masih cerita tentang hujan

60 4 0
                                    

Aku mengambil payung, di luar sana hujan. Mau tidak mau, aku harus mengirimi surat ini untukmu. Surat tentang semua awal kisah kita sampai kini kita berpisah

Setelah aku mengambil payung, aku keluar rumah dan berjalan ke halte untuk menunggu angkutan umum yang lewat. 20 menit berlalu kendaraan tidak ada yang lewat. Hari semakin malam, dan udara semakin dingin. Dan aku kedinginan disini. Tidak mungkin aku balik lagi pulang kerumah, tekadku sampai disini dan melakukan ini sudah kuat.

Menunggu angkutan umum tidak ada yang lewat, akhirnya aku berjalan menuju rumah mu, yang lumayan jauh, hanya beralaskan sandal jepit dan kaos panjang polos yang tipis. 30 menit berjalan aku telah sampai di rumah mu, yang terlihat mewah. Aku menginjakkan kaki di rumah mu.

Ingin pulang, tapi rasanya percuma saja karena aku sudah sampai disini, aku mencoba untuk memencet bel rumah. Menunggu tuan rumah membukakan pintu nya untuk ku.

Sekali

Dua kali

Tiga kali

Empat kali

Tidak ada sahutan sama sekali. Ayolah, ku mohon buka kan pintu ini. Ku tahu, kau ada di dalam. Ku tahu, kau sengaja menghindar. Berarti, perjuanganku sudah sampai sini sia-sia dong? Dari pada tidak ada hasil, ku selipkan saja surat ini di bawah pintu, urusan dibaca atau tidak nya itu urusan belakangan, yang penting aku sudah membuat kamu sadar, sadar kalau selama ini bukan kamu saja yang berjuang.

Kau tahu? Ku tulis semua surat-surat ini untukmu sambil memohon-mohon agar kau kembali. Mungkin surat ini nanti kau baca, setelah itu akan kau abaikan dan hanya kau jadikan sebagai sebuah pajangan. Surat ini mungkin bagimu adalah bacaan yang tidak pantas mendapatkan sebuah tanggapan.

Memang selalu begitu kan? Aku yang tak tahu malu dan kamu yang tak pernah menganggap keberadaan ku. Selalu begitu.

Keinginanku sudah tercapai mengirimkan surat ini padamu, aku pulang.

Pulang dengan membawa perasaan kecewa.

AKSARA PENUH LUKA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang