Pandeglang, Juli 2012

39 3 0
                                    


Waktu masih SD, Genta pernah di bully sama teman temannya karena rambut nya yang pirang dan mata sipit nya. Ia kerap kali di panggil China oleh teman temannya dan tak jarang juga dari mereka yang melakukan kekerasan fisik dan psikis.

Aku selalu berusaha melindungi nya, meskipun aku tidak bisa bela diri silat, taekwondo, judo, tapi aku selalu berhasil melindungi Genta dari teman-teman nya yang nakal. Bagaimana pun caranya.

Terakhir kali aku melihat nya menangis tanpa suara di belakang rumah nya dengan tinta spidol hitam dan sisir ditangan nya. Aku langsung menghampiri nya dan melarang nya untuk melakukan itu.

"Kamu ngapain sih dengerin mereka? Jangan dengerin mereka dan jangan di warnain, jelek. Gini aja, kamu ganteng kok." kata ku sembari menyisir rambutnya dengan tangan ku.

Genta menatapku lama.

Aku menyemburkan tawa ku karena Genta menatap ku begitu.

"Genta bodoh hahaha " ledek ku, hingga akhirnya Genta ikut tertawa bersama.

Lima tahun berlalu. Tak terasa kami bersama hingga saat ini. Aku dan Genta menjadi pasangan sahabat yang hampir tak terpisah kan, kami selalu berdua kemana mana. Ke sekolah berdua, ke kantin berdua, bahkan ke toilet pun kadang berdua. Pokoknya kemana mana kami selalu bergandengan tangan.

Keadaan waktu kami masih SD sangat lah berbeda dengan saat ini, pada masa SMP ini Genta disukai banyak orang. Aku kesal saat perempuan perempuan genit itu mendekati Genta ku, namun apalah daya diriku yang cupu ini. Aku hanya bisa tersenyum saat Genta di dekati mereka.

Tapi Genta tetap bersama ku, menjadi sahabat baik ku yang kemana mana selalu berdua dengan ku. Mungkin karena itu, banyak perempuan sebaya ku yang menjauhi ku. Beberapa dari mereka yang mendekati ku hanyalah untuk mendapati informasi tentang Genta.

Seperti Aira, sahabat ku.

Dan banyak lagi.

Untuk itu aku berusaha menutup diri untuk tidak berinteraksi dengan mereka.

🍪🍪🍪

"Genta. " panggil ku, kini kami sedang berada di kamar Genta.

"Hmm.."

Suara stik Ps yang di mainkan oleh Genta dengan kasar dan berisik nya membuat ku gagal fokus pada tugas tugas sekolah yang kian menumpuk, sedangkan Genta masih saja ter fokus pada Ps nya.

"Udah dulu dong main nya, bantu in aku kerjain nomor yang ini. " aku merengek kepada Genta, tapi dia tetap cuek. Bahkan melihat ke arah ku pun sama sekali tidak ia lakukan.

"duh susah banget sih" gumamku sambil menggaruk garuk kepala ku yang tidak gatal.

Setelah itu terdengar bunyi stik ps yang di banting di dan dilanjutkan dengan sorakan, aku sudah tahu itu. Biasanya jika seperti itu pasti Genta telah memenangkan permainan nya, akupun hanya menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala ckckck.

"Yess, " setelah itu ia meletakkan stik ps nya dan merangkak ke arah ku.

"mana mana, sini yang susah biar gua yang kerjain. " Genta mengambil ballpoint dan menggigit nya, aku mendecih jijik padanya.

Seperti nya Genta serius ingin mengerjakan soal ini, biarlah, lagi pula jari jari ini sudah pegal mencatat tugas tugas dan mengisi soal. Aku pun meregangkan otot-otot jari tangan ku dengan membunyikan buku-buku jari ku.

"Ini yang nomor delapan, hmm.. " ucapku sambil mengikat rambut ku dengan asal.

Tunggu, ada yang aneh.

lagentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang