Great Hall terdengar lebih ramai daripada biasanya. Pagi itu bukan hanya obrolan biasa para murid seperti pelajaran hari ini, berita Daily Prophet, hal-hal yang dilakukan hari ini tetapi gosip yang kini tengah menyebar kencang, yang tak tahu darimana, banyak beberapa orang yang bilang menyebar dari satu lukisan ke lukisan lain, lalu sampai ke telinga para hantu yang kini tengah menyebarkan pada masing-masing asramanya.
"Jung lah yang melempar kutukan itu." Nick-Kepala-Nyaris-Lepas muncul dari bawah meja Gryffindor, hanya setengah tubuhnya yang dapat terlihat oleh murid Gryffindor yang kini mengelilingi Nick-Kepala-Nyaris-Putus, melupakan jus labu dan pancake mereka.
"Aku tahu dari lukisan Si Angkuh Pangeran itu. Dia tahu dari salah satu lukisan yang berada di dalam Great Hall. Dari wand Jung keluar Cruciatus Curse, sangat jelas, mengepul dengan sangat jelas."
"Tak mengherankan sebenarnya, benar bukan, Ten." Anak laki-laki dengan rambut pirang itu menyentuh pundak Ten yang berada disebelahnya, sehingga dengan cepat anak laki-laki keturunan Thailand itu mengangguk.
"Bocah licik Slytherin itu sudah mengganggu Taeyong sejak tingkat dua." Nada suaranya menggebu-gebu tak terima.
"Kalian, Gryffindor memang lebih suka memakai otot daripada otak." Beberapa pasang mata yang sebelumnya menatap Sir Nick kini memandang sumber suara dengan tatapan menyebalkan. "Kalian sama sekali tak tahu apa-apa." Doyoung berkata dengan angkuh, tangannya terlipat dikedua dadanya, melemparkan pandangan remeh pada mereka.
"Diamlah ini bukan urusanmu. Kembalilah ke habitatmu, kotoran otak." Doyoung menghela napasnya, berfikir tak ada gunanya bertengkar dengan para penyuka otot.
"Ya sudah terserah kalian. Good luck." Doyoung melangkah ringan menjauh meja Gryffindor, membuat para Singa itu kembali memandang Sir Nick.
"Jadi Sir Nick, apa hukumannya yang didapat si Bocah Slytherin itu? Apa dia dikeluarkan dari Hogwarts-."
Suara pintu Great Hall yang terbuka, entah kenapa suaranya terdengar lebih besar dari biasanya, membuat semua kepala kini menoleh menatap siapa yang datang.
"Well, pasti dia memakai kuasa Ayahnya." Jungwoo, salah satu murid Gryffindor yang berada satu tingkat dibawah Ten bergumam. Mata mereka semua kini memandang Jaehyun dan Johnny berjalan dengan tingkah biasa saja menuju meja Slytherin.
"Haruskah kita mengerjainya dengan alat-alat Weasley?"
***
"Setidaknya orangtuamu harus punya status untuk bisa lolos dari hukuman." Jaehyun menghentikan langkahnya, dia menoleh mendapati murid Hufflepuff yang tadi tengah memandangnya segera berbalik dengan cepat.
Jaehyun ingin sekali melemparkan perkataan kasar tetapi Johnny menahan lengannya, menariknya dengan segera ke lorong terdekat. Jaehyun menghempaskan dengan segera tangan Johnny.
"Kenapa kau menarikku? Aku ingin mengatakan sesungguhnya pada mereka semua." Dia berteriak marah, Jaehyun bahkan mendorong tubuh Johnny dengan sangat keras, membuat anak laki-laki yang sebelumnya tinggal di Chicago itu mundur beberapa langkah.
"Kau pikir mereka akan mendengarkan kita. Kau tahu image kita telah jelek di mata mereka, tak akan pernah berubah kapanpun walau perang sihir telah berakhir berpuluh-puluh tahun yang lalu." Johnny mengusap kasar rambutnya.
"Jadi kau memikirkan hal yang sama juga." Jaehyun menyandarkan tubuhnya di dinding batu. Wajahnya menunduk ke bawah.
"Kita sama seperti asrama lain yang ingin memenangkan asramanya. Tapi kita selalu saja menjadi peran jahat disini. Kenapa mereka selalu berfikiran yang jahat terhadap kita?" Jaehyun mendengus.
"Kita hanya ingin diperhatikan. Dengan mengejek, kita akan diperhatikan."
***
Plop, bunyi kecil itu mampu membuat Jaehyun menoleh dan memberhentikan langkahnya, dia berbalik dan mendapati Earl kini tengah memandang dengan tatapan bahagia. Jaehyun berjalan kearah salah satu lorong yang biasanya tak di lewati oleh murid lainnya.
"Ada apa Earl?"
"Tuan Taeyong Lee sudah boleh kembali." Matanya melebar, kakinya dengan cepat berlari, tujuannya hanya satu menuju Hospital Wings, setidaknya dia ingin melihat anak laki-laki itu sebelum gosip sampai pada telinganya.
Tetapi sepertinya terlambat, ketika sampai di sebuah lorong dekat Hospital Wings, Jaehyun dapat melihat Taeyong kini tengah mengobrol dengan bocah otak, Doyoung Kim. Ketika mereka mendongak dan pandangan mata mereka bertemu, Taeyong dan Doyoung memberhentikan pembicaraannya bahkan menatapnya dengan pandangan biasa, pandangan benci.
Sepertinya Doyoung telah menyebarkan gosip itu. artinya dia terlambat.
"Kim, aku duluan. Ten dan teman-teman yang lain sudah menunggu." Taeyong langsung berlari tanpa menoleh.
"Kau sudah memberitahunya." Doyoung mengangkat sebelah alisnya seolah tak mengerti walau senyum liciknya kini terpasang.
"Beritahu yang mana maksudmu?"
"Apalagi yang kau ketahui, Kim?" Doyoung menyeringai, dia berjalan perlahan mendekati Jaehyun.
"Kalau rahasia yang diketahui satu kastil itu aku tidak tertarik." Serunya berbicara tepat di telinga Jaehyun, membuatnya menoleh.
"Rahasia apa maksudmu?" Doyoung memberi jarak pada Jaehyun, bersikap waspada.
"Rahasia yang bahkan seorang Johnny Seo pun tak tahu."
***
a/n : pendek hehehe maaf ya sengaja. Untuk pelakunya aku keep dulu
***
YOU ARE READING
Jaehyun and his slytherin pride
FanficJaehyun seorang pure blood dan seorang slytherin. dia sangat mencintai keluarganya dan housenya. tetapi bagaimana jika dia jatuh cinta pada seorang mud blood dan seorang bocah tidak beruntung yang hidup di Hufflepuff. bagaimana dia harus mempertaha...