Eps. 2

274 36 1
                                    

Setelah pelukan penuh haru itu terpaksa terhenti karena kepulangan Tuan Aomine dari rutinitas shootingnya dan Nyonya Aomine yang baru saja pulang dari studio, keluarga itu mengadakan pesta penyambutan yang cukup meriah.

//Oniichan Series\\
Eps. 2

Kini ruang makan terisi penuh. Beberapa kerabat: selayaknya Chuuya dan Reika, hadir di sana. Siap menyantap apapun yang tersedia di sana dan memberikan Rin dukungan. Walau tujuan mereka hanya numpang makan, sebenarnya.

"Jadi?" Tuan Aomine bertanya dengan suara beratnya yang berwibawa dan penuh keseriusan.

Nyonya Aomine tersenyum, "Jangan terlalu tegang begitu," tegurnya, "kita akan menyambut Rin-san, bukannya menjebloskan tahanan ke penjara."

"Aku tahu," sahut Tuan Aomine, "hanya mencoba berwibawa," belanya.

Chuuya mendengus geli, "Aneh-aneh saja," komentarnya, "walau tak melakukan apapun dan duduk diam seperti biasa kau pasti sudah kelihatan menyeramkan," sambungnya jahil.

Tuan Aomine tersenyum manis setelah meletakkan sendoknya.

"Maksudnya penuh wibawa, Sakunosuke-san," Reika menimpali saat melihat Chuuya yang berjengit.

"Sudahlah," lerai Rin kalem, "aku senang akhirnya Obaasama mengizinkan pulang," gadis itu berujar dengan manik berbinar.

"Dan dia melepas kimononya di jalan, nekat sekali," Chuuya menimpali dengan agak keberatan, "kau kelihatan manis padahal," tambahnya.

Tuan Aomine tertawa dibuat-buat, "Jauhkan percintaan sedarah dari silsilah keluargaku. Walaupun kau cuma adik dari ibunya, takkan kubiarkan kau mendekati putriku," ujarnya tegas.

Chuuya ikut mendecih, "Iya-iya," sahutnya malas, "sore ini kami langsung pulang," ujar Chuuya pada Nyonya Aomine.

Yang diberitahu agak terkesiap, "Eh? Kenapa tidak mampir dulu?! Daiki pasti merindukan kalian, nee, Daiki-san?"

Aomine Daiki yang tadinya asyik dengan lamunan dan nasi kare di piring terlonjak kaget.

"Eh? Err, ya," sahutnya ragu, "mungkin saja," ia menjawab asal.

"Wah, kami sebenarnya inginnya begitu. Tapi Obaasama ngebet sekali mencarikan Reika-san jodoh, jadi kami harus segera kembali," Chuuya berujar menyesal, "besok suaminya akan datang. Lagipula kami sudah puas berkeliling Tokyo kemarin."

***

"Ayah dan Ibu hebat bisa menahan Chuuya dan Reika sampai hari ini," gumam Rin melongok dari jendela kamar Aomine sembari mengunyah potongan tomat. Gadis itu menatap ke bawah, ke arah Tuan dan Nyonya Aomine yang melepas dua bersaudara keluarga Yoshio itu.

Samar terdengar percakapan mereka di tepi jalanan lengang itu.

"Jaga diri baik-baik, ya, kalian berdua?"

"Kami sudah terbiasa jaga diri, Anesan, kau juga jangan memaksakan diri."

"Kau bilang seolah aku mempekerjakan dia paksa."

"Doakan semoga calon suamiku yang ini juga tidak becus seperti sebelum-sebelumnya."

"Kau segitu bencinya menikah."

"Berhentilah menguping dan makan yang benar," seru Aomine. Ia mendecih, diam-diam menggerutu. Tak menerima nasib yang mengharuskan ia menjadi pengurus bagi adiknya itu. Ia dengan gemas menusukkan pisau ke buah tomat di genggamannya, agak menimbulkan potongan teratur sebelumnya berubah susunan akibat salah satu yang dikoyak paksa.

Rin menoleh ke arah kakak lelakinya itu, "Oh iya, kau belum memperkenalkan diri," ujar gadis itu.

Aomine mangap, "Haruskah?!" serunya jengah, "kau menghabiskan waktu 4 tahun hidupmu bersamaku, haruskah aku memperkenalkan diri lagi?!"

"Tidak untuk sembilan tahun ini," rengek Rin, gadis itu mengambil duduk di hadapan Aomine dengan bersila, "mungkin saja aku melupakan namamu atau apa~ aku 'kan belum memanggilmu sejak kemarin."

"Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu," gerutu Aomine dan akhirnya berfokus pada kegiatannya memotongkan tomat bagi Rin sembari memperkenalkan diri.

(i) Jauhkan percintaan sedarah dari silsilah keluargaku (i)

(i) . . . takkan kubiarkan kau menyentuh putriku (i)

Aomine menatap getir manik cokelat berkilauan di hadapannya yang sibuk mengomentari potongan demi potongan merah pucat yang tak teratur buah hasil kerja keras Aomine. Sosok mungil itu. Yang ia rindukan kehadirannya sembilan tahun ini. Yang selalu terbayang tiap kali ia hendak bertingkah buruk. Imajinasinya.

Adiknya, yang kini kembali ke sisinya setelah sekian lama.

.

.

Cinta pertamanya. ***

Oniichan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang