3

10.6K 142 0
                                    

Toilet di kampus itu terbilang cukup bersih, apalagi mengingat itu adalah toilet pria, di mana dikadang-kadang selalu kotor dan bau. Namun, tidak dengan toilet tersebut yang membuat siapa saja betah berlama-lama di sana. Dan karena memang tujuan Raka di sana ingin berlama-lama. Sudah lima menit dia berdiam diri di sana. Ralat. Tidak bisa disebut berdiam diri kalau semua tangannya sedang senam maju mundur cantik.

Gara-gara si Rara, sial, dia mengumpat dalam hati. Gara-gara Rara atau Keysha? dirinya jadi bingung sendiri. Ah, persetan, pikirnya. Yang penting dia bisa melampiaskan nafsunya yang sudah tertahan sejak pertama dia melihat Keysha. Dia berusaha dengan sekuat tenaga dan membuat pikirannya fokus dengan hal-hal yang membuatnya terangsang. Contohnya? Aroma tubuh Keysha, rambut Keysha, tubuh Keysha, semuanya tentang Keysha selalu bisa membuatnya bergairah.

"Emmhh... Ergghh!" dan keluarlah cairan yang bisa menjadi bayi itu jika saja masuk ke dalam rahim perempuan. "Hah..  hah.." nafasnya terengah-engah seperti habis lari marathon. Tangannya yang lemas meraih tisu untuk membersihkan miliknya yang masih saja keras. "Sial, ini bocah emang gabisa puas kalo cuma sekali. Tapi kalo lama-lama ntar malah pada curiga. Apalagi tadi abis ngomongin yang engga-engga."

Kembali dia terngiang perkataan Keysha tentang jika dirinya naked di kelas, otaknya langsung merespon dengan memunculkan ingatan pada malam itu. Saat dirinya pulang dari London untuk liburan musim panas. Dia dan teman-teman lamanya di Jakarta datang ke kelab dan bertemu banyak gadis seksi. Walaupun sudah lama tinggal di London, Raka sangat jarang sekali datang ke kelab kalau bukan karena dipaksa.

Pada saat itu... eh tidak ada waktu untuk flasback. Gue harus cepetan balik ke kelas, pikirnya. Dibuangnya tisu bekas tadi ke tong sampah, kemudian dia berdiri dan mengenakan celananya kembali. Setelah keluar dari bilik toilet, ternyata dia tidak sendiri. Seseorang sedang buang air kecil di sana. Tanpa menghiraukannya, Raka cepat-cepat mencuci tangan di wastafel dan bergegas keluar dari sana.

Namun terkejut bukan main, ketika dia membuka pintu dan melihat Keysha berdiri di hadapannya. Itu membuat Raka junior ikut berdiri karenanya. "Ka-kamu? Kamu mau ke kamar mandi? Tapi ini kan... "

"Ah, gue tau itu toilet cowok. Gue cuma mau ketemu sama lo aja kok. Tadi lo diapa-apain sama si Rara, ya?"

Makin terkejut lagi karena Keysha bisa tahu apa yang terjadi. "Maksudnya?"

"Ah, gue minta maaf karena kelakuan si Rara. Dia kalo liat cowok ganteng emang langsung begitu."

Raka tertegun, karena dia baru saja disebut cowok ganteng oleh Keysha. Kembali otaknya berpesta pora ketika matanya mulai menjamah tubuh Keysha. "Kayaknya lo akrab banget sama Rara, ya?"

"Dia sepupunya si Billy," Keysha baru sadar kalau Raka benar-benar terganggu oleh kehadirannya. Walau terganggu dalam artian yang menyenangkan bagi lelaki tersebut. "Ohya, kalo gitu gue pergi du...," tak sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Niko tiba-tiba keluar dari toilet dan mereka berdua terpaku saat beradu pandang.

Entah apa yang dipikirkan oleh Keysha saat itu hingga dia malah menarik tangan Raka dengan mesra. "Raka, ayo, ntar Pak Wawan nyariin kita loh," ujar perempuan itu dengan lembut. Dia sendiri heran kenapa harus melakukan itu untuk membuat Niko cemburu.

Di situ Rakalah yang paling heran dengan sikap Keysha yang tiba-tiba jadi agresif. Saat tangannya disentuh, dia merasa seperti tersetrum listrik berdaya rendah. Sekujur tubuhnya mendadak bergemetar. Keysha yang menyadari hal tersebut hanya bisa mengerutkan dahinya dan mengajak Raka pergi dari sana.

"Eh, Rak, elo gapapa? Kenapa gemeteran gitu? Lo sakit, ya?" Keysha nampak panik saat mereka sudah menjauhi toilet dan hampir sampai kelas. Raka tidak mampu berkata apa-apa. Terlebih setelah Keysha bertanya barusan, pegangan tangannya makin erat dan itu membuat Raka semakin speechless. "Atau lo mau ke UKS? Biar nanti gue ijinin ke Pak Wawan kalo lo lagi sakit."

Tulus dan NafsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang