Prolog

252 28 7
                                    

Author POV

Ini adalah kisah Aita Sarala . Dia bukan Si bodoh yang bersanding dengan Si jenus. Ia bukan Si periang yang mendapatkan Si pendiam. Ia bukan Si kutu buku yang ada di dekat Si famous. Dia bukan Si miskin yang beruntung dengan Si kaya. Juga bukan Si itik yang bersatu dengan sang pangeran.

Ia hanya ia. Aita Sarala . Tak ada kata yang dapat mendefinisikannya selain kata biasa saja. Fisik, fikiran, sifat, dan seleranya biasa saja.

Ia gadis biasa saja yang pastinya punya rasa cinta. Namun, ia belum pernah diberi kesempatan untuk dicinta.

Rala orang yang cukup loyal, realistis, dan berjiwa keadilan yang tinggi. Ia bukan seseorang yang mudah terluka, sebab ia terlahir dari keluarga yang baik-baik saja.bahkan keluarganya sangat hangat dan harmonis.

Ia adalah seseorang yang ada pada nilai rata-rata, tak buruk, tapi juga tak sebaik yang lain.

Seperti namanya Aita (terbuka/apa adanya) dalam bahasa jepang, dan sarala (sederhana) bahasa kannada.
Meski begitu ia biasa dipanggil Rala sejak kecil. Apa adanya dan sederhana seperti itulah rala tak ada yang istimewa.

Rala POV

Hari ini, Hari pertama aku masuk sebagai siba dengan seragam putih abu-abu. Yah, tetap saja malas selalu melanda. Rasanya badan selalu merindukan akhir pekan dan liburan.

Apalagi hari ini bukan hari yang bagus untukku. Aku bertemu dan berada dalam satu ruangan dengan cinta pertamaku, dia yang kucintai sepanjang karir smp ku. Dalam keadaan yang saat ini aku berdiri karna dihukum.

"Kamu tau apa kesalahan kamu!" bentak salah satu anggota osis.
"Jawab dek!!" lanjutnya

"Tau, kuku saya panjang dan saya tidak membawa topi kak" jawabku lantang yang terkesan melawan

"Kamu berdiri di lapangan, cepat!!"

Huuuuftt... Mengesalkan. Sepertinya semuanya akan sama saja seperti dulu.
********

Author pov

Setelah menerima hukumannya. Rala, berjalan gontai menuju ke kantin sekolah sma cakrawangsa. Di pikirannya, Tak ada yang lebih menggembirakan daripada makanan.

Namun, ketika ia hendak melangkah masuk ke kantin.
Ia menangkap sosok Raka Omkara
Namanya diambil dari bahasa sanskerta (raka : purnama, omkara : suara terindah) jadi namanya bermakna bulan purnama dengan suara terindah.

Yah... Sesuai namanya ia terlihat bersinar dan indah. Setidaknya untuk Rala. Sangat sulit menemukan laki-laki yang sesuai dengan Rala. Namun hanya Raka lah yang bisa mengubah kecepatan denyut jantungnya.

Dengan kepribadian Rala yang biasa saja. Tipenya pun yang biasa saja. Sangat sulit menemukan seorang seperti Raka baginya. Yah... Yang hampir sepertinya. bukan si cool, charming, bukan pula anak organisasi.

"Hai.." sapa Rala dengan senyum tipisnya

"Hmm..." jawabnya seraya melanjutkan langkah

BLUUUSHHH... Wajah Rala nampak semerah tomat.
********
Rala POV

"Hai" sapaku

"Hmm..." jawabnya seraya melanjutkan perjalanannya menuju kelas

Seketika aku merasa wajahku memanas. Akhirnya kuurungkan untuk menikmati hidangan di kantin. Aku hanya membeli sepotong roti dan air mineral

Kemudian aku bergegas mengikutinya ke kelas. Entah anugrah atau kutukan aku harus sekelas dengan orang yang menolakku. Walau tak ada ucapan darinya, tapi sikapnya sudah menunjukkan bahwa ia tak tertarik denganku.

Aku duduk di kursiku. Kursi kedua di barisan banjar depan guru. Yah... Ditengah namun bisa kunikmati untuk sesekali menuju ke alam mimpi.

mataku menangkap satu topi yang tergeletak dimejaku. Kulihat nama Rala tertera di bagian dalam topi.

"Sudah dikembalikan ya?" batinku

BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang