04. Bakat

139 7 13
                                    



Pagi ini Alina merasa tidak bersemangat bersekolah. Untuk kesekian kalinya, Drew menolak pemberian Alina, apapun itu bentuknya. Namun, ia merasa sedikit tenang karena saat sarapan tadi Drew memakan roti bakar buatan Alina, meskipun dipaksa oleh Reza dan Rania.

Hembusan nafas ia buang dengan kasar lewat mulutnya. Buku pelajaran matematika terlihat tidak menarik sama sekali dihadapannya. Padahal itu salah satu pelajaran kesukaan Alina. Ia berdoa, semoga ia bisa memahami materi yang diajarkan oleh Bu Endang hari ini.

Teettt....

Tak lama kemudian suara bel istirahat yang ditunggu oleh penjuru sekolah mulai terdengar.

"Baik, semoga kalian mengerti materi yang saya ajarkan hari ini. Selamat pagi." Bu Endang segera keluar dari kelas XI IPS 2 dan menuju ke ruang guru.

"PAGI BU!!!" sahut seluruh murid kelas.

Alina meletakkan kepalanya diatas meja. Ia terlalu malas pergi ke kantin. Lagipula ia membawa bekal yang sudah disiapkan oleh Rania. Sejenak Alina memejamkan matanya, ia merasakan sebuah tangan mendarat diatas keningnya. Alina membuka matanya. Ia bangun dan terkejut melihat Athala di depan wajahnya.

"Lo sakit, Al?" Alina menggeleng.

"Ke kantin yuk, Al." Ajak Vano, tapi Alina menolaknya.

"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul." jawab Alina tak bersemangat.

"Ya udah, kita duluan, ya." ujar Vano menepuk bahu Alina dan pergi meninggalkan Alina di kelas. Alina tidak sendiri, dikelas masih terdapat beberapa murid yang masih setia dibangkunya.

Alina menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya lewat hidung. Ia merogoh sakunya. Mengotak-atik benda pipih berwarna rosegold dengan logo apel dibelakangnya.

Ada beberapa pesan notifikasi dari kakaknya kemarin yang belum sempat ia buka, dan beberapa dari media sosial seperti line, twitter, ataupun instagram.

Merasa jenuh, ia pun berniat berkeliling sekolah sendiri. Melewati koridor demi koridor dan akhirnya ia berhenti didepan pintu dengan papan bertuliskan "Ruang Band". Alina memberanikan diri dengan membuka kenop pintu dengan perlahan.

"Halo, ada orang disini?" ujar Alina sedikit menaikkan suaranya. Tak ada jawaban, Alina memberanikan diri masuk ke ruangan itu.

Terdapat banyak sekali alat musik yang tertata rapi. Alina bergumam senang. Kini matanya berhenti disatu alat musik yang berada diujung ruangan. Dengan senang hati ia mengambil dan duduk memangkunya. Alina mulai memetik senar dan bernyanyi,

***puter lagu yang ada di mulmed yas!! bayangin aja Alina nyanyi lagu itu***

"Could dress up

To get love
But guess what?
I'm never gonna be that girl
Who's living in a Barbie world

Could wake up
And make up
And play dumb
Pretending that I need a boy
Who's gonna treat me like a toy

I know the other girlies wanna wear expensive things
Like diamond rings
But I don't wanna be the puppet that you're playing on a string
This queen don't need a king"

Jari-jemari Alina memetik senar gitar dengan lihainya.

"Oh, I don't know what you've been told
But this gal right here's gonna rule the world
Yeah, that is where I'm gonna be because I wanna be
No, I don't wanna sit still, look pretty
You get off on your nine to five
Dream of picket fences and trophy wives
But no, I'm never gonna be 'cause I don't wanna be
No, I don't wanna sit still look pretty"

Yours // ManuRiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang