6. Makan malam

6 1 0
                                    

"Sekarang aku peluk bantal dulu. Ga tau besok atau lusa aku peluk kamu tunggu aja!"

KINI Abizela memakai drees berwarna navy. Yaps, navy warna kesukaan Abizela. Benua mengatakan 'kamu dandan yang cantik ya sayang'. Claudia hanya mengangguk apa yang suaminya bilang ke putrinya.

Abizela memakai make up natural, ia keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga dengan perlahan, karna ia memakai (hak tinggi). Abizela menghampiri, Benua. Papanya dan Claudia. Maminya.

Benua melihat putrinya sampai terpana dengan ke anggunan Abizela.

Secantik itukah? Putriku? Mirip sekali dengan istriku.- batin Benua.

"Sayang kamu persis Mirip dengan mami semasih SMA. Yuk kita berangkat. Mas jangan bengong, kita berangkat sekarang. Takutnya Abigail sama Baskara sudah menunggu kita disana." Pekik Claudia kepada Benua.
"Iya Audia, aku terpana sama anak kita, malam ini Abizela sangat cantik" puji Benua kepada putrinya.
"Berarti selama ini Zela jelek dong papi?" Celetuk Abizela kepada Benua.
"Sudah-sudah kita berangkat, pasti Abian sudah menanti kehadiran kamu." Ucap Claudia menyudahi pembicaan.

Keluarga kecil itu berangkat dengan mobil pribadi Benua, Benua lah yang mengemudi mobilnya.

Hanya perlu dua puluh menit untuk menuju restoran yang sudah di pesan tadi siang oleh Benua. Benua memarkir mobilnya tepat di samping pintu restoran. Benua melihat Baskara menunggu di sana. Benua turun dari mobil di ikuti kedua wanita yang ia sayang dan ia cintai.

Benua menghampiri Baskara dekat pintu.
"Baskara, sudah lama kita tak bertemu, sudah lama menunggu kedatangan kita?" Tanya Benua.
"Tidak tahu lah, kita sama-sama sibuk. Ah saya baru beberapa menit yang lalu sudah sampai." Ucap Baskara.
"Abizela, cantik sekali malam ini papa jadi terpana. Gimana nanti Abian? Melihat penampilan kamu?" Puji Baskara kepada abizela.

Abizela hanya tersenyum manis. Ia tidak tau harus berkata apa. Baskara papanya Abian, Baskara yang telah merawat jikalau papi dan maminya keluar kota atau keluar negeri.

"Lebih baik kita bicara di dalam sambil cicipi hidangan." Ucap Baskara kepada benua.
"Ide yang cemerlang Bas. Oh ya makasih lho, waktu dulu. Saya nitip Zela kepada kamu. Ya bisa di bilang saya sangat sibuk. Butik audia sudah ada tiga cabang. Jakarta, Bandung dan Banten ya lumayan, hitung-hitung bisnis." Ucap Benua sambil menuju ke arah Abian dan Abigail.

Abizela melihat Abigel sedang duduk di kursi tinggi biar tidak kemana-mana. Gemas sekali rasanya melihat Abigel tertawa di jahili oleh abangnya itu.

Abian menyudahi menjahili adiknya. Matanya tertuju Abizela memakai dress berwarna navy. Abian tau itu warna favorit Abizela.

"Wow cantik" ucap Abian tanpa sadar.
"Apa? Bian? Tadi ngomong apa?" Tanya Abizela.
"Eh ga kok. Duduk Zela. Abigel ada Kaka canci nih." Ucap Abian kepada Abigel.
"Kaka cancik, Acu angen. Kaka arang ke lumah agi." Ucap Abigel duduk di kursi tinggi. (Kaka cantik, aku kangen. Kaka jarang ke rumah lagi.)
"Nanti Kaka pasti main kok." Ucap Abizela dengan sigap.

Abigail memperhatikan putra sulungnya yang memperhatikan gerak-gerik Abizela. Abigail juga terpaku kepada kecantikan Abizela miliki.
"Abian, udah dong jangan di perhatiin gitu. Kalo suka ya bilang." Ucap Abigail kepada putra sulungnya itu. Seketika Abian salah tingkah entah kenapa hari ini Abian jadi deg-degan tidak karuan.
"Bunda apa si.. kan abang jadi malu." Ucap Abian masih salah tingkah.
"Baskara, anakmu suka sama putri saya?" Tanya Benua di sela-sela ingin memesan makanan.
"Mungkin, kamu tanya aja langung Benua. Jangan tanya sama saya," Saran yang tepat Baskara, Benua menutup buku pesanan makanan ia bersikap berwibawa.

Hari ini jantung gue bener-bener kayak lari maraton keliling Indonesia.- Batin Abian.

Papi apa si? Ah kan Zela jadi malu.. jangan di tanya Kalo suka apa engga, yang pasti Zela suka. Apa lagi Abian yang melindungi Zela dari David. -batin Abizela.

"Abian." Panggil Benua kepada Abian.
"Iya om benua" sahut Abian.
"Kamu menyukai putri om?" Tanya Benua.
"Papi, jangan gitu. Zela malu tau.." ucap Abizela.
"Zela kamu jangan bicara dulu. Papi lagi bicara sama Abian." Kata Benua.

Suasana di restoran kali ini benar-benar tegang. Tidak ada ketawa, bercanda. Hanya ada keseriusan. Abizela seperti ingin di lamar oleh Abian dangan suasana tegang seperti ini.

"Om tanya lagi. Apa kamu menyukai putri om?"

"Ngee-- iya om, Bian suka sama Zela om."

Mampus dah jantung gueee.. -batin Abian.

"Masih suka kan? Belom cinta?"
"Masih sekedar suka om, ya tergantung sama Abizela'nya mau terima saya apa nggak." Ucap Abian dengan pasrah.

"Benua, apa kita jodoh'kan saja? Anak kita?" Ucap Baskara sambil mensruput jus mangga.
"Masih terlalu kecil umurnya. Kita rencana 'kan saja dulu, Kalo di akhir kelas 3 SMA bagaimana?" Tanya Benua dengan serius.
"Setahun lagi mereka lulus. Saya rasa itu hal yang paling mengesankan." Ujar Baskara.
"Saya tidak bisa menunda Bas, saya takut putri saya di incar dengan David anak Richard." Jelas Benua.
"David? Memang kenapa? Dengan anak Richard?" Tanya Baskara.
"Ceritanya panjang. Nanti Abian yang jelaskan kepada kamu Bas, ya sebagai ucapan terima kasih saya, makanya saya mengadakan makan malam ini untuk ini.

"Untuk mempersatukan anak kita. Saya berterima kasih kepada Abian yang selalu menjaga Abizela di rumah walaupun di sekolah dan itupun mereka tidak satu kelas. Bagaimana bisa?" Jelas benua.
"Baik, seharusnya saya benua yang bilang terima kasih. Karena kamu dan Claudia mempunyai anak secantik Abizela dan berkat kamu, Abian jatuh hati. Seharusnya itu saya yang menanyakan soal ini kepada putra saya. Tapi sudah kamu tanyakan, jadi semua ini pihaknya di Abian dan Abizela. Nama kalian cocok sekali."

"Ayah ulang, kalian mau? Sehabis lulus di jodoh'kan? Abian,? Abizela,?" Sahut Baskara.

"Kalo Bian si mau, siapa si yang ga mau punya pendamping cantik, rajin, pintar, ga neko-neko. Abian aja naksir." Ucap Abian lempeng.

"Gimana sayang sama keputusan kamu?" Tanya Claudia.

"Abian naksir sama kamu, bunda rasa kamu juga naksir sama Abian." Ucap Abigail.

"Zela..."

Semua mengangguk.

"Zela..."

"Iya Zela kenapa?" Tanya Abigail.

"Zela..."

"Sayang bisikan ke mami biar mami yang bicara."

"Ngee-- Zela juga naksir sama Abian."

"Zela Lo serius? Bukannya itu dulu pas masih kecil?" Tanya Abian dadakan.

"Gue malu ungkapin, masa cewek yang nyatain Kalo dia suka. Ga ada logikanya Abian!" Pekik Abizela.
"Hehehe.. iya juga si" ucap Abian mengusap tengkuk lehernya yang tidak gatal.
"Jadi kalian setuju pendapat papi?" Tanya benua kepada putra Baskara dan putrinya.
"Iya pi." "Iya om" ucap mereka dengan barengan.

AbianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang