03. Brother

181 10 13
                                    


Bel Tanda pulang sekolah sudah berbunyi. Para siswa-siswi SMA Zergo mulai berhamburan keluar kelas. Ada yang mampir ke kantin untuk jajan atau sekedar nongkrong, dan ada juga yang langsung pulang kerumah masing-masing.

"Pulang bareng yuk, Al?" tawar Vano.

"Nggak usah sok nawarin kalo lo pulangnya aja masih nebeng Arga." cerca Dean.

"Ngaca, lo juga ikutan nebeng"

"Nggak usah, gue udah dijemput kok, makasih ya." Alina mengulas senyum.

"Kalo gitu jalan bareng kita ke parkiran aja, Al?" ajak Athala, Alina manggut-manggut.

"Arga bawa mobil?" Arga yang sedang membereskan buku hanya mengangguk sekali mengiyakan.

"Yang nyetir siapa?"

"Arga juga," Vano terdiam. Namun ia berbicara lagi, "Abisnya gue nggak dibolehin bawa mobilnya, padahal bisa gantian gitu,"

"Lo kalo bawa mobil grasak-grusuk anjir, berasa mau mati tau nggak." rutuk Dean.

"Lebay lo,"

"Pada mau balik nggak, nih?" Arga menenteng tasnya dan berjalan terlebih dahulu.

"Arga tungguin, woy!" sahut Vano dan Dean menyusul Arga, diikuti Alina dan Athala. Mereka pun berjalan beriringan, sehingga memancing tatapan-tatapan yang membuat Alina sedikit risih.

"Mereka kenapa ngeliatin kita sampai segitunya?" tanya Alina sambil membuka bungkus permen yang diberi oleh Dean.

"Udah biarin aja" ujar Athala.

"Mungkin karna lo sangking cantiknya kali, ya?" Vano menaik turunkan alisnya.

"Si babi ngegombal" sahut Dean. Kini Vano memanggil Arga dengan tampang jahilnya. "Arga! Cantikan mana Alina sama Vande?"

Arga yang ada didepan langsung berhenti dan menoleh dengan wajah garangnya. "Bacot, lo pulang pake angkot."

Dean dan Athala tertawa terbahak-bahak melihat wajah Vano yang memelas, "Yah.. Ga, gue bercanda kali, sensi amat, lo."

"Vande siapa, Ath?" tanya Alina.

"Yang cewek tadi pagi nyamperin kita dikantin, itu mantannya Arga. Nah, yang ngobrol mesra sama Vano itu Derlin, dia mantannya Vano."

"Kalo cewek yang satunya lagi?" tanya Alina lagi.

"Namanya Lily." ujar Athala.

"Vano sama Derlin kenapa bisa putus?"

"Nah, kalo itu emang Vano yang bego hahaha..." celetuk Dean.

"Gue khilaf anjir," Vano mengusap wajahnya dengan kasar, "Sebenernya Derlin itu baik. Tapi, semenjak ketemu Vande sama Lily, Derlin kayak mau-maunya aja dibegoin sama mereka."

"Dan lo juga mau-maunya dibegoin sama Derlin," tutur Athala. "Makanya Van, lo itu jangan terlalu baik, terlalu polos dan terlalu gampangan."

"Apa? Gue gantengan?" celetuk Vano dengan pedenya.

Athala memutar bola matanya malas. "Udah bego, budeg lagi."

Terdengar suara klakson mobil dari arah pintu gerbang, sontak Alina menoleh dan mendapati Reza sedang menjemputnya.

"Gue udah dijemput, gue balik duluan, ya." pamit Alina.

"Ati-ati dijalan, Al." seru Athala. Alina memberi isyarat oke dengan jempol.

Yours // ManuRiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang