Kadang Harapan Tinggal Angan

31 4 0
                                    

"Manusia yang berencana, Tuhan yang menentukan"


-Silent Love-

Sore hari ini di salah satu Cafe yang menyajikan makanan di indoor memberikan kesan menyejukkan pada para pengunjungnya. Kebanyakan dari para pengunjung adalah muda-mudi. Ada yang bersama pacarnya dan sahabatnya. Cafe indoor ini memang sedang hits-hits nya, sehingga tidak pernah sepi pengunjung bahkan di hari-hari kerja. Salah satu pengunjung Cafe ini yang hanya sendiri terlihat risau menunggu kedatangan seseorang.

'Reiki lama banget elah,'

Sedangkan dari jauh laki-laki yang mengendarai motor sport putihnya. Melaju dengan kecepatan rata-rata.

Aileen yang menunggu Reiki sudah menghabiskan dua jus alpukat dan seporsi pisang nugget. Dia sudah hampir menyerah menunggu kedatangan Reiki , tetapi laki-laki itu sudah menampakkan dirinya.

"lama banget lo"

Kiki cengengesan, "sorry, tadi nganterin nyokap dulu"

"yaudah, cepetan gue mau pulang nih"

"iya-iya sorry"

"gue to the point ya, intinya lo harus bertindak cepat sekarang. Kita gak punya banyak waktu lagi"ucap Aileen bersungguh-sungguh.

Reiki menaikkan alisnya sebelah lalu mengangguk

Aileen mengangguk, "oiya. Lo ada hubungan apa sama sepupunya Akhtar?"

Dahi Reiki mengernyit, "maksud lo Adina?"

Aileen mengangguk.

"ooh, jadi Adina itu sepupunya Akhtar. Pantesan"Reiki mengangguk-ngangguk.

Aileen mengernyit, "pantesan kenapa?"

Reiki mengerjapkan matanya dan menggeleng, "gak kok"

Aileen memang tidak mengetahui kalau Akhtar dan Reiki pernah berantem.

"yaudah cuma itu yang ingin gue omongin, selebihnya gue serahin sama lo. Gue yakin lo gak akan kecewain gue"ujarnya lalu beranjak meninggalkan Reiki yang masih sibuk dengan pikirannya.

***

Sehabis dari bioskop tadi, Kania langsung pulang ke rumahnya, malam minggu ini dia hanya ingin menghabiskan waktunya di rumah, daripada memilih untuk keluar mencari hiburan seperti kebanyakan remaja yang memilih nongki-nongki cantik di Cafe dengan pacarnya atau sahabatnya, atau menjelajah seluruh lantai mall hanya untuk mencuci mata. Lebih baik dia berdiam diri di balkon kamarnya sambil menghirup bau tanah selepas di guyur hujan sore tadi. Kania meraih gelas mug bergambar Naruto nya, dia sedikit meniup-niup coklat panas yang masih mengepul-ngepul lalu meminumnya sedikit, dia kembali menyimpan gelas mug nya lalu menengadah ke atas langit. Sulit dipercaya malam ini banyak bertabur bintang, padahal sore tadi hujan deras. Bahkan malam ini hawanya lebih terasa dingin, mungkin karena efek hujan. Tetapi itu tidak membuat Kania berpikir untuk masuk dan menenggelamkan dirinya di bawah selimut tebal. Dia suka bintang atau segalanya yang bersinar, dia tidak mungkin melewatkan melihat bintang di malam hari hanya karena dia kedinginan. Kania beranjak mengambil selimutnya, sweater kebesarannya yang dia pakai ternyata tidak cukup untuk menghalau dinginnya malam ini.

Kania sangat mengagumi bintang, baginya makhluk ciptaan Tuhan yang satu itu adalah bentuk perumpamaan yang sangat baik. Bintang butuh gelap biar bisa bersinar terang. Yah, bintang gak akan bersinar pada siang kan. Sama halnya dengan Bintang, Manusia pun begitu. Gak ada orang yang memperoleh kebahagiaan, kesuksesan tanpa melewati banyak rintangan. Gak ada orang yang bersinar tanpa melewati masa-masa gelapnya. Semua Manusia pasti akan merasakan berada dalam masa-masa gelap itu, tapi itu tergantung dari caranya menanggapi itu. Bisa saja dia memilih terpuruk terbawa arus yang menenggelamkannya lebih dalam pada masa gelap itu atau memilih bangkit dari masa gelap itu dan mengambil hikmahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silent loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang