Lucu yah anak gue. Gak nyangka gue bakal punya anak yang 100% mirip banget sama gue. Perasaan, waktu Davin masih baru lahir gak mirip kayak gue. Kok sekarang persis banget ya?
Ya ampun gemesin banget sih ni anak satu. Apalagi kalo lagi tidur gini. Pengen gue telen kalo boleh.
Davin kadang tidur sama gue dan Lissa seranjang. Terselip diantara pelukan gue dan istri gue. Seperti layaknya keluarga yang harmonis.
"Kamu cantik banget kalo lagi pejamin mata." Ucap gue pelan, sembari mengelus rambut Lissa.
Gue ngelirik jam dinding. Masih jam 2 malem.
"Emmm. Rico, kamu udah bangun?" Tanya istri gue yang masih setengah sadar.
"Ssttt! Nanti anak kita kebangun."
"Kamu belum tidur dari tadi?" Lissa mengucek matanya.
"Kalo tadi udah. Baru aja kok gue bangunnya. Kamu lanjut lagi aja tidurnya, masih malem."
Lissa malah geleng kepala.
"Ri, aku hari ini mau main kerumah ibu. Aku tiba-tiba kangen aja." Kata Lissa.
"Boleh. Dikantor juga lagi kosong. Gak ada pekerjaan yang penting banget."
Gue mengelus rambut panjang-nya yang tergerai.
"Hueee mamma.... hiks-hiks mama mimi cucu he...." Tangis Davin.
"Uuu sini sayang mimi cucu mama." Lissa menarik Davin ke pelukannya."Davin bobo yang nyenyak. Nanti siang kita kerumah nenek." Bisik gue sambil mengusap kepalanya.
Dan akhirnya kami bertiga sama-sama tertidur kembali. Sampai pagi menyapa lewat sinar matahari yang menembus dari gorden dijendela kamar.
***
"Nene' na' peyuk!" Teriak Davin sambil berlari-lari kecil yang menurut gue sangat menggemaskan. Dengan langkahnya yang masih belum lancar seperti itu, lucu saja liatnya. Gue hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah Davin.
"Eh cucu nenek. Lissa, Rico mari masuk!" Ajak ibu mertua gue.
Gue dan Lissa masuk kerumah, dan duduk diruang tamu orang tuanya Lissa.
"Davin kemana?" Gue mencari-cari pandang, kemana tu bocah gemesin? Jangan sampe malah main keluar rumah. Ini tempat asing lho.
"Tadi sama ibu aku ikut kedapur mungkin, ngambil minum."
"Takut ngilang." Racau gue.
Lissa menyikut lengan gue. "Sutt omongan adalah do'a."
"Iya maaf."
Tak lama kemudian, ibu mertua gue datang membawa minuman dan makanan ringan dalam toples. Dibelakangnya Davin menguntit, sambil mengunyah makanan yang memenuhi mulut kecilnya itu.
Fiuhh untung gak beneran ilang anak gue. Ternyata abis nyomot makanan.
"Menurut ibu, Davin itu lucu, ganteng lagi. Mirip kamu banget, Ri."
"Gitu tuh bu, orang-orang bilang juga gitu. Padahal dibalik wajah imutnya, malaikat super nakal selalu bikin Rico pusing." Cerocos gue blak-blakkan.
"Papa cokat. Ayuk beyi! Papaaa...." Nah liat nih buktinya, berani bener narik-narik tangan bapaknya sendiri. Bocah nakal.
"Tuh kan bu. Davin pinter banget bikin papanya sakit kepala. Ckckck. Lissa tuh dulunya ngidamin apaa ya, lupa lagi."
Lissa melotot tajam kearah gue. "Yee Davin itu nurun dari sifat kamu. Wajahnya aja tu' dua dari kamu."
"Udah-udah. Liat anak kalian. Tuh katanya pengen beli coklat. Turutin, masa gak kasian sama anak sendiri." Mertua gue menasehati.
"Aku mau disini aja bu." Lissa malah melengos kekamarnya.
"Hush! Kamu ikut juga!" Hehe Lissa dimarahin ibunya.
"Ya udah, kami pergi dulu. Salam buat ayah ya bu." Lissa cipika-cipiki sama sang ibu. Gue dan Davin hanya mencium punggung tangannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Idol
Teen Fiction"Kenalin gue Rico. Umur 19 hampir 20 tahun. Ada yang ditanyakan?" tanya Jerrico Ausie atau biasa dipanggil Rico, saat presentasi di universitas-nya. "Pacar kak, pacar?" tanya para mahasiswi dengan antusias. "Gue udah punya cewek dan seorang anak. N...