Eps. 4

164 26 5
                                    

"Tapi tak kusangka Aomine punya adik semanis ini," Wakamatsu masih mencoba menampik kebenaran, ia menggigit udang tepung dari bentonya dengan gemas sembari menatap Rin yang duduk di samping Aomine.

"Aku berkata jujur, kok," sahut Rin dengan manik berkaca seolah hendak menangis.

"Ojou-chan!" seruan datang dari pojokan gimnasium, "tunggu aku di pelaminan," lanjut sosok itu. Sebut saja Y.

Yang seketika sang Y mendapat pelototan maut dari anggota yang lain.

//Oniichan Series\\
Eps. 4

"Ngomong-ngomong, kenapa aku baru tahu kalau Aomine punya adik?" Imayoshi membuka kembali percakapan setelah latihan sore itu usai.

Secara kebetulan Aomine dengan senang hati dan ikhlas menjadi pengurus Rin untuk seharian ini. Pemuda itu membiarkan Rin mengekorinya selama bukan jam pelajaran. Aomine bahkan rela membenahi diri, masuk ke ruang BK, dan memohon pada Imai-sensei agar membiarkan adiknya tinggal di Ruang BK sementara Aomine mengikuti pelajaran. Dan kini ia sedang mengawasi Rin yang duduk di bangku, merecoki Momoi mengisi jurnal harian, saat ucapan Imayoshi barusan diterima oleh anggota klub basket.

Wakamatsu membenarkan, "Dia sangat manis, kenapa kau menyembunyikannya dari kami, huh, Aomine?!"

Aomine mendecak, "Memangnya kalian pernah tanya?" balasnya malas pada Imayoshi, "dan juga, Wakamatsu, aku tidak menyembunyikannya. Sejak umur 4 tahun dia memang sudah dibawa Obaasama."

"Apa dia sudah punya pacar, ya?" Y menimpali dari dekat keranjang basket.

Partnernya, S, tertawa pelan, "Coba saja tanyakan padanya!"

"Hoi, jangan coba-coba!" seru Aomine keras. Suaranya yang menggelegar membuat dua anak kelas tiga itu kicep.

Tapi, terlambat...

"Nee, Aomine-san, apa kamu punya pacar?"

... Saat Sakurai tiba-tiba saja bertanya demikian pada Rin.

Aomine kalap, hendak menerjang sang pemuda bersurai cokelat, namun segera ditahan oleh Wakamatsu dengan gagang pel.

Tapi memang aku penasaran dengan hal itu, sih.

Aomine menatap Rin yang menunduk.

. . . Walau ia belum berubah, tampilannya sungguh manis. Satu-dua pemuda pasti jatuh cinta padanya. . .

. . . Dan aku ingin tahu, masihkah ada kesempatan bagiku.

Untuk sejenak gimnasium itu seperti menahan napas. Semua orang terdiam menanti jawaban dari gadis mungil itu. Momoi tersenyum, menatap Aomine yang kini pasrah ditahan oleh Wakamatsu lalu pada Rin yang perlahan mengangkat wajahnya.

"Tidak ada," jawab gadis itu pelan. Terlalu pelan hampir-hampir seperti bisikan.

Gimnasium masih senyap hingga akhirnya keheningan itu dipecah oleh koor kompak entah-berapa anggota klub basket itu.

"Hee?! Bohong! Orang manis sepertimu pasti punya pacar!" seru K tak percaya.

Y mengangguk.

Rin menggeleng, "Memang tidak ada."

"Ja-jaa! Kalau orang yang kau sukai?" tanya S, bersemangat.

Rin menggumam, ia memutar-mutar bola matanya secara acak. Untuk sepersekian detik maniknya bertemu pandang dengan iris biru gelap Aomine. Gadis itu menunduk sejenak, lalu nyengir lebar.

"Tidak akan kuberitahu," jawabnya dengan polos.

Seketika gimnasium senyap.

***

"Ha ha ha, kau benar-benar membuat gimnasium kami penuh emosi hari ini," Momoi berujar takjub, "lain kali kau harus mampir, Rin-chan."

Rin nyengir, "Kalau Aniki mengijinkan aku pasti datang," balas gadis itu.

"Satsuki, kau duluan saja," perintah Aomine.

Momoi terkesiap, "Kenapa?"

"Aku mau mengajak Rin ke suatu tempat," ujar Aomine cepat.

Momoi diam sejenak dengan kepala tertunduk. Membuat Rin berpikir gadis berambut merah muda itu akan menangis kapan saja. Namun saat mendongak, gadis beroppai besar itu hanya tersenyum manis lalu mengangguk setuju.

"Aku mengerti, Aomine-kun," gadis itu berbalik agak cepat, "bersenang-senanglah, kalian berdua!" serunya lalu berlari pergi.

Kepergian gadis itu menyisakan tanya dalam benak Rin.

"Air mata?" gumam Rin pelan.

Aomine menoleh, "Kau mengatakan sesuatu?"

Rin menggeleng. Masih tetap menatap gerbang tempat Momoi menghilang.

"Ngomong-ngomong," gadis itu bertanya, maniknya perlahan mengosong.

Aomine menoleh, "Apa?"

Akhirnya Rin menatap Aomine dengan manik cokelat yang sepenuhnya kosong, "Anesan yang tadi itu siapa, ya?"

Aomine hanya mampu menepuk dahi entah untuk keberapa kalinya hari ini. ***

Oniichan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang