1

56 5 4
                                    

Nama gue Calya, gue pernah mencintai seseorang dengan tulus. Tapi, semua ketulusan cinta gue padanya berakhir sia-sia. 

“Calya, jangan sedih terus dong. Senyuum.” kata sahabat gue Felisya  sambil mencari tisu di meja rias kamar gue

“gue gak bisa Fel, gue ga terima dia ninggalin gue, pergi gitu aja tanpa pamit.”

Kevin  adalah seorang cowok yang sangat gue sayangi, kita udah pacaran selama 1 tahun dan dia pergi meninggalkan gue tanpa alasan. Gue pun baru tau kepergiannya setelah sehari dia pergi.

Dia juga tak pernah mengabari gue kenapa ia pergi. Yang gue tau, Kevin harus meninggalkan sekolah lamanya bersama gw karna dia di tuntut kedua orang tuanya untuk tinggal di luar negri , tepatnya di Amerika. Gue pun terpukul mendengarnya.

“Cal, lo gak bisa terus-terusan mikirin Kevin kaya gini. Dia itu gamau bilang kepergiannya karna dia gamau liat lo sedih. Coba kalo dia tau lo sedih kaya gini. Gimana Cal.”

“tapi gue kecewa banget Fel, lo ga ngerti perasaan gue.”
Sehari sebelum Kevin pergi, teman-teman sekelas sebenarnya sudah tau akan kabar bahwa Kevin akan pindah dari sekolah.

Tapi Kevin melarang mereka semua untuk memberitahu gue dan merahasiakan semuanya. Ini juga karena Kevin gak ingin buat gue bersedih. Tapi justru malah sebaliknya.

Seminggupun berlalu, gue masih belum bisa menerima semua ini. Disekolah rasanya sepi tak ada Kevin di sisi gue yang biasanya setiap hari menyapa gue, tertawa bersama. Kevin juga tak pernah mengabari gue dia menghilang begitu saja.

Sampai sekarang gue belum bisa memaafkannya sebelum gue tau alasannya mengapa dia tak memberitahu gue tentang kepergian dan kepindahannya ke Amerika.

Gue mencoba melupakannya tapi gue tak bisa, perasaan ini menyiksaku. Semakin gue mencoba melupakannya, semakin gue tak bisa menghapus kenangan Kevin dari hati gue.

“Cal, maafin gue ya gue gak bilang sama lo . sebenernya gue udah tau Kevin mau pindah dari sekolah, tapi Kevin ngelarang gue buat bilang sama lo, katanya dia gak mau buat lo sedih. Lo pasti bisa dapetin yang lebih dari dia. Itu pesan arya buat lo.” Kata Dito sahabatnya Kevin.

Saat Dito bilang semua itu ke gue entah mengapa, hati gue gak bisa menerimanya. Gue menyayangi Kevin, hanya Kevin yang selalu ada di hatiku, dan dia yang terbaik untukku. Itu menurutku.

“lo jahat Dit, kenapa lo gak bilang sama gue dan harusnya lo tuh ngerti.”

“iya, maafin gue Cal. Gue salah, tapi mau gimana lagi Kevin udah pergi dan asal lo tau Cal. Dia sayang banget sama lo. Dia sebenernya gamau pindah, tapi karna desakan orang tuanya dia pindah ke Amerika.”

“ gue kecewa Dit sama dia. Kenapa dia gak bilang dari awal?”kata gue lemas.

Gue meninggalkan Dito yang masih diam membisu diambang pintu kelasku. Gue gak mau mendengar semuanya lagi.

Gue udah cukup kecewa dengan semua ini. andaikan waktu bisa berhenti berputar untuk saat ini, gue ingin kembali dan melihat Kevin untuk terakhir kali.

Pagi hari di kelas,

Seiring berjalannya waktu meskipun Kevin tak pernah mengabari gue, dan mungkin dia sudah lupa dengan gue. Yaa, begitupun gue masih terus mencoba melupakannya.

Hari-demi hari gue jalani semuanya seperti normal dulu sebelum Kevin pindah dari sekolah ini. Gue hanya bisa mencoba untuk ikhlas dengan yang gue jalani sekarang.

Andaikan ini semua mimpi, gue tak mau ini semua akan terjadi. Tetapi apa daya semuanya bukan mimpi, ini nyata.

“Cal.....” panggil seseorang dari tempat duduk belakang dan ternyata itu Dito , dia berjalan menghampiri gue

“apaan Dit?’’ kata gue

“Cal, kemaren Kevin chat gue nanyain lo.”

“terus?”

“kok terus?” 

“iyaa, terus kenapa? Apa urusannya sama gue?”

“adalah ”

“apaan?” tanya gue sinis

“dia masi nungguin lo.”

“oh.” Jawabku singkat

“dih ngeselin nih anak, emang lo gamau tau kabarnya dia?” 

“ah gatau gue, gue bingung sama dia , dia bilang sayang sama gue tapi apaan ninggalin gue gitu aja dan udah seminggu lebih gue gatau kabarnya.”

“yaa lo tanya lah kabarnya gimana?” 

“ngapain ah Dit, gue cewek gengsi kali nanya ke cowo duluan.” Kata gue agak jengkel

“gue bingung ama lo berdua, lo sama Kevin sama-sama sayang, tapi gak ada yang mau mulai duluan. Gimana kalian mau jadian kalo sama-sama gengsi. Cinta, tapi munafik. ”

“harusnya dialah, minta maaf enggak , kabarin gue juga enggak. Kalo gue disuruh milih untuk kenal sama dia atau gak, gue akan lebih milih enggak dari pada gue harus sakit hati kaya gini akhirnya...gue malah kecewa banget.”

“yaaa, kemaren dia nanyain kabar lo, ya gue jawab lo sedih banget dia pindah.”

“lo jujur amat si Dit, aaaah tau deh.”

Jangan lupa Vote and Coment

Why did you goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang