Chapter 6

1.3K 177 20
                                    

Warn : nyempil adegan mature dikit.

---


Hujan. Sore ini tiba-tiba hujan turun dengan sangat derasnya. Padahal dari pagi hingga siang tadi tidak ada tanda-tanda mendung dan sebagainya. Tapi hujan angin yang disertai petir ini membuat semua orang ketakutan. Tak terkecuali Jisung.

"Aishh,, sial. Padahal dari pagi kan cerah. Kenapa tiba-tiba hujan sih."

Jisung berdiri di koridor sambil menatap tetesan air yang jatuh. Kalau tahu akan hujan kan mending tadi Jisung nurut aja disuruh mamanya bawa payung.

"Duh gimana nih, mana deres banget lagi. Jangan-jangan sampek malem lagi hujannya." Jisung memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan.

Jisung celingukan ke kanan dan kiri. Koridor begitu sepi dan mencekam. Sebagian anak seangkatannya mungkin sudah pulang. Hanya tinggal senior kelas 12 yang masih di kelas karena pelajaran tambahan.

Akhirnya dengan nekat Jisung berlari menuju halte. Kalo kata Jisung sih bodo amat mau basah juga, yang penting bisa pulang.

Sampek di halte ternyata gak cuma dia sendiri. Ada seorang pria dari sekolahnya yang juga duduk di bangku halte. Jisung dapat menebak bahwa orang tersebut masih juniornya karena ia pasti akan mengenalinya jika ia seangkatan dengan Jisung.

Jisung duduk diujung lain dari bangku. Keadaan benar-benar hening hanya ada suara hujan dan angin.

Jisung merasa orang asing tersebut terus menatapnya membuatnya sedikit risih. Tapi ia berusaha untuk tidak peduli dan mengabaikannya. Tak hanya itu, bahkan Jisung rasa orang itu mulai mendekat ke arah Jisung. Jisung diam dengan jantung yang beradu cepat karena takut.

Disini cukup sepi ditambah dengan hujan. Ia bersama dengan orang asing yang menatapnya dengan tajam. Pikiran Jisung mulai berimajinasi yang tidak-tidak.

Orang itu sudah sangat dekat dengan Jisung. Bahkan Jisung sudah tak mampu bergerak karena dihimpit olehnya.

"Ma-maaf, tapi di sampingmu masih cukup. Bi-bisakah kau sedikit bergeser." ucap Jisung sedikit bergetar ketakutan.

Pria itu mendekat ke arah telinga Jisung. "Kak Jisung, kakak keliatan tambah seksi kalau kebasahan begitu." pria itu berbisik dengan suara berat yang membuat Jisung semakin bergidik. Pria itu menyeringai lalu dengan jahil meniup telinga Jisung

"Enghh." tanpa sengaja Jisung mendesah geli. Ditatapnya tajam pria yang sekarang tampak puas mengerjai seniornya itu.

"A-apa yang kau lakukan, haah?!!  Dasar mesum." Jisung mendorong pria itu dengan keras. Pria itu hanya tertawa walaupun tubuhnya terdorong beberapa senti. Hanya beberapa senti saja. Tiba-tiba-

JDEERRR

"Kyaaa!!!!" suara petir yang keras mengagetkan Jisung yang dengan reflek malah memeluk pria di sampingnya. Jangan tanya keadaan pria di samping Jisung karena sekarang ia tersenyum penuh kemenangan. Kesempatan langka jangan di sia-siakan. Ia malah kembali memeluk Jisung dengan erat.

Enak banget dipeluk cowok manis ya. Apalagi cowoknya inceran dia banget tuh.

Begitu Jisung sadar dia berusaha menjauh dari pria itu. Tapi pelukannya erat banget. Jisung yang besar badan doang tenaganya kosong begitu sampai gak bisa lepas. Jisung mendongak. Jujur aja Jisung rada deg-deg an sih. Jarak muka mereka itu cuma beberapa senti aja kalo diukur pake penggaris.

"Ma-maaf, tadi gue ga sengaja. Sekarang lepasin gue."

Pria itu menatap Jisung intens membuat sang korban ketakutan setengah mati. Perlahan-lahan wajah mereka mendekat. Jisung benar-benar gugup sekarang.

Chuup

Bibir mereka bertemu di tengah dinginnya sore hari dengan hujan sebagai background-nya. Jisung bahkan tak sempat memberontak karena terkejut.

Bibir yang awalnya hanya menempel kini mulai melumat bibir Jisung dengan lembut. Namun lama-kelamaan mulai menuntut. Jisung tetap diam tanpa membalas ketika lidah pria asing itu mulai masuk menginvasi seluruh isi mulut Jisung.

"Enghh." dengan kurang ajarnya desahan Jisung keluar dari sela kedua bibir yang bersatu. Kedua tangan mungil Jisung yang berada di depan dada pria itu terkepal menahan perasaan aneh yang menelusup padanya.

Cukup lama mereka berciuman-lebih tepatnya Jisung dicium paksa oleh pria itu-akhirnya mereka menyudahi ciuman tersebut. Pria itu mengecup singkat bibir kemerahan milik Jisung lalu menatap pria manis yang tengah terengah-engah itu. "Kak Jisung selalu cantik dalam keadaan apapun."

Jisung menatap pria itu sambil mengernyitkan dahinya. Hingga sebuah bus menghentikan kegiatan pelukan mereka. Pria itu masuk ke dalam bus setelah sempat mengedipkan sebelah matanya pada Jisung. Meninggalkan Jisung yang masih mematung di tempatnya.

Ia menyentuh bibirnya yang membengkak. Ia benar-benar sudah gila karena membiarkan pria asing itu mencuri ciuman pertamanya. Ia menatap hujan yang masih turun.

Ia benar-benar sial hari ini.

---

"HAH?!!"

"Ya gak pake teriak juga kali, Lix."

"Masa sih? Lo gak lagi bercanda kan?"

"Enggak, Piliks sayang."

"Wahh gue jadi penasaran siapa yang udah merawanin bibir lu. Gimana dia ganteng gak?"

Jisung sudah berada di dalam kamar hangatnya setelah ia tadi menelpon ibunya minta dijemput. Kenapa tak terpikirkan dari tadi? Jawabannya karena Jisung lupa kalau ia bisa saja minta dijemput ibunya jika memang kesulitan pulang. Dan juga karena-ah sudahlah.

Ia segera menceritakan kejadian yang ia alami tadi pada sahabatnya, Felix. Kenapa bukan Jeongin? Jisung merasa kurang percaya dengan Jeongin akhir-akhir ini. Entahlah, mungkin hanya perasaannya saja. Tapi ia lebih memilih untuk diam.

"Cogan mulu pikiran lo, kotor banget." Jisung berjalan kr arah balkon kamarnya yang menghadap ke arah balkon kamar tetangga barunya.

"Ya, kan nanya doang, Ji. Kalo yang nyium ganteng kan seenggaknya lo ga perlu ngerasa rugi."

"Sialan lo, udah ya gue tutup. Cerita sama lo ujung-ujungnya nyampe kemana-mana. Daahh~"

Tuut

Jisung menatap jendela rumah di sebelahnya itu dengan diam. Ada sebuah siluet yang menarik perhatiannya. Seseorang pemilik kamar diseberangnya. Ketika ia mendekat ke arah jendela untuk menutup gorden sekilas Jisung dapat melihat orang tersebut.

Deg

Wajah yang tak asing bagi Jisung. Ia menajamkan matanya agar dapat melihat sosok itu dengan jelas namun terlambat. Jendela itu sudah sepenuhnya tertutup. Apakah Jisung tidak salah lihat? Orang diseberang rumahnya itu adalah-

Hwang Hyunjin?

Jisung menggelengkan kepalanya lalu segera masuk ke dalam kamarnya kembali.

---

"Kak Jisung, aku bakal bikin kakak jadi milik aku sepenuhnya."

Sosok yang tengah bersandar pada sebatang pohon tak jauh dari rumah Jisung itu menyeringai. Mengamati kamar si manis yang sudah mulai gelap. Ia mematikan rokok di tangannya lalu beranjak pergi.











Tbc

Maaf ada nyempil mature konten dikit banget. Atau malah kurang ? Hehehe,, ditahan dulu kkey,

Sweet Rival ; HyunsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang