14. HAREM

563 54 39
                                    

Part ini khusus Kaesang, buat kalian yang nunggu part Alvino dan Ihza sabar dulu ya.. Nunggu Rendra lengah dulu wkwk..

Dukungan buat cerita ini memang sedikit sekali, tapi saya bakal tetap lanjut.

Jika cerita ada yang hilang bisa jadi sudah di hapus atau privat.

Thanks guys.

•••••••HAREM•••••••

"Hey.. Sampai kapan kau akan tidur..?"

"Huh mana banyak nyamuk lagi.."

Sayup sayup Kaesang mulai mendengar suara sesorang. Perlahan mata Kaesang terbuka, saat kesadarannya pulih hal pertama yang ia tangkap adalah 'dimana ini?'

"Eh sadar juga ya kau..!" Kaesang menolehkan kepalanya kesamping, matanya menatap seorang yang tak asing.

"Ah.. Kau tau tidak.. Dua jam kau pingsan!! Mana aku tidak kuat membopongmu! Disini juga tak ada kendaraan lewat, uh mana banyak nyamuk lagi!!"

Kaesang mengedarkan pandangannya kesekitar, ia baru sadar jika kini ia tengah tidur di aspal dengan kepala yang beralas paha seorang yang tengah mengoceh padanya, Kaesang melihat bocah itu menyender  di mobilnya.

"Kau tau tidak untung tidak ada begal!! "

Kaesang mulai mendudukan dirinya perlahan karena entah mengapa kepalanya berdenyut sakit saat ia mencoba bangun.

"Hey untung saja aku mengenalmu jadi aku tak takut padamu.. Jika aku tak kenal sudah kukira jika kau itu setan karena wajahmu itu yang pucat! Argggggghhhhh aduh.... Aduh kakiku keram!!!!" bocah itu berteriak tiba tiba membuat Kaesang menyerngit.

"Kau tak apa?" Kaesang mendekat memegang paha bocah preman itu.

"Ini sakit bodoh!"

Kaesang menghela nafas.

Tak lama saat kaki bocah itu mulai terasa tidak sakit mulutnya berhenti berteriak.

"Apa yang kau lakukan malam malam begini? Apalagi kau pingsan?" Bocah itu duduk di samping Kaesang yang tengah duduk di aspal sambil bersender di badan mobil.

Kaesang merasa lemas tanpa menoleh ia menjawab. "Nothing! Aku hanya mencari udara segar!"

Bocah preman itu mengangguk sambil mencebikkan bibirnya sembari membenarkan letak gelang gelang hitamnya.

"Hey bocah! Kau sendiri kenapa malam malam begini di tempat seperti ini?" Kaesang menoleh pada bocah yang kini sibuk mengusap cincin tengkoraknya.

Bocah itu melirik Kaesang. "Oh tadi aku baru dari luar kota mengantar barang dan ini jalan yang lebih cepat sampai..."

"Kau ini.. Kenapa tidak lewat jalan yang benar saja?"

Bocah itu kini menggaruk pantatnya yang terbungkus celana belel sobek sobeknya. "Kau sendiri juga sama Tuan pucat!"menjawab dengan nada acuh.

Kaesang tersenyum geli melihat bocah itu mendelik padanya.

"Kau menambah jumlah tindikmu ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAREM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang