Painful # 16

6K 629 161
                                    


Part 16

Galih Bule : Lang, lo di mana? Buruan pulang. Bu Tuty nungguin lo di tempat kost.

Gue Ganteng : Ngapain si gajah bengkak nungguin gue?

Galih Bule : Biasa nagih duit sewa kost. Bulan ini lo belum bayar.

Gue Ganteng : Emangnya sekarang tanggal berapa?

Galih Bule : Jangan bilang lo lupa tanggal lagi. Ini udah tanggal 25 bego. Buruan cepat lo pulang sekarang! Gue enggak mau ya, tuh si gendut ngamuk-ngamuk lagi di depan gue dan ngerusak Play station gue lagi!

Gue Ganteng : Tolong lo bilangin sama si gajah bengkak, dua hari lagi gue bayar duit sewanya. Sekarang gue lagi enggak megang duit. Udah, gue ada urusan. Bentar lagi gue pulang.

Galih Bule : Ogah, lo bilangin sendiri. Gue udah males bantuin lo lagi. Siap-siap aja lo kena pentung Bu Tuty alias si gajah bengkak.

Gue Ganteng : Kok lo gitu amat sama gue? Ayolah Gal, tolongin gue! Plis ....

Galih Bule : Bodo amat, gue enggak peduli. Udah ya ... gue lagi sibuk main game!

"Dasar si bule kesasar! Pelit amat jadi orang!" seru Elang dengan rasa jengkel.

Setelah menerima chat dari Galih lewat aplikasi line, Elang menyimpan kembali ponselnya di saku celana jeans yang ia kenakan. Ia melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 05.30 sore. Hampir tiga jam sudah Elang berdiam di rumah Rafa, duduk di sofa panjang seharian membuat bokong Elang terasa panas dan sakit.

Sementara Rafa ada di kamar atas sedang mengganti pakaiannya, sementara Nadya belum juga pulang dari super market. Lalu si kecil Kiki, duduk di sofa sebelah kiri Elang sambil memeluk boneka jerapah kesayangannya. Namun, wajah Kiki masih setia memandangi Elang dengan memasang tampang innocent. Kiki terkikik geli, tatkala melihat ekspresi Elang yang tampak sangat bete sekali sembari mengumpat kekesalannya pada Galih.

Elang menyadari itu, ia melirik ke samping menatap intens Kiki dengan  sebal.

"Ngapain lo lihat-lihat gue?" tanya Elang sedikit galak pada Kiki.

"Kakak jangan malah-malah telus. Ental cepat tua loh," ucap Kiki terkekeh dengan senyum lebar.

"Gue enggak marah. Tapi gue kesal."

Elang berdiri dari sofa, lalu melangkahkan tungkainya menuju ruang depan. Kiki melihat Elang sudah berjalan  juga ikut beranjak dari sofa tersebut dan mengekori Elang dari belakang.

Pintu utama ruang tamu dibuka lebar. Hari sudah senja, matahari yang sempat menyinari bumi kini perlahan-lahan mulai tenggelam dan akan bergantikan malam. Elang mendesah, tanpa berpikir panjang ia terus saja melangkah untuk pergi dari rumah itu.

"Kakak mau ke mana?" tanya Kiki berdiri di ambang pintu sembari memegang boneka jerapah.

Elang menghentikan langkahnya sebentar. Kemudian menoleh ke belakang. "Ya, pulanglah. Udah sana lo masuk. Bilangin sama kakak lo itu. Gue pulang."

"Tapi kata Kak Lafa bilang. Kakak belum boleh pulang."

"Bodo amat. Udah ya, makhluk kecil jangan bikin gue emosi. Kalo gue udah emosi gini, lo bisa-bisa gue telan." Elang melanjutkan langkahnya kembali, tak peduli pada Kiki yang masih berdiri di dekat pintu sambil memandangi kepergiaannya. Ia harus segera pulang, karena Bu Tuty sedang menunggunya di tempat kost. Entah alasan apa yang akan Elang katakan lagi pada wanita gempal itu, kalau ia belum bisa membayar uang sewa kamar. Bu Tuty pasti marah lagi padanya, jika sedikit saja ia telat membayar uang sewa, otomatis semua barang-barangnya akan dilempar keluar tanpa ada yang sisa oleh Ibu Tuty. Elang harus mencari akal supaya Bu Tuty luluh agar ia tidak didepak dari rumah kost. Sembari berjalan, Elang akan pikirkan alasan apa yang paling tepat untuk mengelabui wanita berbadan gempal itu, walau harus terkesan nakal.

PAINFUL ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang