Bab 4

3.6K 93 8
                                    

"Apa bagaimana bisa?" tanya lano dan varo kompak
"Tentu saja bisa bahkan hal mustahil pun dapat dilakukan oleh ella, tapi jika itu berkaitan dengan takdir maka ella tidak bisa merubahnya. Contohnya saja penyakit yang bersarang di tubuhnya" ucap vano sedih
"Apa yang bisa di lakukan oleh stella sehingga ia bisa melakukan hal yang mustahil?" tanya lano
"Dia bisa membeli apa saja di dunia ini bahkan seluruh dunia tau ella siapa" jelas vano
" 'Bahkan seluruh dunia tau ella siapa' maksudnya?" ucap lano bingung
"Maksudnya ella dikenal seluruh dunia bahkan ia memiliki kekayaan yang berlimpah" jelas vano
"Seberapakah banyak kekayaan stella, apa sampai melebihi kekayaan ayah?" tanya varo yang sedari tadi diam
"Ya, bahkan ia pemilik dari rumah sakit ini" jelas vano "jadi, aku mohon tolong kabulkan permintaan terakhirnya sebelum ella pergi selamanya" sambung vano dengan memohon
"Apa yang diminta stella?" tanya lano dan varo kompak
"Ia menginginkan sebelum ia pergi, ia ingin dipeluk, dicium, dan bicara dengan kalian, tapi kalian menghiraukannya bahkan meliriknya pun tidak. Maka dari itu aku mohon jangan membuat ella memikirkan hal seperti itu, itu akan membuat kesehatan ella memburuk" ucap vano memohon kepada kedua abangnya

Lano dan varo yang mendengar perkataan vano pun mematung dan memikirkan 'apa ia sebegitu menderitanya? Apa ia pantas menerima maaf dari stella? Apa ia masih pantas memeluk, mencium, bahkan berbicara dengan stella?'

"Tapi apakah ia mau memaafkan kami? Bahkan pagi tadi ia tidak menyapa kami bahkan melirik pun tidak" tanya lano
"Mungkin" ucap vano singkat "sebaiknya kita segera ke ruang ella, mungkin ella sudah sadar" sambung vano dan dibalas dengan anggukan kepala.

Saat sampai di ruang dimana stella di rawat, mereka pun langsung masuk dan mendapati stella memandang depan kosong. Vano pun langsung mendatangi stella dan memeluknya erat sambil membisikkan,

"Ella ella kenapa?" tanya vano lirih
"..."
"Ella!!!"
"..."
"Ella!!!"
"E-eh abang kapan datengnya kok ella nggak tau?" tanya stella
"Ish..ella masa nggak tau vano dari tadi disini?"
"Nggak" jawab stella polos yang membuat vano cemberut
"Ish...emang ella mikirin apa sih kok vano dateng nggak tau?" tanya vano
"Em...anu...itu..em"
"Em anu apa sih"
"Em ella lagi mikir, jika ella pergi nanti siapa yang ngurus perusahaan ella?"
"Ella jangan ngomong pergi terus dong kan vano jadi sedih, ella harus tetap semangat jangan sampai penyakit ella menguasai ella"
"Ella sudah capek bang ella pingin istirahat, tapi sebelum ella istirahat ella harus melindungi 'dia' "

Vano yang mendengar itu mematung karena ia tau siapa 'dia' itu. Sedangkan kedua abangnya bingung siapa 'dia' yang dimaksud itu.

"Ekhm" suara deheman pun memecahkan keheningan membuat semua mata tertuju pada sang berdehem
"Stella maafin bang lano sama bang varo ya" ya orang yang berdehem itu adalah lano
"..."
"Stella mau maafin abangkan?" tanya lano
"Kenapa abang kesini?" bukannya jawab pertanyaan lano, tapi stella malah tanua balik
"Kami khawatir, ell. Dan kami juga peduli sama kamu"
"Sejak kapan kalian khawatirin ella. Dan apa ella harus sakit dulu biar kalian peduli dan khawatirin ella"
"..."
"Kenapa kalian diam! Kalian tak punya jawabankan?" ucap ella sambil berusaha untuk membendung air matanya.

Sebenarnya stella tak suka melihat abangnya sedih, tapi stella juga marah karena mereka khawatir saat ia sedang sakit saja, mungkin dipikirannya mereka khawatir saat ia sedang sakit tapi saat tidak sakit mana mungkin mereka khawatir.
Back to topic,

Permintaan Terakhir StellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang