Setelah kepulangan Reika dan Chuuya kembali ke asal mereka nun jauh di sana. Tuan dan Nyonya Aomine harus kembali bekerja. Kendati keduanya tak mau, kewajiban itu harus tetap dilakukan.
Pukul 7 lebih beberapa menit, akhirnya kedua orang tua Aomine bersaudara itu berangkat ke tempat kerja masing-masing: lokasi syuting dan galeri seni.
"Ajak dia berkeliling, keamanannya adalah tanggungjawabmu," ujar Tuan Aomine sebelum melajukan mobilnya.
//Oniichan Series\\
Eps. 3"
Bosan."
Aomine menoleh ke arah Rin yang rebahan dengan malas di sofa kamar pemuda itu. Pandangannya kembali fokus ke cermin full body di hadapan, kemudian tangannya sibuk melanjutkan mengikat dasi bercorak garis merah-hitam ke leher.
"Aku mau sekolah," ujar Aomine, "kau mau ikut? Daripada bosan di rumah?"
Rin seketika bangkit terduduk dengan semangat.
*
"Apa-apaan," gerutu Rin, "kukira Aniki bersekolah di SMA yang lebih bergengsi. Shuutoku, misalnya. Seimei, Seihou,... Atau Nekoma sekalian," gadis itu menatap Aomine yang jauh lebih tinggi darinya.
Aomine mendengus, "Ngawur saja," sahutnya, "mereka menolakku."
Rin nyengir, "Pasti karena nilai," tebaknya, dibalas anggukan pembenaran oleh yang bersangkutan.
Keduanya kembali melangkah memasuki areal Akademi Touou. Belum banyak siswa yang hadir jadi entah mengapa Rin dalam balutan kemeja kebesaran dan rok pertengahan paha tak terlalu gugup. Begitupula Aomine yang merasa lega.
"Kalau tidak salah kemarin temanmu mengatakan ada latihan pagi," ujar Rim mengikuti Aomine. Gadis itu menatap kakaknya yang kini tengah mengenakan sepatu-khusus-dalam-ruangan.
Aomine menegakkan diri, "Iya," sahutnya kalem, lalu setelah menutup lokernya ia melangkah lebih dulu.
Rin menggumam 'hee' pelan yang sarat akan ketakjuban. Gadis itu diam sejenak di sana sembari mengamati sekitar hingga teriakan Aomine yang memanggilnya membuat ia buru-buru menyusul.
"Kenapa tidak ke gimnasium?" tanya Rin sembari berusaha merendengi langkah Aomine.
Aomine mendengus, "Malas. Apa pikirmu aku kelihatan seperti orang yang banyak latihan, huh?"
Rin diam. Menatap Aomine yang membuka lengannya dan agak menunjukkan tubuh besarnya.
Gadis itu kemudian mengangguk dengan polosnya.
Aomine menepuk dahi gemas, "Aku sudah berhenti latihan sejak SMP," ujarnya lalu kembali melangkah.
Rin tergopoh mengikuti, "Kenapa begitu?" tanya gadis itu.
"Tak ada yang bisa membuatku bersemangat," jawab Aomine muram, manik birunya yang sayu tampak berkilat akan emosi untuk beberapa saat.
Dan Rin melihat kilatan emosi apa itu.
Kerinduan akan basket.
***
Momoi memekik girang begitu melihat Aomine berjalan agak terdorong dari belakang menuju gimnasium tempatnya kini. Gadis berambut merah jambu itu dengan heboh memberitakan kejadian langka itu pada anggota tim yang tengah berlatih.
Pintu didobrak membuka oleh Aomine yang berakhir jatuh terjerembab ke depan.
Diikuti Rin yang melongokkan kepala bagai anak kucing memgawasi tempat target curian melalui pintu gimnasium.
"Wih, pacarnya Aomine!" Wakamatsu berkomentar.
Imayoshi terkekeh, "Tak kusangka Aomine punya yang seperti itu," ujar kapten berkacamata itu dengan logat kansai khasnya.
Aomine menggeram pelan, ia buru-buru mengubah posisi menjadi telentang dan menatap Rin jengkel, "Apa sih maumu?!" serunya menatap manik cokelat adiknya itu tajam-tajam.
"Kau kelihatan merindukan basket dan latihan pagi itu baik untuk membugarkan tubuh!" sahut Rin tak mau kalah.
Momoi terkekeh, menunjuk pertengkaran keduanya lalu dengan baik hati menjelaskan pada Imayoshi dan kawan-kawan.
"Dia Rinnosuke," ujar Momoi memulai, "adiknya Aomine-kun."
Merasa namanya disebut, Rin mendongak, lalu tersenyum gugup.
"Ha-halo, aku adiknya Aomine," ujarnya, "maaf jika Kakakku sudah banyak merepotkan kalian selama ini," ujar gadis itu membungkuk sembilan puluh derajat.
"He?" Wakamatsu ragu menggumam.
Imayoshi tersenyum setan seperti biasa.
"He? Sumimasen, sumimasen, sumimasen!"
Mendadak, anggota klub basket berganti profesi menjadi anggota paduan suara sebagai bentuk keterkejutan mereka akan berita tersebut. ***
KAMU SEDANG MEMBACA
Oniichan [✓]
FanfictionKarena kesalahpahaman bisa jadi hubungan raket aman damai bahagia jadi terpisahkan jarak. Karena sebuah kesalahpahaman mengerikan dari orang dewasa, Aomine harus berpisah dengan adik tercinta yang amat disayanginya. Saat ia kembali pun waktu yang d...