4. HAREM

514 60 8
                                    

NAMA TOKOH CERITA.


1. Yanuar Rurenda Adijaya.
2. Alzidan Ihza Gustin
3. Alvino Riadne Samala.
4. Deswita Ayu.

R 18+.
BxB.
HAREM. (Selir)
Drama.
Cerita ini dibuat pendek pendek perchapter.
Mpreg.

Cerita ini masih dalam tahap penulisan, jika sekiranya banyak typo harap maklum. Kurang lebihnya cerita ini saya harap ada yang akan memberi dukungan serta komentar agar kedepannya dapat lebih baik lagi.

Saran amat ditunggu dan diterima jika sesuai dengan jalan cerita thanks!

RFRJMDKRSNND


HAREM.

"Kau sudah siap Ihza..?" Rendra melirik Ihza sambil tersenyum.

Ihza mengangguk kikuk.

"Baiklah.. Ayo kita berangkat.. Dan aku akan mengubah hidupmu.."

     Mobil mewah milik Rendra mulai membelah jalanan lenggang dipagi hari. Suasana pagi yang menyejukan mata membawa ketenangan bagi keduanya hingga menghantarkan hening. Sesekali manik elang milik Rendra melirik Ihza yang kini tengah menatap jalanan. Rendra melihat wajah Ihza yang pucat, 'apa dingin sekali'Rendra sudah menghidupkan mesin penghangat dalam mobilnya sejak awal keduanya memasuki mobil lantas mengapa wajah Ihza masih nampak pucat.

"Apa kau sakit Za?" Rendra merasa cemas pada bocah ini.

    Ihza menoleh perlahan pada Rendra sambil menyunginggkan senyum manisnya "Tidak Tuan... Aku hanya lelah."
Rendra menghela nafas, ia tau Ihza pasti sakit. Rendra segera menambah kecepatan laju mobilnya. Entah mengapa rasa hatinya tak dapat tenang layaknya biasa.

   ••••••••HAREM••••••••

     Ihza mengerjapakan matanya saat merasakan bahunya sedikit terguncang. Ketika matanya dapat menyusaikan bias cahaya nampak sosok rupawan yang tengah tersenyum lembut kearahnya.

"Ayo kita sudah sampai.. Kau bisa beristirahat didalam."

   Kalimat itu bagai mantra untuk Ihza. Terbukti kini Ihza melihat sekitarnya. Bibir mungilnya menganga tak percaya pada apa  yang ada dihadapannya kali ini.  Jika ini mimpi segera bangunkan Ihza agar tak bermimpi menggelikan.

   Rendra menyunggingkan senyum saat melihat wajah kagum yang di perlihatkan oleh si bocah berwajah kumal itu. Ada sesuatu dalam dirinya yang merasa girang akan hal itu. Bukan sifatnya yang suka menunjukan kekayaannya pada seorang, bukan dirinya pula yang akan bangga ketika seorang kagum hanya pada materi yang ia punya, sungguh. Tapi pengecualian untuk yang satu ini, Rendra sungguh ingin menunjukan segala miliknya.

"Ayo.. Apa kau masih ingin disini?" Rendra mengelus pelan Rambut Ihza. Ihza tersentak dari rasa kagum miliknya sebelum tersenyum kikuk pada Rendra.

"Maaf Tuan.." Ihza segera melangkah keluar dari mobil dengan Rendra yang memimpin jalan.

     Keduanya melangkah perlahan di batuan marmer koridor rumah disambut para pekerja yang kini tengah sibuj dengan kegiatan masing masing. Setiap keduanya melangkah slalu para pelayan berhenti beraktivitas untuk menunduk hormat pada seorang Rendra. Ihza merasa tak amat tak pantas berjalan bersama Rendra. Ihza memang tak tau seberapa hebat Rendra, akan tetapi dalam hati yang terdalam Ihza meyakini  jika Rendra bukanlah orang sembarangan dari pembawaan dan penampilannya sedari awal bertemu.

    Seorang pelayan lelaki segera membuka pintu utama berhias ornamen ukiran seorang seniman ternama untuk Rendra.

"Selamat Datang Tuan.." sapa pelayan itu sambil membungkuk hormat. Rendra tersenyum sambil membalas sapaannya.

    Di belakang seorang Rendra yang telah melangkah masuk kedalam rumah, Ihza tengah bimbang antara masuk atau tidak. Ihza menatap kakinya yang terlihat sangat kotor, kontras dengan batuan marmer yang kini tengah ia pijak.

   Tanpa Ihza sadar perilakuannya  itu membuat Pelayan yang sedari tadi membuka pintu menyerngit bingung. "Apakah anda tidak akan masuk?"

    Ihza lagi lagi tersentak kaget menatap pelayan lelaki itu takut takut. "Emm.. Itu" pelayan itu masih menatap Ihza kalem.

"IHZA..!"

    Bukan hanya Ihza kali ini yang tersentak kaget tetapi pelayan lelaki itupun sama. Ihza menatap kesumber suara, nampak Rendra yang kini menatapnya dengan alis menukik tajam. "Kenapa kau tak masuk?!" Rendra segera mencekal pergelangan tangan Ihza sembari menarik masuk kedalam. Mengabaikan pelayan lelaki yang kini menyerngit bingung.

"Kenapa kau tak masuk?" Rendra bertanya sembari terus menariknya.

   Para pelayan yang ada kembali menunduk hormat pada Rendra tapi tak ada respon seperti di awal. " aku takut mengotori lantainya.."

    Suara itu lirih tetapi Rendra masih dapat mendengarnya. 'Apa? Lantai kotor? Yang benar saja!' Rendra tersenyum geli sebelum melepaskan Ihza.

"Kau tak usah berfikiran begitu.. " Rendra kembali mengelus surai hitam Ihza. Ihza mendongak menatap Rendra. "Kotorpun banyak pelayan.. Sekarang masuklah dan bersihkan dirimu.." Rendra melirik kebelakang, sebuah pintu bercat putih "ini kamarmu.. Pakaian akan di siapkan pelayan.. Nanti akan ada pelayan yang menemanimu mandi. "

    Ihza membolakan matanya saat mendegar ucapan 'menemani mandi..'

"Tidak tidak Tuan.. Anda terlalu baik. Saya sangat berterimakasih dan anda cukup perlakukan saja saya seperti laiinya.."

   Tanpa sepengetahuan Ihza Rendra mendengus. "Cukup turuti aku saja.. Aku ka-"

"Tuan.. Nyonya Deswita sudah tiba"

  

Bersambung

     

HAREM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang