LIMA (b)

1K 107 29
                                    

Seperti rencana awal, Athaya akan mengajak Rayyan makan es krim di salah satu kedai es krim dekat sekolah. Athaya menunggu Rayyan di tempat parkir. Dia menunggu sambil mendengarkan lagu dari playlist di ponselnya.

"Athaya," panggil Rayyan dari arah belakang Athaya. Dia menepuk bahunya karena Athaya terlalu asyik dengan ponsel di tangannya.

Athaya mengangkat wajahnya dan tersenyum melihat Rayyan sudah tiba. "Hei!"

"Maaf udah bikin lo nunggu lama."

"Oh, enggak masalah, kok. Nyantai aja. Yuk!"

"Boleh gue yang bawa sepedanya?"

Alis kanan Athaya terangkat. "Terus motor lo, gimana?"

"Gampang. Entar habis gue nganter lo ke rumah, gue jalan kaki buat ambil motor di sini."

"Lo yakin? Dari rumah gue ke sini tuh, jaraknya lumayan, lho!"

Rayyan tertawa seraya mengeluarkan sepeda dari tempatnya. "Lo enggak tahu aja gue sering jalan kaki dari rumah ke warung."

Athaya tertawa. "Itu beda, Rayyan. Ternyata lo bisa ngelucu juga, ya."

"Itu satu yang baru lo tahu." Rayyan menaiki sepeda. "Masih banyak yang belum lo tahu kalau kita enggak berteman baik." Dia melihat Athaya, "Ayo, naik!"

Beberapa saat mereka menuju kedai es krim dalam diam. Athaya pun membiarkan angin sore menerpa wajahnya sekaligus mendinginkan hatinya. Mungkin nanti setelah dia menebus kesalahannya satu per satu, dia bisa lebih tenang.

Rayyan membelokkan sepedanya masuk ke deretan ruko, lalu keduanya turun di depan kedai. Tulisan "KEDAI ES KRIM TUTUP SEMENTARA KARENA ADA KEPERLUAN" terpasang di pintu kedai. Kenapa ada tulisan sepanjang itu untuk menjelaskan kalau kedai tutup?

"Athaya, kedainya tutup. Gimana, dong?"

"Yahhh. Hmm," tatapan Athaya mengelilingi seantero deretan ruko dan berhenti pada pedagang es serut yang letaknya di seberang kedai, "kita di situ aja, yuk! Makan es serut."

"Ide bagus. Ayo!"

Athaya dan Rayyan berjalan beriringan sementara si Putih tetap dalam genggaman Rayyan.

Athaya melepaskan tasnya dan menaruhnya di bangku taman, di bawah pohon rindang. "Biar gue yang pesen. Lo duduk aja di sini."

Setelah membayar, Athaya kembali beberapa saat kemudian dan duduk di sisi kiri Rayyan. "Entar dianterin sama abangnya. Oh, ya. Tadi kenapa di kantin sendirian?"

"Enggak kenapa-kenapa. Lagi pengin sendiri aja." Rayyan tersenyum. "Lo gimana di kelas? Kayaknya tadi lo lari deh. Kenapa?"

"Eh, lo lihat, ya? Hmm, enggak apa-apa, kok." Tak mungkin kalau Athaya mengatakan hal yang sebenarnya. "Es serutnya udah dateng tuh. Makan dulu, yuk! Tenggorokan gue kering banget, nih!"

***

Temen duduk:

Tha, gue bentar lagi ke rumah lo, ya.

Athaya:

Silakan.

Temen duduk:

Tha, gue perlu bawa makanan enggak?

Athaya:

Terserah.

Temen duduk:

Ok!

WhatsApp Elgra berhenti di tempat Athaya. Kebiasaan lama Elgra yang juga tak pernah berubah sejak dulu. Dalam hati yang terdalam, Athaya juga diam-diam merindukan momen seperti ini.

Athaya & Elgra [TERBIT GRASINDO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang