05. Peringatan

144 7 7
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB, waktu istirahat pun tiba. Alina segera keluar dari kelas dan berjalan menuju mushola hendak melaksanakan sholat dzuhur. Sekarang Alina sudah paham sedikit tentang sekolahnya.

Rambut Alina yang digerai mulai bersibak kesana-kemari karena tertiup angin. Tak sedikit dari para siswa yang sedang berada dikoridor memperhatikan Alina.

"Kenapa gue mendadak jadi artis kayak gini," batin Alina.

"Eh," tiba-tiba Alina merasa ada seseorang menarik tangannya dengan kasar.

"Gue minta lo jauhin Arga kalo lo pengen hidup tenang disekolah ini." cetus Vande.

"Maksud lo apaan," ujar Alina.

"Gausah sok polos lo!" tuding Derlin.

"Gue beneran nggak ngerti kalian ngomong apa."

"Wah, nih anak minta dikasih pelajaran, Van," sahut Lily.

"Lo berusaha deketin Arga dan sekarang lo mendadak bego? Nyari mati lo sama gue?!" kini posisi Alina terpojok. Vande mencengkram kerah Alina kuat. Namun Alina berusaha tenang.

"Yang deketin Arga siapa sih, Van? Gue nggak pernah deketin dia sama sekali," Alina melepaskan cengkraman Vande.

"Lagi pula lo juga mantannya, kan? Mending sekarang lo sholat sama gue, terus lo berdoa biar Arga bisa cinta sama lo dan kalian bisa balikan lagi." lanjut Alina.

"Nggak usah sok suci lo anak baru. Lo nggak tau sedang berhadapan dengan siapa? Hah?!" Vande mulai emosi. Ia memberi kode Derlin dan Lily untuk memegang kedua tangan Alina.

"Apa-apaan nih, kalo ngomong bisa baik-baik, kan?" Alina memberontak.

Vande berjalan mendekati Alina, menangkup dagu Alina dengan satu tangannya. "Gue, Vande Juanistha Xander, penyumbang terbesar disekolah ini. Kepala sekolah disini juga temenan sama bokap gue. Jadi, kalo lo berani macem-macem, gue bisa tendang lo keluar dari sekolah. Ngerti?"

Vande memberi kode Derlin dan Lily untuk melepaskan tangan Alina. "Cabut girls."

Alina menatap kepergian Vande dan teman-temannya tersebut sambil mengusap pipinya yang sedikit kemerahan akibat cengkraman Vande.

"Dikira gue takut kali, ya." gumam Alina lalu pergi menuju mushola, tujuan awalnya.

*****

Waktu terus berputar, namun terasa lambat bagi Alina. Ia ingin cepat-cepat pulang. Pikirannya sedikit kacau. Ia tidak terlalu memikirkan ucapan Vande tadi siang, tapi Alina merasa itu peringatan awal untuknya. Baru saja ia berfikir akan terasa menyenangkan jika kembali bersekolah, namun nampaknya ia akan menarik ucapannya kemarin.

TEETTT....

Sepertinya dewi fortuna menjawab ucapan Alina kali ini. Dengan cepat ia mengemas bukunya dan memasukkannya kedalam tas.

"Selamat siang anak-anak, selamat beristirahat dirumah"

"SELAMAT SIANG, PAK!!" sahut seluruh murid.

Baru saja Alina ingin mengirim pesan kepada Reza untuk menjemputnya, namun Pak Bambang menghampirinya.

"Alina," panggil Pak Bambang.

"Ada apa, Pak?"

"Kamu sama Arga temui saya di ruang band sekarang, saya tunggu kalian." Pak Bambang langsung pergi begitu saja setelah mengucapkan kalimat tersebut hingga membuat Vano, Dean dan Athala bingung.

"Ngapain lo berdua sampe disuruh Pak Bambang ke ruang band?" tanya Athala.

"Oh, jadi yang katanya Alina bakalan nyusul ke kantin, malah berduaan sama Arga di ruang band? Secepet itu lo, Ga, dapetin penggantinya Vande?" ucapan Vano sukses membuat Arga menatap tajam kearahnya. Tapi Vano hanya tertawa keras melihat reaksi Arga.

Yours // ManuRiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang