8. Jadi Manusia

1.5K 288 86
                                    

Tiffany duduk menghadap cermin rias untuk melakukan ritual malam sebelum tidur. Menghapus make-up dan mengoleskan krim pelembab wajah, harusnya begitu tapi Taeyeon tiba-tiba datang dan mengambil posisi disebelahnya.

"Mau apa? " Tanya Tiffany.

"Melihat Tiffany-Ssi. "

"Kau bisa melihatku dari sana, " Tiffany menunjuk ranjang.  "Jangan di sini. SEMPIT tau! " Tiffany menoyor pelan kepala Taeyeon dan membuat gadis pendek pergi sambil terkikik geli.

"Tiffany-Ssi masih terlihat cantik dari sini. "  Tiffany mengatupkan bibirnya untuk tidak tersenyum saat melihat pantulan bayangan Taeyeon yang membuat bentuk tangannya seperti teropong.

"Kalau begini masih tetap cantik? " Tiffany merubah mimik wajahnya menjadi cemberut,  dengan pipi yang digembungkan.

"Cantik. "

"Kalau begini? " Tiffany menarik ujung sudut matanya dan menjulurkan lidahnya.

"Masih Cantik. "

"Kalau begini?" Tiffany tersenyum lebar,  menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.

"Tiffany-Ssi jangan begitu. " Ucap Taeyeon dengan suara yang lebih pelan dari biasanya.

"Wae? "

"Nanti aku bisa terbunuh."

Tiffany mengangkat satu alisnya, dan berpikir.  Memangnya wajahku semenyeramkan apa saat tersenyum? Tiffany mengulangi untuk tersenyum di depan cermin. Tidak seram kok. Memang sih mata Tiffany terlihat jadi tinggal segaris saat tersenyum, tapi tidak merubah wajahnya jadi seram. Tiffany yakin, wajahnya masih enak dipandang. Kalian juga setuju kan?

"Kenapa kau akan terbunuh? " Tiffany memutar tubuhnya menghadap Taeyeon yang masih duduk manis di tepian ranjang.

"Aku tidak tahu, " Taeyeon menggeleng. " Tapi di dalam sini ada yang bergetar,  seperti di pukul-pukul, seperti ada yang mau melompat keluar. Dan bunyinya aneh. " Taeyeon memegangi dadanya, condong ke pinggir bagian sebelah kiri.

Tiffany refleks menarik sudut bibirnya itu melengkung ke atas karena tingkah Taeyeon.

"Tiffany-Ssi ku mohon jangan tersenyum, " Taeyeon meringis.  "Dia terus berbunyi Dum.. Dum.. Dum.. "

Tiffany tidak tahan lagi,  dia berlari ke arah Taeyeon dan menubruknya. Keduanya terjatuh, tergeletak di ranjang yang sama.

"Jangan Tiffany-Ssi. " Taeyeon terbahak saat jari-jari Tiffany menggelitik perutnya.

Tiffany menghentikkan aksinya saat sadar Taeyeon mulai lelah tertawa. "Kenapa kau sangat menggemaskan hm? " ucap Tiffany sambil menghembuskan napasnya, ternyata dia juga lelah.

"Tidak tahu. " Jawab Taeyeon.

"Kenapa tidak tahu? "

"Karena tidak tahu. "

Tangan Tiffany langsung mendarat di wajah Taeyeon,  lalu mencomot pipi gadis pendek itu. Apa mungkin Taeyeon adalah jelmaan anak-anak yang terperangkap dalam tubuh dewasa? Eh tapi,  tubuhnya tidak bisa dibilang dewasa juga. Taeyeon masih terlalu mungil untuk dibilang dewasa tapi tidak bisa dikatakan kecil juga. Oke, sudah Tiffany putuskan Taeyeon adalah semi-dewasa,  mini size dari dewasa,  atau remaja yang hampir dewasa.

"Kenapa Tiffany-Ssi cantik? "

"Karena aku seorang putri. "

"Putri? "

"Tunggu disini sebentar. "Tiffany beranjak dari ranjang untuk menuju rak buku. Matanya sibuk mencari sesuatu dan terhenti pada buku dengan cover depan yang dominan berwarna biru dengan gambar seorang anak perempuan kecil berambut merah terang tengah duduk disebuah batu.

LamentationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang