01

243 37 7
                                    


~

SASI oh Sasi. Dia hampir saja lupa selain dirinya, pengagum garis besar Kalandra juga seantero sekolah. Sasi cuma beruntung kebagian posisi sebagai  tetangga cowok itu, yang mungkin beberapa siswi akan iri dan berebut tempat menjadi dirinya jika itu bisa.

Kalandra bukan anak basket, bukan kelompok dari sekumpulan anak geng motor yang di idam-idamkan, bukan pula bagian dari anak OSIS. Kalandra tidak mengikuti organisasi apapun, sepertinya cowok itu memang tidak terlalu suka disorot meski menurut Sasi sia-sia saja. Kalandra tetap bisa memikat banyak pasang mata, mulai dari gesturenya, jalannya, tatapan tajamnya, cara bicaranya dan semua yang ada pada diri Kalandara adalah definisi sempurna.

Tidak masalah seberapa banyak yang suka pada Kalandra, tapi bila ada yang merasa Kalandra bisa mereka miliki maka Sasi akan maju dibarisan paling depan sebagai penghalang.

Tidak boleh!

Kalandra itu...

Milik ibunya dan Dhea saja! Kalaupun ada cewek yang boleh masuk dikehidupannya, harusnya sih Sasi saja. Dia sudah cukup akrab dengan tante Kalya dan Dhea!

"Kalandra kok mau aja nganterin lo?"

Sasi melirik Huba, seingatnya tadi dia datang naik angkot. Kalandra pagi tadi sudah tidak bisa diajak kerja sama, maunya sama Dhea terus. "Kemaren, gue liat lu dianter dia." Dengan cepat Huba menjawab kebingungan Sasi.

"Kepo aja jadi cowok." Sasi melanjutkan catatannya.

"Huba! Huba Huba Huba! Sasi! Sasi Sasi Sasi!"

Ah satu lagi. Si penghuni sungai amazon.

Gadis itu segera menyumbat kedua telinganya dengan earphone, tapi langsung ditarik oleh Noyana. "Kantin yuk! Gue mau makan nasi goreng, nasi padang, nasi kuning, nasi kucing, mie pangsit, mie goreng, pisang goreng, nugget kicimiki, jus--"

"Mau makan ato mau buka warteg di perut lo?!" Huba menoel kepala gadis itu. "Makan aja tros, badan lo tuh udah kayak gumbang di masjid."

Noyana meraba badannya panik. "Emang bener, Si?!"

"Dikit."

"HAA!" Teriakan Noyana membuat seisi kelas menoleh sebentar. "Padahal porsi makan gue udah seimbang sama yoga dan olahraga lainnya sebelum tidur pun gue push-up paginya gue sarapan pisang dan minum kapsul semalam gue timbang cuma lima puluh kg apa iya timbangan gue rusak?!"

Noyana berucap dalam satu tarikan napas. Tidak salah lagi Huba dan Sasi waktu itu menawarkan audisi jadi rapper.

"Noya sinting! Jangan kebiasaan ngomong gitu anjir, muncrat!"

Beberapa detik Sasi membiarkan Huba dan Noyana beradu. Cewek itu harus fokus menyelesaikan catatan Sejarahnya sebelum Ibu Rosma membusurnya. Tapi... Tidak bertahan lama setelah mendengar.

"Gengs! Kalandra lewat Kalandra lewat!"

Secepat kilat Sasi menutup buku paket dan catatannya. "Noya, Huba! Duluan aja kalian ke kantin. Gue ada urusan sama Kalan bentar." Setelahnya gadis itu menghilang ditelan pintu.

"Tiba-tiba tuh bocah berubah jadi billioner kalo ada Kalan. Dikit-dikit sibuk." Huba merapikan alat tulis Sasi dan memasukkannya kedalam laci.

"Emang lo gak terpikat sama Kalan gitu?"

"Heh!"

Noyana ini ngomong apa, sudah kayak ikan lele mulutnya!

"Maksud gue, kalo cewek sendiri bisa kagum liat cewek cakep. Harusnya cowok juga gitu kan?" Jelas Noyana, sedikit demi sedikit wajah Huba yang tadi terkejut melunak.

"Oh...," Huba melipat tangan didada. "Ada sih, emang Kalan tuh cakep banget. Gue juga kadang insecure liat dia, kok bisa gue lebih ganteng dari dia?"

Cewek itu menarik rambut Huba. Sangat meroket jangkrik ini. "Itu lo yang kepedean congek!"

Diluar, Sasi masih mencari keberadaan Kalandra, katanya tadi dia lewat. Harusnya masih gak sejauh itu kan dia pergi? Sasi menyusulnya udah cepat loh.

Berjalan sambil celingkak-celingkuk Sasi menujuh arah tangga ke lantai tiga. View dilantai dua ini cukup bagus menurut Sasi, dari atas sini kita bisa menikmati halaman belakang yang asri, dan ditengah-tengah tanaman bunga ada sepetak kolam ikan. Sementara kelas Kalandra sendiri ada dilantai tiga, dua belas MIPA 4. 

Meski berbeda lantai bukan berarti semuanya sama rata seangkatan, seperti sasi dan Kalandra. Satu angkatan tapi beda lantai.

Saat berbelok Sasi mengulas senyum mendapati Kalandra yang bersandar pada pagar pembatas, jam istitahat ini cukup sepi, dan pastinya kantin menjadi bulan-bulanan massal.

"Gue udah konfir kok."

Tapi kok ada suara cewek yang menggema? Sasi mendekat lalu mengintip, dan seperti dugaannya. Itu suara Dinan.

"Makasih."

Apanya yang dikonfir sih! Instagram Kalandra? Bibir Sasi bahkan sudah keriting menanyakan apa id cowok itu tapi Kalandra selalu beralasan kalau dia gak punya!

"Tapi nanti harus tetap kabarin." Dinan berucap sambil terkekeh.

Apanya yang dikabarin! Astaga Sasi dibuat makin meradang saja.

"Iya."

Perlahan tapi pasti Sasi mendekat, memberi senyum lebarnya pada Kalandra yang dibalas cowok itu dengan senyum tipis. Malah, nyaris tidak kelihatan. "Kalan, yuk ke kantin!"

"Tadi udah." Jawab cowok itu cepat.

"Loh, bareng siapa?"

Mata Kalandra menatap Dinan. "Dinan?" Tebak Sasi, yang membuatnya kecewa Kalandra malah mengangguk.

Ck! Dinan ini, memang saingan terlama Sasi. Dari awal Kalandra pindah dia juga sudah ikut mepet-mepet. Harus Sasi berantas ini mah!

"Dua kali! Kali ini bareng gue ya?" Cewek itu sampai menggoyang-goyangkan tangan kanan Kalandra. "Gue laper banget, Kalan. Pasti kantin rame banget, kalo sama ko kan jadi mudah."

Kalandra mengerutkan dahi, segera Sasi mengusapnya. Kata Mamanya jangan sering-sering kerutin dahi nanti cepet tua. "Mudah kenapa?"

Kalandra ini lugu banget teman-teman, Sasi jadi ingin menculiknya sekarang. "Allah mudahin soalnya lo anak sholeh. Cepetan Kalan!"

Merasakan tarikan Sasi makin kencang membuat Kalandra pasrah dan akhirnya berpamitan dengan Dinan. "Dinan, gue duluan." Ucapnya halus, dibalas anggukan oleh gadis itu.

"Ngapain sih pake pamitan segala?" Ujar Sasi ketus.

"Sasi." Kalandra menatapnya seolah memperingati dan bilang gak boleh gitu!

"Iya iya."

~














KALANDRA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang