Part 7

10.8K 931 16
                                    

"Jadi menurutmu apa yang terjadi, Felix?" tanya Arsen kepada Felix yang sibuk dengan pakaian kotornya.

"Kesimpulan yang saya dapat adalah kekuatan Anda sudah mulai kembali Tuan," jawab Felix membuat Arsen terdiam.

"Tapi aku belum mencintai seorang manusia. Bagaimana bisa?"

"Kenapa tidak Tuan tanyakan langsung kepada ayah Anda? Tuan pernah berkata jika sudah bertemu 2 kali dengan Dewa Clovis." Felix menatap Arsen dengan hati-hati, bisa saja pria itu marah karena dia telah menyinggung ayahnya.

"Apa kau mengejekku? Aku tidak bodoh, jika aku bisa memanggilnya sudah kulakukan dari dulu. Pria tua itu benar benar membuatku muak!"

"Maafkan saya Tuan, hanya saja kekuatan Dewa Anda mulai muncul sekarang. Mungkin Tuan bisa melakukan ritual."

Arsen menatap Felix lekat, "Ritual? Ritual memanggil ayahku begitu?"

"Iya, Tuan."

Arsen mendengus saat teringat sesuatu, "Kau tahu jika aku butuh darah manusia untuk melakukan ritual itu."

"Ambil darahku Tuan, sudah tugasku untuk melayanimu," jawab Felix dengan pasarah membuat Arsen menatapnya kesal.

"Bodoh! Kau bisa saja mati karena ritual yang tidak tahu berhasil atau tidaknya itu," bentak Arsen membuat Felix mengkerut takut.

"Tapi Tuan-"

"Keluarlah Felix, atau aku akan membunuhmu sebelum ritual itu terjadi." Potong Arsen dan mulai berbaring di ranjangnya. Felix hanya diam dan menuruti ucapan Arsen.

Bukan omong kosong jika Felix rela mati kehabisan darah untuk Arsen, karena memang selama ini keluarganya -mulai dari buyutnya- bergantung hidup pada ayah Arsen. Jika bukan karena Dewa yang agung itu mungkin keluarganya sudah musnah dari dulu dan Felix tidak akan bisa merasakan bagaimana rasanya hidup.

***

Naura meremas tangannya gelisah saat rasa gugup itu kembali datang. Dia sedang berdiri di depan pintu kamar Arsen sekarang. Dia ingin meminta ijin untuk pergi ke peternakan. Seperti biasanya, Naura selalu bosan saat menjelang siang hari seperti ini. Pekerjaan memasaknya telah selesai namun seperti tidak ada tanda-tanda jika Arsen akan keluar dari kamarnya.

"Apa yang kau lakukan?" Naura langsung berbalik begitu mendengar suara dingin dan tegas itu, "Apa yang kau lakukan di depan kamarku?" tanya Arsen sekali lagi.

"Jawab Naura, sudah cukup aku bersabar dengan tingkahmu itu. Aku bisa meremukkan tanganmu kemarin karena lancang masuk ke kamarku. Jangan membuatku ingin melakukannya lagi." Entah kenapa emosi Arsen sangat tidak terkontrol hari ini.

"Maaf Tuan, aku hanya ingin meminta ijin," ucap Naura sambil menunduk.

"Ijin apa?"

"Bolehkah aku ke peternakan?" tanya Naura hati-hati berharap agar Arsen mengijinkannya.

"Tidak," jawab Arsen cepat sambil berlalu melewati Naura dan masuk ke kamarnya. Naura pun mengikuti Arsen masuk ke dalam kamar seolah lupa dengan teguran yang ia dapat tadi.

"Kenapa? Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku," tanya Naura sambil menatap Arsen.

"Karena aku berkata tidak." Arsen membuka lemari dan mengambil kaos tipis. Dengan cueknya Arsen membuka kemeja yang dipakainya tadi di hadapan Naura dan memakai kaos yang diambilnya dari lemari.

Lagi-lagi Naura kembali membatu melihat itu semua. Kenapa Arsen selalu melakukan itu didepannya. Tidak sadarkah pria itu jika Naura merupakan gadis yang sedang dalam masa pertumbuhan. Itu membuatnua merasa penasaran bagaimana rasanya menyentuh perut itu.

Curse of Love (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang