Terserah kau Felix, aku hanya akan merapikannya saja," ucap Naura sambil berlalu ke kamarnya.
Naura melipat pakaian terkahir milik Arsen dan meletakkannya di keranjang. Setelah rapi, Naura membawa keranjang itu ke bawah dan akan memberikannya pada Felix. Setelah sampai di depan kamar Felix, Naura mengetuk pintunya.
Tok! Tok!!
"Felix?"
Tok! Tok! Tok!!
"Felix?" panggil Naura sekali lagi, namun tetap tidak ada sahutan.
Setelah lama menunggu akhirnya Naura memilih untuk meletakkan pakaian itu langsung ke kamar Arsen. Sama seperti Felix, kamar Arsen terlihat sangat sunyi. Sudah berkali-kali dia mengetuk pintu kamar Arsen namun tidak ada sahutan.
Naura yang merasa lelah dengan keranjang yang dibawanya pun nekat untuk membuka pintu kamar itu.
Ceklek!
Naura membulatkan bibirnya saat melihat pintu kamar Arsen yang ternyata tidak dikunci. Dengan perlahan dia memasukkan kepalanya terlebih dahulu untuk melihat keadaan kamar Arsen. Setelah dirasa aman Naura mulai masuk ke dalam kamar. Gadis itu mengamati kamar Arsen sambil meletakkan keranjang pakaian di atas kasur. Naura begitu terkejut saat mendapati luas kamar ini yang hampir sama dengan kamarnya, yang berbeda adalah mungkin barang di kamar Arsen jauh lebih banyak. Pikiran Naura terus berkecambuk, bagaimana mungkin kamar tuan dan pelayan bisa sama besarnya seperti ini. Bahkan, Naura juga tidak merasa menjadi pelayan di rumah ini, mengingat dia hanya bertugas untuk memasak makanan.
Seolah sadar, Naura langsung berjalan ke arah lemari dan memasukkan pakaian yang dibawanya tadi sebelum Arsen melihat dirinya dengan lancang masuk ke dalam kamar. Naura yang sibuk dengan pekerjaannya tidak tahu jika ada seseorang yang mengawasinya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curse of Love (SELESAI)
Fantasy🔞 WARNING 🔞 Bijaklah dalam memilih bacaan! *** Arsenio Achilles Clovis, seorang Dewa yang dikutuk menjadi manusia karena membunuh ibunya sendiri. Kesalahan fatal yang membuat ayahnya marah besar dan membuangnya ke Bumi. Selama 200 tahun hidup di...