Fourteen

269 11 0
                                    

Dalam setiap rumah tangga pasti ada sebuah masalah. Seperti kehidupan gue yang, akh lagi diujung tanduk.

Gue si gak tau kenapa Lissa ke pincut sama yang namanya si Saka itu. Atau mungkin si Saka itu mantannya si Lissa ya?

Gak tau ah.

Oh iya. Gue hari ini harus berangkat kerja. Tanpa sarapan dirumah terlebih dahulu. Ya iyalah gak sarapan. Yang masakinnya juga gak ada. Kan si Lissa lagi marahan sama gue.

Hmm. Anak gue udah bangun gak yah? Kangen. Kan tadi malem gue tidurnya diruang tamu. Sedangkan Davin diajak sama istri gue tidur dikamar.

Buru-buru gue berangkat kerja karena dikantor lagi banyak kerjaan. Ck. Gue dikantor cuma manager, kalo yang CEOnya ya papi gue. Yahh hayalan gue emang gak sesuai kenyataan. Ngehayal aja jadi seorang CEO muda tampan. Tapi kenyataannya gak gitu.

"Pagi pak Ricoo!" Sapa Angel, asisten pribadi gue. Ekhm dia cukup cantik lho.

"Ehm. Pagi juga. Selamat bekerja." Ucap gue sok berwibawa pake dehaman segala.

"Eh pak tunggu dulu!" Angel memegangi tangan gue.

Gue menoleh. "Ada perlu apa?"

"Emm nanti siang saya mau ikut makan siang bareng." Ucapnya sedikit malu. Uuuu padahal udah keliatan, cuma pengen deketin gue doang itu mah.

"No problem."

Gue lalu melenggang pergi menuju ruang kerja gue yang ada dilantai atas.

Ting!

Pintu lift terbuka. Gue segera masuk kedalam. Dan....

Ting!

Sampe juga gue diruang kerja. Gue langsung duduk dikursi kebesaran gue. Lalu mulai membuka laptop, mengerjakan beberapa berkas penting.

Fyi. Papi gue baru umur 40 tahun lho! Kalo mami gue sih umur 39. Masih muda-mudi kan?? Maklum guenya juga baru umur 20 jalan.

Tok-tok-tok....

"Permisi pak."

Ada suara seseorang dari luar.

"Hmm masuk." Ujar gue.

Tak lama kemudian masuklah sesosok wanita cantik dengan rok span dan kemeja kerjanya. Siapakah itu? Gue baru melihatnya.

Ck. Hidup gue memang tak pernah terlepas dari cecan-cecan.

"Silahkan duduk." Titah gue sebagai seorang atasan.

"Trimakasih pak."

Cecan itu kemudian duduk di kursi yang ada diseberang gue.

"Ada perlu apa menemui saya? Apakah butuh bantuan?"

"Perkenalkan saya Jenita Amara. Saya ingin bekerja diperusahaan ini sebagai asisten pribadi bapak. Apakah bapak mau menerima lamaran kerja saya?"

Dia menyerahkan surat lamarannya dan langsung gue baca. Lumayankan punya asisten cecan. Dan setelah gue cek berkas-berkasnya, ternyata oke juga.

Kebetulan gue lagi butuh banget asisten lagi. Karena kerjaan semakin rumit dan melelahkan saj dari hari ke hari.

"Oke lamaran kamu saya terima. Selamat bekerja. Besok kamu mulai bekerja disini." Ucap gue sembari menyalami tangannya. Dan ia pun keluar dari ruangan.

***

Sepulang kantor gue tak langsung pulang kerumah gue. Tapi mampir dulu kerumah ortu. Gak papakan temu kangen sama mami gue tercinta.

Tapi sebelum sampau kerumah ortu gue. Tiba-tiba ponsel gue bergetar. Ada yang nelpon.

Gue mengangkat telponnya sembari mengemudi.

"Ini siapa?" Tanya gue tanpa basa-basi, sok arogan.

"Weyy lo kok to the point banget sih." Ucap seseorang dari seberang telpon.

"Ck. Siapa si lo?!" Gue mulai gak sabar.

"Ini gue Deka. Temen sekampus aja gak hafal. O iya Ri, gue sama Gita dan Mely mau ngerjain skripsi dirumah lo boleh gak? Soalnya ni si Gita sama si Mely maksa gue pengen kenal sama lo."

"Oh gitu. Sebenernya gue lagi ada problem dirumah. Tapi betewe. Mereka berdua pada cantik-cantik gak nih?"

"Uuh jelas lah. Jadi gimana nih, boleh gak?"

"Oke. Gue tunggu dirumah jam 7 malem aja. Soalnya gue lagi otewe ke rumah ortu dulu.

"Oh sipp deh. Jangan lupa sediain makanan buat kita."

"Haha gesrek lu."

Pip

Gue menekan ikon merah untuk menghentikan panggilan.

----skip----


Tok-tok-tok

"Ri-coo...."

Gue mengintip kecil dari gorden jendela.

Gaswat! Deka dan kawan-kawan dateng. Gimana inih? Lissa bisa-bisa marah lagi.

Tok-tok-tok

"E i-iya bentaran! Otewe buka pintu nih!" teriak gue dari dalam.

Gue berjalan membukakan pintu.

"Wahh gantengnya!" tiba-tiba salah satu dari kedua cewek itu ada yang gemes sama gue, langsung aja nyubit pipi.

Gue rada syok awalnya. Tapi reaksi gue hanya cengengesan.

"Git, jangan malu-maluin yang bawa!" Tegur Deka. "Sorry Ri, maklum Gita kan_"

"Siapa mereka?"

Belum sempat Deka selesai bicara, Lissa dateng dengan nada dinginnya.

"Em ini emm...."

Aduh ngomong apa gue??? Cari alasen, cari alesan. Ide cemerlang gue mana??? Batin gue.

"Ini temen-temen kuliah gue. Mereka mau ngerjain skripsi bareng disini." Ucap gue gugup.

"Iya. Kenalin aku Mely. Temannya Rico, tapi aku juga calon gebetannya Rico. Iya kan Rico?" Mely menyenggol lengan gue dengan genit.

"Aku Gita. Kalau kamu siapanya Rico?" Gita menatap Lissa intens. Mungkin merasa aneh pada Lissa yang lagi hamil besar. Dan Lissa keliatannya sangat marah.

Mata gue melebar.

Mampus gue. Ni dua cewek genit amat sih. Tau gini gak bakal gue izinin belajar bareng.

"O jadi ini pacar lo?! Ya udah silahkan kalian pada double date sana! Pantesan elo dandan malem-malem. Tenyata mau jalan sama cewek. Alibinya aja ngerjain skripsi bareng." Sembur Lissa pedas.

"Eh nggak gitu. Siapa juga yang mau double date?" Deka ikut membela gue.

"Ituh. Lo sama si Gita-Gita. Dan Rico pasti sama si Mely lebay kan?!" Tanya Lissa bersungut-sungut.

"Sayang nggak gitu kok." Rico memegang bahu Lissa. "Deka, Gita, dan Mely ini temen kampus gue. Mereka mau ngerjain skripsi disini. Suerr!"

"Dan ini Lissa. Istri gue. Gue kan pernah ngomong, kalo gue udah nikah dan punya anak." Jelas gue.

"Oooo." Mereka bertiga ber "o" .

"Ya udah, aku izinin." Lissa melenggang kelantai atas.

"Hehe ayo kita kerja bareng!" Teriak Rico berantusias.

***

Papa IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang