0.3

634 50 0
                                    


Matamu terpejam dan tanganmu merentang—menikmati udara sejuk di puncak. Sangat menyegarkan dan membuatmu terlena. Setidaknya sampai kau ingat kejadian waktu itu, pipimu menjadi memanas—malu sekali.

JongIn memelukmu sangat erat tanpa menyisakan jarak. Matanya menangkap netramu dengan begitu lembut dan senyuman nya mampu membuatmu ikut tersenyum. Namun kau buru-buru menyadari keadaan dan melepaskan pelukannya.

" Astaga! Kau tak apa? " Irene langsung menghampiri mu dan memelukmu erat.

Kau hanya mengangguk dan mengikuti ajakan Irene untuk melanjutkan perjalanan. Sebelumnya kau sempat melirik JongIn yang hanya memberikan tatapan dingin padamu—berbeda dengan tadi.

Sialnya, kakimu sakit sekali setelah berjalan beberapa langkah. Membuatmu Irene memapah tubuhmu dan kau berjalan terseok—tidak setelah JongIn menawarkan diri untuk menggendong mu.

" Naiklah. " ucapnya sambil berjongkok di depanmu.

" A-Apa? "

" Naik~ "

Kau langsung menatap Irene yang menggelengkan kepalanya pelan. Jika kau menerima tawaran JongIn, maka kenanganmu bersamanya yang sudah kau pendam dalam dalam akan menyeruak keluar kembali dan itu cukup membuat hatimu sakit. Tetapi jika kau tidak menerima tawarannya, kakimu akan membengkak dan tak bisa berjalan untuk selanjutnya.

" Minggir, " ucap Irene, ketus—pada JongIn. "Aku yang akan menggendongnya. "

JongIn langsung berdiri dan menatap Irene remeh. Irene sendiri tak peduli dan langsung berjongkok di depanmu.

" Naik. Cepat! " tutur Irene kemudian. 

" Tidak, Ren. Susah menggendong di tempat yang sedikit naik seperti ini. "

Irene langsung menoleh dan menatapmu tajam dan kau tidak punya pilihan lain selain naik ke punggungnya. Perlu kau akui, Irene gadis yang cukup kuat. Mampu menggendongmu dengan cekatan. Walaupun dia terlihat seperti wanita cantik yang lembut tapi dia lebih kuat dari siapapun—bahkan darimu sekalipun. JongIn sendiri hanya melihati kalian dari belakang—memastikan kau baik baik saja di gendongan Irene.

" Aku berat, eoh? " cicitmu, tepat di telinga Irene.

" Tidak. Kurus sekali malah. Hampir seperti tengkorak. "

Kau hanya terkekeh pelan mendengar penuturan nya. Memang benar, semenjak kau putus dari JongIn, kau jadi tak berselera makan dan terus memikirkan hal yang tidak tidak.

Jalanan sudah tidak terlalu menanjak namun tak lama kemudian kau sudah berpindah di gendongan JongIn karena Irene mulai lelah. Kau yang meminta turun dan berakhir JongIn menggendongmu.

Sejujurnya kau masih bisa berjalan walau pelan pelan, tapi JongIn memaksamu dan kau jadi tidak enak sendiri.

Dadamu menempel di punggung JongIn dan itu cukup membuatmu was was kalau JongIn mendengar debaran jantungmu. Memang kalian sudah tidak ada apa apa. Tetapi tetap saja berada di dekat JongIn membuat kerja jantung mu meningkat.

" Masih sakit kakimu? " tanyanya pelan.

" Tidak. Tadi kan Irene sudah sempat mengobatinya. "

JongIn hanya mengangguk lalu menurunkanmu karena kalian hampir sampai dan jalanan mulai menanjak.

Jantungmu seakan ingin meledak saat salah satu tangannya memegang pinggangmu untuk membantu berjalan. Pipi mu mulai memerah dan kau terus menunduk agar dia tidak menyadarinya.



" Tentang yang kemarin, kau mau tidak kembali kepadaku? "








[]

Aku lelahhh sm kamu, bang :(

That Bastard - Kai × You √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang