7.Jari-jari Bicara

1.4K 285 49
                                    

Kerongkongan yang kering luar biasa menjadi penyebab Tiffany harus rela membuka mata yang sebenarnya masih nyaman untuk tertutup sempurna. Dengan langkah yang sempoyongan dia meraba dinding untuk bisa sampai ke dapur.

Membuka pintu kulkas, meraih satu botol berisi air dingin dan menenggaknya adalah rutinitas pagi yang sudah mengakar menjadi kebiasaan untuk Tiffany.

Dulu saat Mommynya masih ada, Tiffany kecil pasti akan kena omel karena perkara minum dari botol langsung, katanya cara minum begitu tidak sopan. Tidak baik untuk anak perempuan. Tapi sekarang tidak lagi, Tiffany sudah dewasa dan bebas melakukan semuanya. Kadang Tiffany ingin mengatakan langsung ke Mommynya kalau minum langsung dari botol itu punya sensansi yang berbeda. Rasa dinginnya mulut botol dan bibir saat menyatu itu berkali- kali lebih baik daripada harus repot mengambil gelas untuk wadah air. Tiffany ingin mengatakan begitu, tak apa jika pada akhirnya mereka berdua akan berdebat. Tiffany ikhlas untuk mendengar omelan Mommynya, Tiffany rindu suara wanita itu, yang sudah lima tahun ini berpisah dengannya, berpisah untuk jarak, kota, negara, dan dimensi dunia. Mommynya sudah bahagia di tempat yang jauh disana, yang sebagian orang menyebutnya sebagai surga.

" Apa ini? " Tiffany menunduk ke bawah untuk memperhatikan apa yang barusan diinjak oleh kakinya. Cairan berwarna merah tercecer mengotori lantai rumahnya.

"Darah? " Tiffany mengernyitkan hidungnya saat bau amis menyapa indra penciumannya. Pertanyaan mulai muncul, bejubel memenuhi isi kepalanya.

*

Tiffany PoV

Masih pagi, dan kerongkongan ku terasa kering kerontang nyaris terbakar jika tidak segera diguyur air dingin. Tidak baik sebenarnya minum air dingin untuk mengawali hari, tapi sesuatu yang dilarang itu justru punya sensasi yang lebih nikmat.

Seperti sekeras apapun Mommy pernah melarang ku untuk minum dari botol langsung, aku tak pernah gentar dan terus melanjutkannya sampai sekarang. Mau bagaimana lagi? Sudah ku katakan yang terlarang itu lebih menyenangkan. Mungkin itu salah satu faktor kenapa ada banyak manusia yang melanggar aturan. Setuju tidak?

Lupakan soal pembicaraan ku yang melantur tadi, sekarang aku sedang rindu Mommy. Kenangan bersamanya sekarang keluar dari sistem limbik dan mungkin sedang menari-nari didalam otak ku. Mommy memang tidak lagi terlihat tapi bukan berarti aku lupa. Bahkan Mommy masih menjadi bagian terpenting yang aku butuhkan dalam hidup seperti udara yang saat ini ku hirup.

Keasyikan dengan kenangan yang dikelola oleh tuan Amigdala yang bekerja sama dengan tuan Hipokampus nyatanya tidak bertahan lama. Karena tuan Talamus sudah unjuk diri, membawa informasi tentang dari apa yang dilihat dan dirasakan indra pembau saat sesuatu yang lengket terinjak oleh kaki ku.

Cairan yang tidak terlalu banyak tapi sukses mengotori lantai karena tercecer kemana-mana. Cairan berwarna merah dan berbau amis, sudah dapat ku pastikan bahwa itu adalah darah. Nah, yang jadi masalahnya adalah itu darah apa dan punya siapa? Aku tidak tahu.

Yang pasti itu bukan milik ku karena aku tidak berdarah-darah dan memang belum tanggalnya juga. Wanita pasti tahu. Kalaupun itu terjadi pasti tidak akan sebegini kacaunya. Karena penasaran aku tergerak mengikuti jejak nodanya dan terhenti tepat di depan kasur lipat yang pemiliknya sudah kita ketahui bersama. Kali ini apa lagi yang dimainkan olehnya?

*

"Taeyeon. " Tiffany mengguncang tubuh yang tertutup selimut. Tidak ada jawaban.

LamentationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang