15

31 2 0
                                    

~

TIDAK ada tingkah Kalandra yang membuat Sasi tidak gemas, cowok itu, menolak pulang bersama. Padahal Sasi sudah memohon-mohon diparkiran.

"Kenapa sih, Kal?"

"Malu, Si."

"Loh, bukan sekali dua kali ya kita barengan. Waktu di kafe juga lo nawarin pulang."

Kalandra mengancing helmnya, siap-siap untuk kabur. "Itu beda."

"Beda apanya?" Sasi jelas dibuat bingung, sikap Kalandra ini tidak bisa diprediksi. Cowok pemalu dengan sejuta alasan.

"Waktu itu lagi kesal."

Tampang Sasi berubah menggoda, tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum. "Cemburu, Mas?"

Kalau dibilang cemburu, mungkin sedikit. Tapi rasa kesal karena tidak Sasi gubris lebih besar. "Pulang naik gocar aja ya?"

Mata Sasi membulat, apa gila Kalandra ini? Sebenarnya dia niat pacaran tidak sih? Kenapa dia begitu menyebalkan.

"Kal, lo serius?" Ucap Sasi tak percaya. Dia mengamati parkiran, dan memang harus Sasi akui kalau banyak pasang mata yang menyoroti mereka.

Tapi bukannya wajar? Ini kan jam pulang. Bukannya menjawab, Kalandra malah mengeluarkan dengusan. Dia tidak mungkin setega itu, tapi juga dia malu. "Yaudah, kalo malu sama gue. Kita gak usah deket-deket."

Dengan cepat Kalandra menahan Sasi sebelum cewek itu pergi, dia menariknya kembali lebih dekat. "Gue gak maksud gitu, Si."

"Trus gimana? Lo apa-apa dibikin susah, padahal udah banyak yang tau kita pacaran."

"Iya, gue salah. Ayo." Suara Kalandra mengecil, tapi bagi Sasi, tak mengurangi kesan lembutnya.

"Gak, bilang dulu lo malu karena apa. Gue?"

Kalandra menggeleng. "Malu aja, bukan karena lo."

"Yang jelas!"

"Si." Tapi makin kesini, suara Kalandra makin menciut. Sementara cowok dihadapannya tidak bisa menyembunyikan wajah semerah tomatnya.

Astaga!

Sasi seperti memacari anak gadis. 

Tak tunggu lama, Sasi naik keatas motor Kalandra tanpa berucap apapun. Selama ini, untuk sekedar berboncengan bersama Kalandra, cowok itu memang terkesan menghindar. Meskipun kadang Sasi berhasil membujuk, tapi sikap malu Kalandra tak seberapa dibanding yang sekarang.

"Udah cocok lo masuk Orbit." Sahut Sasi ditengah perjalanan mereka.

"Kenapa?"

"Lo bakal temuin orang-orang yang urat malunya udah putus, cocok tuh! Sesekali belajar buat gak malu kayak mereka."

"Malu sebagian dari iman." Meskipun Kalandra ngasal, namun mampu membuat Sasi tertawa. Tapi memang benar kan?

"Kal..."

"Hm."

Sasi belum melunturkan senyumnya. "Kenapa lo nembak gue gak ada romantisnya?"

"Pake tulisan itu gak romantis?"

KALANDRA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang