"Jadi Oh Sehun tidak datang." Taeyong memberhentikan langkahnya di tengah tangga,dia memandang Ten dengan pandangan bosan.
"Tidak. Dan kau tahu apa lagi yang paling menyebalkan adalah dia tidak ingat ada janji denganku." Serunya sambil kembali sibuk memasukkan perkamen dan buku-bukunya kedalam tas, seolah tak terganggu dengan wajah tak terima dari Ten.
"Perlukah aku memberi sekantong coklat rasa lumpur atau muntah kepadanya?" Taeyong menggeleng perlahan sebelum akhirnya meletakkan tangannya pada pundak Ten.
"Tak perlu. Anggap saja tak pernah terjadi. Jam berapa sekarang?" Taeyong mengangkat tangannya, memandang jam muggle yang melingkar manis di pergelangan tangannya.
"Kau tidak berniat mengganti jam mugglemu itu." Katanya sambil melangkahkan satu kaki ke salah satu anak tangga. Ten memasang wajah bingung ketika temannya itu memasang wajah ketakutan. "Kau kenapa?"
"Ten, kau ada kelas apa siang ini?" Ten mendongakkan kepalanya, tak tahu apa yang dia lihat di langit Hogwarts, tak mungkin ada jadwal pelajaran mereka disana.
"Sejarah sihir. Ah. Aku tak mengerti mengapa kepala sekolah masih memperkerjakan guru han- hey, kau mau kemana?" Ten berusaha menggapai jubah dengan aksen berwarna kuning itu tetapi gagal, Taeyong berlari dengan cepat menelusuri tangga.
"Pelajaran Ramuan dan Prof. Longbottom tak suka terlambat." Serunya dengan cepat berbelok turun menuju kelas ramuan yang terletak dibawah tanah, mungkin akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk sampai disana.
"Aku berdoa semoga kau tak dapat detensi."
***
Taeyong tiba tepat di ruang kelas ramuan tepat 12 menit dan dia terlambat, Prof Longbottom memasang wajah kesal ketika dia membuka pintu ruangan.
"Terlambat Tuan Lee." Taeyong menundukkan kepalanya, dia menggumamkan beberapa kata maaf. "Ambil kualimu. Dan cari tempatmu."Prof Longbottom berbalik. "Karena kau datang terlambat, saya tidak akan mengulang penjelasan lagi tentang forgetfullness potion."
Taeyong menghela napasnya, mengambil buku pelajaran dan tak lupa kualinya, lalu memilih tempat duduk, walau akhirnya dia harus duduk didekat Slytherin dan yang lebih menyebalkan lagi, dia harus duduk didekat Jaehyun.
Dunia memang membencinya.Taeyong menghela napasnya, dia harus fokus. Tangannya bergerak mengambil beberapa bahan, sesekali matanya melihat buku panduan potion miliknya.
Plakk
"Urusi uruasanmu sendiri, Tuan Jung."Ketika mendongak, Taeyong mendapati Jaehyun yang kini tengah mengelus kepalanya. Mungkin Prof Longbottom telah memukul kepalanya.
Hampir saja Taeyong tertawa, jika saja Prof Longbottom tidak mengirimkan tatapan tajam kepadanya. Taeyong segera menunduk, kembali pada kuali didepannya, walau ujung matanya kini sempat melirik kearah Jaehyun.
Entah apa yang dia masukkan, ramuannya kini berwarna coklat, Taeyong beberapa kali melirik buku memastikan bahwa warna yang diharapkan tak dia dapat.
"Tuan Lee, kau gagal." Prof Longbottom mengayunkan tongkatnya, menyebabkan kualinya kini mendadak kosong.
Taeyong menghela napasnya, kecewa, detensi siap menunggunya.
"Empat lembar perkamen tentang forgetfullnes potion, dikumpul dua minggu setelah libur natal."
Ini yang menyebabkan kenapa Taeyong membenci potion.
***
"Tak bisakah kau membantuku, Ten." Kini Taeyong tengah berada di meja Gryffindor, merayu atau lebih tepatnya mengemis kepada sahabatnya itu.
"Sudah kubilang kita memiliki masalah yang sama, Lee Taeyong-ssi." Ten menggeser makanan dan duduknya menjauh dari Taeyong. "Sana minta bantuan Oh Sehun. Pasti bocah otak itu mau membantumu." Taeyong mengibaskan tangannya,
"Kau sama sekali tak membantu. Dan jangan sebut nama Oh Sehun didepan ku lagi." Ten menolehkan kepalanya, menatap dengan pandangan meremahkan.
"Lalu bagaimana kau menyelesaikan esaimu, Tuan Lee. Bagaimana kalau mengarang saja?" Taeyong mendengus, sebelum akhirnya bangkit dari duduknya.
***
Sebuah buku melayang mendekati tangan Doyoung yang telah terulur, ketika buku itu sampai Doyoung membuka lembar tertentu lalu mengambil bulunya dan menuliskan beberapa kalimat disana.
"Bantu dia. Bukankah kau lumayan handal dalam potion?" Jaehyun mendongakkan kepalanya dari buku, dia menatap Doyoung yang duduk membelakanginya.
"Apa maksudmu?" Jaehyun berusaha bertanya dengan nada sekecil mungkin, selain tempat ini adalah perpustakaan juga karena dia tak ingin ada Doyoung lainnya yang mengetahui rahasianya dan merepotkan dirinya.
"Manfaatkan kesempatan ini untuk mendekatinya. Sekian dan terima kasih,bocah tak punya otak." Serunya sambil menegakkan tubuhnya dari tempat duduk, meninggalkan Jaehyun yang menghela napas kasar.
***
"Kau darimana?"Jaehyun menolehkan kepalanya, mendapati Johnny kini tengah berbaring di tempat tidurnya. Seingatnya Johnny sama sekali tak bergerak sejak tadi pagi.
"Kau membolos?" Johnny menggerlingkan matanya.
"Kau tak sadar, aku tak ada di kelas ramuan, karena kau terlalu sibuk dengan bocah Hufflepuff itu."Jaehyun hampir saja berteriak, dia untung saja bisa menahan emosi dengan berdehem.
"Apa maksudmu?" Johnny sadar bahwa aura yang Jaehyun berikan telah berubah, dia menegakkan badannya.
"Bercanda. Kenapa kau serius sekali? Sudahlah aku mau tidur lagi."
Jaehyun berdehem perlahan, membuat Johnny menarik selimutnya.
***
Sayapnya menukik tajam, turun jatuh kearah Taeyong secara perlahan, membuat Taeyong melebarkan tangannya, kertas yang berbentuk burung itu turun secara anggun di tangannya.
"Apa itu?" Hansol memalingkan wajahnya dari buku spellnya, memperhatikan burung kertas yang jatuh di atas tangan Taeyong. Taeyong menggedikkan bahunya tak mengerti.
"Ada tulisannya." Taeyong menunjuk sayap sebelah kiri burung kertas itu. Hansol memincingkan matanya, lalu menggelengkan kepalanya.
"Tak ada apa-apa." Taeyong mengerutkan dahinya, padahal jelas-jelas ada tulisan bertinta emas. Dia ingin kembali menyanggah perkataan Hansol tetapi teman satu asramanya itu malah memilih membaca bukunya.
Padahal jelas-jelas terdapat tulisan di sayapnya.
Lantai 3 jam 10 malam ini.
Apa ini? Dia sebenarnya takut tetapi entah mengapa dirinya sangat semangat.
***
Taeyong berjalan sangat perlahan, matanya terus dia tajamkan di remangnya cahaya yang diberikan oleh tongkatnya. Dia harus waspada jika tidak ingin terkena detensi lagi. Bertemu Mr. Flich atau kucingnya Mrs. Norris sangat merugikannya kini.
Ketika sampai di lantai tiga, dengan dapat melihat seorang anak laki-laki sedang berdiri membelakanginya. Tetapi ketika tubuh itu berbalik, matanya terbelalak tak percaya.
"Jung Jaehyun."
***
Spell : mantera
Potion: Ramuan
Forgetfullness Potion : Ramuan pelupa
***
(not really) Fast update
Btw apakah aku harus buat Glosarium tentang kata-kata sihirnya.
YOU ARE READING
Jaehyun and his slytherin pride
FanfictionJaehyun seorang pure blood dan seorang slytherin. dia sangat mencintai keluarganya dan housenya. tetapi bagaimana jika dia jatuh cinta pada seorang mud blood dan seorang bocah tidak beruntung yang hidup di Hufflepuff. bagaimana dia harus mempertaha...