TUJUH (b)

896 102 41
                                    

Entah kenapa kalimat itu yang tiba-tiba terlontar dari mulut Elgra. Tapi hanya hal itu yang bisa dilakukannya saat ini. Dengan begitu, dia bisa lebih menjaga Athaya. Walau sebenarnya ada ketakutan tersendiri baginya kalau pada kenyataannya nanti Athaya marah dan persahabatannya putus karena itu.

Elgra mempercepat langkahnya menuju kelas. Dia ingin segera bertemu Athaya. Dia tidak mau didahului oleh Rayyan. Mulutnya pun tak berhenti merapalkan nama Athaya.

Elgra berbelok masuk ke kelasnya. "Athaya...," panggilnya hampir berteriak.

Semua siswa yang ada di dalam kelas menoleh ke arah pintu. Mereka terheran-heran mengapa Elgra sampai berteriak seperti itu.

"Elgra, lo kenapa?" tanya Moreno setelah melepas kedua earphone-nya. Dia sedang duduk di meja guru.

"Lo lihat Athaya enggak?"

"Tadi dia habis dari sini nyebarin lembar DUDU. Mungkin sekarang di ruang mading. Coba aja lo ke sana."

Tanpa memberi tanggapan lagi, Elgra langsung berlari ke ruang mading.

Secepat kilat Elgra langsung membuka pintu ruangan mading. "Tha!" Napasnya terengah-engah.

Athaya, Nayla, dan Vega yang tengah bercakap-cakap langsung menoleh ke arah Elgra.

"El, lo kenapa?" tanya Athaya seraya beranjak dari kursi kayu.

Elgra berjalan cepat ke arah Athaya, yang membuat cewek itu semakin bingung. Elgra langsung memeluk Athaya dan menenggelamkan wajahnya ke bahu Athaya.

"El? Lo baik-baik aja, kan?"

Elgra masih terdiam.

Athaya melihat Nayla dan Vega bergantian. Nayla mengedikkan bahunya, sedangkan Vega tertunduk lesu dan langsung keluar.

Athaya pun langsung bingung melihat tingkah Vega yang begitu tiba-tiba. Pikirannya jadi terbagi dua. Tapi sekarang Athaya harus fokus kepada cowok yang memeluknya ini. "El, kenapa?" Dia mengelus punggung Elgra. "Terjadi sesuatu sama Om Ervan?"

Elgra menggeleng. Dia sedang berusaha menahan isak tangisnya.

"El, bilang! Jangan bikin gue ketakutan gini, El. Lo kenapa? Lo jatuh? Lo luka?" Athaya terus mempertanyakan penyebabnya.

Elgra kembali menggeleng. "Tha, lo jangan ke mana-mana, ya! Lo sama gue aja, ya!" katanya tanpa melepaskan pelukannya.

Athaya melepaskan tangan Elgra yang melingkar di tubuhnya, lalu dilihatnya wajah yang menunduk itu. "El, lihat gue!"

Elgra mengangkat pandangannya. Dia menatap dalam mata indah di hadapannya. Dia ingin mengatakan semuanya tanpa harus menundanya sampai nanti malam. Athaya harus mengetahui perasaanya yang sesungguhnya. Pun kenyataan tentang Rayyan. Tapi entah kenapa kata-kata yang sudah dipersiapkannya itu tidak bisa keluar.

"El, gue di sini, di hadapan lo. Gue enggak ke mana-mana. Lo kenapa, sih? Cerita sama gue."

Bukannya cerita atau menjawab, Elgra malah lebih memilih untuk kembali memeluknya.

Nayla yang memperhatikan mereka hanya dapat menggelengkan kepala. Dia berdeham. "Sorry, di sini masih ada orang kali."

Athaya dan Elgra saling melepaskan. Athaya merasa pipinya memanas sehingga dia menutupi kedua pipinya. Sedangkan Elgra, dia hanya memperhatikan Athaya. Tatapannya tak bisa lepas dari Cewek Kesayangan-nya itu.

"Hmm, El, ada kabar bagus buat lo." Athaya mulai bicara untuk membunuh kecanggungan yang ada. Dan entah mengapa saat ini jantungnya berdebar dengan irama yang tak biasa. Apalagi setelah mencuri pandang ke arah Elgra. Oh God....

"Gue sama Nay udah baikan," sambungnya. Dia melemparkan senyum kepada Nayla.

Elgra tersenyum tipis. "Gue seneng dengernya, Tha." Dia menepuk-nepuk pelan kepala Athaya.

"Ya udah. Entar pulang sekolah, kita ngumpul di sini ya buat diskusi kilat sebelum deadline," kata Nayla, "El, gambarnya udah?"

Elgra hanya mengangguk. Padahal dia sama sekali belum menggambar apa pun.

"Oke. Gue keluar dulu, ya."

"Tapi, Nay," Athaya menghentikan langkah Nayla. Digenggamnya tangan Nayla. "Vega gimana?"

"Biar Vega gue yang urus." Nayla tersenyum dan melangkah pergi.

Athaya kembali merasakan rasa canggung ketika melihat Nayla menutup pintu. Bahkan saat ini dia tak berani menatap Elgra. Kedua kakinya terasa bergetar halus ketika dia melangkah untuk duduk.

Mereka duduk terdiam cukup lama. Duduk berhadapan yang dibatasi oleh meja ukuran besar. Athaya tahu Elgra terus menatapnya, tapi dia masih enggan mengangkat wajahnya. Hati dan pikirannya masih ribut. Rasa degup tadi belum mereda.

For God's sake. Ini pertama kalinya Athaya merasakan perasaan ini. Belum pernah perasaannya sekacau ini bila bersama Elgra. Tapi kenapa?

Gue kan sukanya sama Rayyan, El! Bukan lo!

"Athaya," panggil Elgra.

Entah mengapa suara itu terdengar lembut di telinga Athaya. "Y-ya?" Dia memberanikan mengangkat pandangannya dan menatap Elgra.

"I have something to tell you."

"What?"

"Nanti malam ya, Tha, gue bilangnya."

Athaya mengernyit. "Kok nanti? Kenapa enggak sekarang aja?"

Elgra menggeleng. "Gue cuma mau mastiin kalau lo aman-aman aja, Tha. Gue enggak mau lo kenapa-kenapa."

Kerutan di kening Athaya semakin dalam. Meski perasaannya masih belum reda, rasa penasarannya lebih tinggi. "Kenapa, sih?"

Elgra kembali menggeleng. "Nanti malam dandan yang cantik, ya!" []

^_^

Gimana cerita "Athaya & Elgra" sepanjang ini? Maksudku sampai di part ini?

Elgra bikin gemes yakk?? Hehee~ *author joget-joget

Bab TUJUH (b) terlalu pendek, ya? Maapkeun author yang kurang fokus akibat kekurangan AQUA. Lho?? ... :D

Penasaran bab selanjutnya? Hmm, kira-kira bakal gimana, ya? Bagaimana reaksi Athaya ketika Elgra menyatakan perasaannya?

Siapkan perasaanmu, Wahai Pembaca! Muehehee... XD


Love,

Aya   


Athaya & Elgra [TERBIT GRASINDO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang