Chapter 3

1.6K 211 12
                                    

Jisung jalan ke kantin sambil ngehentak-hentakin kakinya. Temen-temennya yang ngikutin dia di belakang cuma bisa diem sambil senyum maklum. Jisung kalo udah mode marah emang nyeremin. Lo negur dia satu huruf langsung dibales sama Jisung beribu kalimat. Mana pake kuah muncrat juga lagi.

Jisunv tuh lagi kesel sama tuh anak baru. Baru juga sehari di sekolah ini dia udah nyari muka di depan guru. Semua cewek di kelas dia yang dulunya penggemar dia sekarang malah nempel sama Hyunjin.

Lagian juga dingin gitu kenapa banyak yang suka sih, sialan, gumam Jisung.

Pengen banget rasanya Jisung tuh nonjok mukanya yang songong itu. Sok-sok an cool irit omong. Jisunh udah gemes aja selama di kelas tadi.

"Sung, pelan-pelan dong jalannya." Jeongin ngomong rada teriak.

Jisung berhenti terus balik badan. Matanya natap kedua sahabatnya tajam. Bikin semua orang di koridor bergidik ngeri.

"Suka-suka gue, sat!" habis ngomong gitu Jisung lanjut jalan ke arah kantin.

Felix sama Jeongin cuma bisa menghela napas sambil ngelus dada. Sabar mereka tuh punya temen kayak Jisung.

---

"Sung, bengong mulu lo? Biasanya kalo soal makanan semangat." tegur Felix yang mulai jengah ngeliat Jisung cuma ngaduk-ngaduk sup jamurnya.

Aneh sih emang. Biasanya sup jamur itu menu yang Jisung suka. Sekarang ngeliat Jisung yang natap sup nya malas malah jadi fenomena yang gak biasa bagi kedua sahabatnya.

Jisung cuma ngelirik ke arah Felix sekilas terus ngalihin pandangan ke mangkuk sup nya yang masih utuh. Sesaat setelah itu ia menghela napas. Ia meletakkan sendok nya lalu menatap kedua sahabatnya serius. Jeongin dan Felix yang merasa dipandangi akhirnya berhenti makan dan menatap balik ke arah Jisung.

"Kenapa lu liat-liat?" tanya Felix.

"Menurut kalian, si anak baru itu gimana?"

Jeongin yang sedang minum pun tersedak karena kaget mendengar pertanyaan yang Jisung lontarkan. Bahkan baru beberapa menit yang lalu ia menggerutu menyumpah serapahi sang murid baru. Lalu sekarang untuk apa ia meminta pendapat tentang Hyunjin.

Jeongin keliatan bingung lalu menoleh ke arah Felix. Felix pun sama bingungnya dengan Jeongin. Ia balas menoleh ke arah Jeongin.

Jisung yang menyaksikan kedua sahabatnya akhirnya mulai jengah. "Kenapa kalian malah tatap-tatapan sih?"

Felix berdehem. "Ekhm, ya kalau menurut gue dia tampan, walau jutek, tatapan matanya tajam bikin meleleh, ah ya jangan lupa tubuhnya udah kayak model. Kayaknya dia definisi manusia paling sempurna. Ya hampir sama lah kayak Jinyoung Sunbaenim." jelas Felix tanpa sadar bahwa ia menjelaskan dengan sangat antusias. Jeongin dan Jisung saling bertatapan curiga.

"Lo naksir dia kan?" tanya Jeongin tepat sasaran. Felix langsung diam membeku. Sadar kalau ia terlalu terlihat jika sedang mengagumi Hyunjin.

"Eng-enggak ih, apaan sih kalian. Haha-kan baru juga ketemu sehari. Ngaco ah." Felix tertawa hambar sambil mengibaskan tangan kanannya berusaha menyembunyikan kegugupannya.

"Kalo lu, Jeong?" Jisung beralih ke Jeongin yang masih setia mencomot jamur krispi di piring Felix membuat sang empunya menggeplak tangannya.

"Dua-in punya Lixie aja deh ya, no comment buat dia." jawab Jeongin santai sambil menancapkan sedotan pada kotak susunya dan meminumnya hingga habis.

Felix langsung mendelik ke arah Jeongin. "Apaan copy paste jawaban orang. Gak kreatif banget deh."

"Kenapa gue harus repot-repot merhatiin tuh anak baru? Kecuali kalo gue naksir sama dia. Gue tertarik aja enggak." jleb. Kata-kata Jeongin menohok Felix. Buru-buru ia mengalihkan pembicaraan.

"Btw, Sung. Kenapa ku nanya? Lo suka sama dia?"

Buru-buru Jisung menggeplak kepala Felix.

"Kok lu pukul kepala gue sih, Sung?" protes Felix tidak trima kepalanya dipukul.

"Biar tuh otak balik lagi ke tempatnya.  Mana mungkin gue naksir sama dia. Ketemu aja ogah. Ya gue cuma minta pendapat kalian aja sih." Jisung meminum jus stroberi kotaknya sampai habis. "Udah yuk balik ke kelas."

Mereka bergegas bangkit untuk kembali ke kelas mereka. Istirahat masih panjang sebenarnya tapi mereka tidak suka menghabiskan waktu istirahat di kantin.

Sebelum berbelok di koridor Jisung meminta kedua sahabatnya untuk pergi duluan karena ia akan pergi ke atap. Tempat favoritnya untuk bersantai. Tapi kali ini ia hanya ingin mengambil buku komiknya yang tertinggal.

Jisung itu sebenernya suka baca komik. Dia suka manga Naruto bikinan Masashi Kishimoto. Menurutnya, Naruto itu patut dicontoh. Meskipun ia hidup tanpa kasih sayang orang tua dan selalu dihina oleh banyak orang namun ia tidak pernah merasa dendam. Sebaliknya ia selalu berusaha menolong semua orang yang kesusahan. Ia juga tidak pernah putus asa untuk meraih mimpinya. Kenapa jadi ngomongin Naruto?

Jisung sampai pada tangga terakhir dekat pintu. Didorongnya pintu itu hingga terbuka dan ia langkahkan kakinya menuju sebuah sofa yang memang sengaja ditaruh di dekat pagar pembatas.

Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah kepala yang hanya terlihat seperempat menyembul dari balik sofa. Dengan perlahan ia melangkah mendekati. Namun-

"Ngapain jalan kayak maling begitu?"

Deg

Anjir,kok dia bisa tau.

Orang itu menoleh. Menatap datar ke arah Jisung yang masih diam di tempat dan wajah yang terlihat terkejut. Seakan tahu apa yang sedang pria manis itu pikirkan ia berdiri menghadap Jisung. Heh, pria manis ya.

"Lo gak liat itu pagar pembatas terbuat dari apa? Alumunium stainless steel. Bayangan lu keliatan, goblok."

Iya, Jisung terkejut. Selain karena orang di hadapannya bisa sadar dengan kedatangannya. Juga karena orang itu adalah. Hyunjin.

"Gue tahu kok. Gak usah ngatain gue goblok juga kali." Jisung tanpa sadar mengerucutkan bibirnya kesal. "Lagian ngapain lo disini? Ini tongkrongan gue sama temen-temen gue."

Hyunjin mengendikkan bahunya. "Mana gue tahu. Disini ga ada tulisan kalo tempat ini milik Han Jisung." Hyunjin sengaja menekankan nama Jisung. "Ini tempat umum, dan semua orang berhak kesini." lanjutnya.

Jisung terlihat begitu emosi. Oh, ayolah. Sejak awal pertemuan mereka Jihoon sudah sangat membenci Hyunjin. Apalagi ditambah fakta bahwa mereka berada dalam satu sekolah yang sama dan satu ruang kelas yang sama.

Melihat reaksi Jisung, Hyunjin cuma terkekeh menyebalkan. Lalu ia mengangkat buku komik di tangan kanannya. Buku yang menjadi tujuan awal Jisung datang ke atap. Jisung hanya menatap buku itu datar.

"Lo nyari ini kan?" Ia lemparkan buku komik itu ke arah Jisung yang langsung ditangkap dengan mulus. Setelah itu ia masukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan berjalan melewati Jisung.

Namun baru beberapa langkah ia kembali membalikkan badannya. "Ah, satu lagi." ia menggantungkan kalimatnya membuat Jisung berbalik menoleh padanya. "Jika kau tak bergegas kembali. Kau akan terlambat." Hyunjin berlalu setelah mengatakan itu.

"Apa pedulimu, dasar sialan!" Teriak Jisung dengan geram. Ia benar-benar benci pria itu. Dengan kesal ia berjalan meninggalkan area atap dengan kaki terhentak kasar ke lantai.

---
TBC

Mohon tinggalkan komentar apabila menemukan kejanggalan dalam cerita ^^

Terimakasih sudah mampir~


Sweet Rival ; HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang