Sekitar pukul lima sore, usai mengerjakan tugas mading bersama anggota yang lain, berakhir pula pertemuan mereka. Satu per satu berpamitan, sedangkan Athaya masih asyik dengan penelusurannya di salah satu website.
"Tha, gue duluan, ya! Agit udah ngomel-ngomel soalnya." Nayla memakai tasnya. Saat itu pula Vega keluar ruangan setelah mengatakan kalau dirinya ingin ke toilet kepada Nayla.
Athaya mengalihkan pandangannya sesaat. "Lha, si Agit kenapa?"
"Kelaperan dia." Nayla tertawa. "Tadi dia minta ditemenin ke kafe yang baru buka di pertigaan lampu merah. Ada tester gitu, Tha!"
"Ya udah. Kunci sama siapa? Gue enggak bawa, nih! Kayaknya ketinggalan di meja belajar gue deh."
"Yah, gue juga enggak bawa, Tha. Vega kayaknya bawa deh. Entar bilang aja, Tha, pas dia balik dari toilet."
Athaya menghela napasnya. Hubungannya dengan Vega belum juga membaik. Malah bisa dibilang memburuk. Selama mengerjakan tugas mading tadi, Vega terlihat seperti menghindar darinya. "Tapi tas Vega tadi gue lihat dibawa. Mungkin dia langsung pulang, Nay."
"Enggak, kok. Kan baru keluarnya." Nayla mencium pipi Athaya. "Udah, tenang aja. Entar gue yang bilang kalau masih ada lo di sini."
Setelah Nayla keluar ruangan, Athaya terus melanjutkan pekerjaannya. Hanya ada suara jarum jam dan pendingin ruangan yang menemaninya. Dan setelah mencetak hasil tulisannya, dia menempelkan tulisannya tersebut di sisi karton khusus kolom artikel. Dia menatap puas dengan hasilnya. Membayangkan artikel yang diberi judul "Kasih Sayang Sepanjang Masa" itu akan dibaca oleh teman-temannya, membuatnya senang.
Sejenak pandangannya menyapu seluruh isi karton dan berhenti pada kolom yang dikhususkan untuk gambar. Letaknya di kanan bawah. Tapi sampai saat ini kolom itu belum terisi.
Athaya mendesah ketika ingatan tentang Elgra melintas. Harus dia akui melupakan itu adalah hal yang tersulit dibanding dengan melepaskan. Rasa sayangnya terhadap Elgra pun tak berkurang.
Lalu, dia merapikan peralatannya dan ... oh, Vega. Ke mana dia? Athaya melihat jam dinding. Waktu menunjukkan pukul lima lewat empat puluh lima petang. Pandangannya beralih ke jendela. Sudah hampir gelap. Apakah Vega meninggalkannya?
Athaya bergegas memakai tasnya lalu berjalan menuju pintu. Tapi....
"Halo, ada orang di luar?" teriaknya. Tangannya berkali-kali menaik-turunkan kenop pintu. Mengetahui bahwa dirinya terkunci sendirian membuatnya takut. Dia menggedor-gedor pintu. "Tolong! Bukain pintunya...." Dia mulai terisak. "Tolong! Ada orang di sini! Tolong...."
Athaya melihat ke jendela. Di luar sudah tidak ada siapa-siapa lagi. "Tolong...," suaranya melemah. Tubuhnya merosot dan bersandar di bawah jendela. Dia tidak bisa menghubungi siapa pun karena ponselnya sudah mati sejak tadi dan dia tidak membawa charger. "Bunda...."
"Tha?"
Mendengar suara itu seperti mendengar keajaiban. Dia segera bangkit dari duduknya. Mata yang mengabur karena air mata, segera dihapusnya. Kemudian dilihatnya jelas sosok yang mendekat ke arahnya itu. Tidak ada penerangan sedikit pun karena lampu ruangan juga belum diganti.
"El?"
"Iya, ini gue. Kena—"
"Kenapa lo baru ngomong sekarang?!" Athaya berteriak. Emosinya pecah. Dia pun tak bisa mengontrolnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/147487075-288-k110352.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Athaya & Elgra [TERBIT GRASINDO]
Teen FictionFOLLOW DULU, YA! :) (#3 - Teenlit 08/07/18) (23/08/18 Finalis #GrasindoFictionSweek) (24/08/18 Juara 2 #GrasindoFictionSweek) Athaya dan Elgra adalah sepasang sahabat yang saling melengkapi. Dulu. Tapi sekarang kehadiran Rayyan di kehidupan merek...