Temui aku di jutaan manusia. Boleh jadi, mulanya kita orang asing. Boleh jadi, namamu ternyata tidak asing. Sebab dalam ketentuan-Nya, boleh jadi, hanya namamu yang bagiku penting.
-••---⭒.⭑❦⭑.⭒---••-
Dua tahun silam
Duk, duk, duk ...
Suara mikrofon yang diketuk-ketuk ujung jemari muncul dari penyuar menarik atensi sebagian pengunjung PusKesMas. Mereka memasang telinga, termasuk juga Dara.
Nama-nama asing terus disebutkan, tetapi hingga panggilan terakhir namanya tak kunjung terpanggil. Punggung Dara yang semula tegap kembali merosot di bangkunya, helaan napas kasar lolos di antara dua bibirnya yang memaju pasrah.
Puluhan menit berlalu, salah seorang apoteker wanita kembali memanggil nama-nama pasien. Dan meski sudah jenuh berkali-kali dikecewakan Dara tetap seksama mendengarkan.
Sementara nama-nama lain masih disebutkan, tapi untuk sesaat Dara tetap bergeming di tempat sampai ia sadar bahwa beberapa sekon lalu namanya dipanggil.
Tak ingin menjadi yang terakhir, Dara bergegas masuk ke dalam barisan dari dua barisan yang ada.
"Atas nama siapa?" tanya petugas farmasi tersebut ketika tiba giliran Dara.
Bibir kering nan pucat pasi itu bergerak mengucapkan nama utuhnya. "Poli umum." imbuh Dara kemudian.
"Bisa tolong disebutkan tanggal lahirnya?"
"Lima Mei."
"Lima Mei."
Dapat telinga Dara tangkap, seseorang yang juga mengambil obat di sampingnya memiliki tanggal lahir yang sama.
"2002."
"1994."
"Ah, tanggal dan bulannya aja yang kembar." batin Dara agak geli, selagi petugas itu kembali melempar pertanyaan mengenai nomor pribadi Dara.
"Kosong-delapan ..." ketika Dara tengah menyebutkan nomor ponselnya, sosok di samping melakukan hal yang sama.
Sambil mendengarkan apoteker menjelaskan obat-obatnya. Dara masih bertanya-tanya, apakah hanya dia satu-satunya yang menyadari kebetulan unik ini?
Tetapi sampai akhir pun, tak ada yang terjadi. Sosok itu pergi dan begitu juga Dara yang kembali. Kebetulan hanyalah kebetulan, ungkapan takdir tak ubahnya romantisasi pengandai-andaian.
-••---⭒.⭑❦⭑.⭒---••-
Masa kini. November, 2024
Lirih suara Adzan subuh dari tempat ibadah muslim terdekat bersahutan-sahutan, membangunkan beberapa mukmin termasuk Gio salah satunya.
Bermuasal di kamar mandi terdengar aktifitas Dasih, ibu Gio, tengah mencuci pakaian. Hanya berselang beberapa detik terdengar suara Dasih yang berseru pada anak tertua di keluarga kecil mereka. "Rum, tolong Rum. Ciloknya sudah matang tuh."
"Iya Bu," dari suara langkahnya, sepertinya Arum bergegas mematikan api kompor.
"Buk, ini aku goreng kacangnya ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jouska - Day Off
RomancePernah nggak, kamu berpikir untuk melarikan diri? Jika ada satu hari dimana kamu memegang kuasa penuh untuk mampu meninggalkan segala urusan pelik dunia-yang semua orang tau bagaimana beratnya itu-untuk beristirahat. Khusus di hari itu kamu bisa me...