Ulangan kenaikan kelas sudah selesai, gak sia sia rasanya aku selalu belajar hingga semalaman penuh. Bahkan terkadang, aku sampai menginap di rumah Genta. Begitu pun sebaliknya.
Kring kring kriing..
Bunyi klakson sepeda milik Genta terdengar di rumah ku, pertanda bahwa dia sudah datang menjemput ku pergi ke Sekolah. Tumben Genta mau sekolah di hari bebas seperti ini, aku yang masih memakai piyama tidur dan belum mandi melihat nya dari jendela rumah ku dan segera berlari untuk membuka pintu.
"Sori, lama. " saat aku membuka pintu nya, Genta mendongak ke arahku dan langsung menurunkan standar sepeda nya.
"Maaf ya.." ucapku, mata ku mengikuti setiap gerakan Genta yang turun dari sepeda nya dan berjalan ke arahku.
Ia jalan melewati ku dan masuk ke rumah ku, aku pun berbalik menyusul nya masuk ke dalam rumah.
"Genta, kamu marah ya? Aku kira kamu ngga bakal sekolah juga hari ini, ya udah aku ganti baju dulu deh. Yah.. Yahyah.. Jangan marah." aku berusaha membujuk Genta yang cuek nya minta ampun.
"Eh ada Genta, sini sarapan dulu. Mama buat sayur, tuh. Dede, kamu kok masih pake baju tidur. Belom mandi pasti, ih jorok. Mandi gih sana, malu dong sama Genta. " mama mengelap tangan nya yang habis mencuci piring, aku cemberut.
Genta sudah duduk begitu saja di meja makan tanpa basa basi. Ia mengambil piring dan sendok.
"Makan mah.." ucap Genta, menawarkan makanan kepada mama ku.
"Iya, makan. Makan lah apa yang ada di meja itu. Billa, kamu masih disitu? " mama menatap ku horor.
"Iya, iya mah. Billa ganti baju, bentar." ujar ku, langsung berbalik menuju kamar.
Namun aku merasa seperti ada yang menahan ku, iya tidak salah lagi. Genta menarik pergelangan tangan ku.
"Heh, mandi. Jangan ganti baju doang. " bisik nya, aku langsung melepaskan pegangan nya dan segera menjauh dari Genta.
"Males, wlee." aku meledek nya dengan menjulurkan lidah ku, dia hanya terkekeh pelan.
Selesai berganti baju, aku keluar kamar mencari Genta. Rupanya ia tengah berduaan dengan ayah ku di teras.
"Ayo, berangkat. " ucap ku dengan penuh semangat.
"Udah selesai? Cepet amat." Genta memandang ku dari bawah ke atas. Aku tersenyum dan berkedip, lalu melirik ayah yang lagi minum teh.
"Udah sana, berangkat. Hati-hati ya. " ayah pun bangkit dari duduk nya, dan aku segera bersaliman begitu pun dengan Genta.
Kami pun berangkat ke sekolah meskipun jam hampir menunjukkan pukul setengah delapan.
🍪🍪🍪
"Hai Genta!!"
Baru juga aku turun dari sepeda Genta, fans fans Genta sudah cekikikan bersama teman teman nya menggoda Genta. Aku mengeratkan pegangan ku pada tas ransel yang aku pakai.
Dan, ini saat saat yang paling aku tidak suka. Sinta datang mendekat bersama dua orang teman nya.
"Genta. " ucapnya, kemudian ia melirik ku dan balik lagi menatap Genta.
Genta menggenggam tangan ku dan membawa ku pergi dari mereka.
"Genta, kelas kamu kan disana. Tumben kamu mau ke kelas aku."
"Ya emang kenapa? "
"Gapapa sih, udah sana ke kelas kamu. Hush hush.." aku mengusir nya dengan gerakan tangan seolah olah ia kucing.
Perlahan, dia pun menjauh. Berjalan mundur sambil terus melihat ke arah ku. Aku menyimpulkan senyum saat dia melambaikan tangan nya, secara otomatis aku pun ikut membalas nya.
Senyum ku memudar seketika, saat Sinta berada di belakang Genta. Aku tidak tahu apa yang mereka bicara kan, tapi yang pasti aku tidak ingin mengetahui itu. Aku pun mempercepat langkah ku menuju kelas VII.C.
"Salsabilla.. Darr. " Aira memegang bahu ku dari belakang, dasar payah. Dia sama sekali tidak berbakat untuk mengageti orang.
Untuk menghargai nya, aku menengok ke belakang dan pura-pura kaget.
"Hah! Aku kaget." ucap ku sambil mengelus dada.
"Cie bareng Genta lagi. " ia menusuk nusuk kan jari telunjuk nya ke lengan ku.
"Cie.." kini ia tersenyum jahil, selalu begitu. Ketika ada kaitannya nya dengan Genta, Aira selalu memasang senyum seperti itu.
"Ih, apa sih? Dasar ga jelas. " aku pura pura marah dengan memutar bola mata ku.
Aku memasuki kelas dengan Aira di depan ku. Seperti biasa, suasana kelas di pagi hari selalu begini. Ada yang lagi main game, yang perempuan pada nonton film, ada yang ngobrol ngobrol biasa, ada juga yang tidur, dan tipe paling rajin, yang lagi ngerjain tugas hari ini.
Aku sebut paling rajin karena ini udah selesai ulangan. Ya aku juga sebenarnya masuk ke tipe ini sih, jika di hari biasa.
Tapi aku tidak perduli, aku pun meletakkan tas di atas bangku ku dan mengeluarkan sebuah buku novel dan membaca nya. Aira duduk di depan ku melihat ku yang tengah membaca buku.
Aku agak risih dengan tatapan nya yang seperti itu, aku pun berpindah posisi namun ia tetap melihat ku seperti itu. Seperti, apa ya? Memperhatikan mungkin.
"Ke kantin yuk. " ujar Aira.
"Masih pagi ah, males. Udah masuk juga." ucap ku sembari menutupi wajah ku dengan buku novel.
Aira menurunkan buku novel ku ke meja, dan memaksa ku untuk ikut bersama nya. Jadi mau tidak mau aku harus ikut jika sudah seperti ini.
"Ayok. " ia menarik pergelangan tanganku.
Aku dan Aira pun pergi ke kantin menembus kasak kusuk keramaian di koridor sekolah. Maklum, ini kan hari bebas. Terlebih ada PPDB di sekolah ku.
"Mmm, mau beli apa?" tanya Aira.
"Ga ada yang mau di beli juga. "
"Beli itu aja yuk." Aira menunjuk tumpukan roti dan menarik ku mendekat ke roti roti tersebut.
"Kamu mau rasa apa? " tanya nya, lagi. Aku diam saja, toh aku menentukan pilihan pun ia sudah memaksa ku untuk tetap menuruti pilihan nya.
"Rasa coklat aja deh ya." ujar nya, mengambil dua buah roti rasa coklat dengan mata berbinar.
Aku mengambil satu roti lagi untuk seseorang yang kulihat di lapangan.
"Eh, kamu kan udah ini. Aku beli satu doang loh. " tanya nya, saat ia menyadari bahwa aku membeli dua buah roti.
"Iya, aku yang beli dua. Ini buat Genta."
"Iiii cocwit banget si Genta dibeliin, gua nya ngga. Temen apa temen sih. " Aira cemberut kesal, aku pun hanya nyengir.
"Genta." panggil ku, saat melewati lapangan bola.
Seseorang dengan rambut pirang berkeringat serta acak acakan itu menoleh. Ia meneguk habis air mineral ditangan nya, dan segera berlari ke arah ku. Sedangkan orang-orang di sekeliling nya meneriaki kata 'cie' kepada kami.
"Apa?"
"Ini. " ku sodor kan roti yang tadi ku beli kepada nya.
Aira, entah apa yang terjadi kepadanya sedari tadi senyum-senyum ga jelas.
"Thanks ya." ucap Genta, lalu berbalik ke tengah lapangan.
"Jangan lupa dibayar loh pulang sekolah. " teriak ku, yang meninggalkan nya di lapangan bersama dengan roti isi coklat.
🍪🍪🍪
A.n/
Selo apdet ya author nya, maap yaa maap ._.

KAMU SEDANG MEMBACA
lagenta
Teen FictionPernah kah kamu merasakan yang namanya jatuh cinta? Aku yakin semua orang pernah. Tapi mengapa aku berbeda? Aku pikir ini yang dinamakan cinta, tapi mengapa itu sulit? Apakah kamu pernah berciuman? Aku pernah, tapi apakah itu yang dinamakan cinta...