01. Alina

291 16 8
                                    



Bulir keringat membasahi dahi dan leher Alina. Mimpi itu kembali lagi. Bunga tidur yang selalu menghantui Alina setiap malam. Untung tidak ada yang mendengar Alina meneriaki nama Zenitha.

Dengan nafas yang tersenggal-senggal, diliriknya jam yang ada disebelah nakasnya menunjukkan pukul 04.00. Alina masih memiliki waktu untuk bersiap-siap ke sekolah barunya. Ia pun bergegas untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Subuh.

Kejadian dua tahun yang lalu membuat Alina terpuruk Zenitha, sahabat karibnya dari bangku kelas 4 Sekolah Dasar di Jakarta. Gadis periang dan cantik yang menerima Alina apa adanya sebagai seorang sahabat, membuat Alina merasa beruntung memiliki Zenitha. Sahabat sekaligus adik bagi Alina. Alina lebih tua dari Zenitha. Jarak umur mereka hanya berkisar 3 bulan saja.

Alina begitu syok mendengar kabar bahwa nyawa Zenitha tidak bisa diselamatkan setelah dilarikan ke Rumah Sakit. Dikarenakan Zenitha terjatuh dari tangga rumah Alina yang cukup panjang dan tinggi.

Berminggu-minggu Alina menangisi kepergian Zenitha. Alina terus menyalahkan dirinya sendiri bahwa ini semua adalah kesalahannya. Andai saja ia tahu bahwa hari itu Kevin main kerumahnya, mungkin Alina bisa mencegah Zenitha ke rumahnya.

Pasca peristiwa kecelakaan yang dialami Zenitha, Kevin dihajar oleh Arga ketika ia memberitahu berita tentang kepergian Zenitha. Alina juga tidak diperbolehkan membawa teman laki-laki ke rumah, kecuali jika ada urusan penting saja.

Malamnya Kevin langsung pergi ke Singapura. Ia sudah berpamitan dengan Alina, sementara hubungan pertemanannya dengan Arga sudah berakhir.

Detik demi detik berlalu, hingga jam menunjukkan pukul 05.30, sehabis sholat Subuh Alina kembali tidur dan sekarang masih enggan meninggalkan tempat tidurnya. Dengan tubuh yang terlungkup memeluk boneka teddy berwarna pink yang besar hadiah ulang tahun dari kakaknya.

Ceklek!

Pintu kamar Alina terbuka, menampilkan figur sosok kakak yang tampan namun tegas. Ditariknya selimut tebal yang membungkus badan mungil Alina sambil menarik boneka kesayangannya itu. "Udah jam segini masih belum bangun juga?"

"Kak," rengek Alina. Reza berdeham.

"Aku berangkat sekolahnya besok aja ya? Aku belum siap ketemu orang baru hari ini" Reza menghembuskan nafas dengan pelan.

"Nggak, berangkatnya hari ini. Ayo, siap-siap nanti kakak yang anter ke sekolah baru kamu" ucap Reza sambil menarik kedua tangan adiknya untuk bangun. Namun nampaknya Alina sangat malas untuk pergi ke sekolah hari ini.

"Alina!" Reza dan Alina dikejutkan oleh suara Drew yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

"Kamu harus berangkat sekolah hari ini." ucap Drew dengan nada ketusnya.

"Iya Pa," Tak ingin melihat Papanya ngamuk pagi-pagi, Alina pun bergegas masuk ke kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

Setelah memakan banyak waktu untuk bersiap diri, kini Alina sudah turun memakai seragam abu-abu kebanggaan SMA Zergo dan dibalut jaket denim oversize milik kakaknya. Dengan polesan sedikit bedak dan lipgloss serta rambut coklatnya yang ia biarkan tergerai menambah kesan cantik dimata kaum adam. Apalagi ketika ia tersenyum menampilkan gigi kelincinya yang imut membuat kesan cantik.

"Perfect!" Alina tak henti-hentinya memuji dirinya didepan cermin.

Alina turun menuju ruang makan, menarik kursi disebelah Reza dan langsung mengambil sepotong roti dengan selai stroberi kesukaannya.

Yours // ManuRiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang