cahaya

66 13 2
                                    

Karna semua yang tercipta memiliki makna.
* * *

Jam pelajaran berjalan dengan cepat. Rala melangkah dengan perasaan bahagia. tak ada alien absurd yang mengikutinya. Karna Rama sedang mengikuti ekskul pecinta alam.

Berbeda dengan Rama yang aktif. Rala sangat enggan meluangkan waktunya untuk kegiatan lain. Ia segera melangkah keluar kelas setelah melakukan tugas piketnya.

Namun manik mata dibalik kacamatanya menangkap sosok Raka yang tengah duduk di taman belakang sma cakrawangsa. Rala langsung menyusulnya.

Ketika Rala mulai melewati Raka. Raka memanggil Rala. Entah hadiah atau musibah, Rala harus berada di dekat Raka. Rala segera duduk di samping Raka.

"Ada apa?" tanya Rala pada Raka

"Kamu nggak pulang sama Rama?" Raka balik bertanya

Alis Rala berkerut "kenapa aku harus pulang dengannya?"tanya Rala. aneh. Sebab pembicaraan mereka selalu berisi pertanyaan.

"Kamu suka langit?" tanya Raka lagi. Ia menatap lurus keatas dengan earphone yang senantiasa di telinganya.

"Biasa saja." jawab Rala singkat.

"Aaah" pekik Rala sambil memejamkan matanya. Ia langsung menunduk.

"Kenapa?" tanya Raka bingung.

"Tadi, ada kilat." jawab Rala yang sekarang membuka matanya.

"Kamu takut kilat?" tanya Raka.

"Mungkin" jawab Rala.

"Kenapa?" Raka bertanya dengan pertanyaan yang sama.

"Tadinya aku hanya tak suka dengan kilat. Kilat itu cahaya yang datang dengan cepat. Ia tiba tanpa memberi pertanda" jelas Rala

"Rala lebih suka cahaya seperti mentari yang selalu menyinari setiap hari. Atau cahaya seperti bulan yang datang dengan kepastian." katanya kemudian.

Raka menatap Rala lamat-lamat. "Kau tahu? Kilat juga sangat bermanfaat." ucap Raka.

"Hah? Maksudnya?" tanya Rala yang sekarang memandang Raka. Mereka saling bertatapan. Satu pandangan berisi pertanyaan. Dan yang satu pandangan berisi jawaban.

"Kilat adalah cahaya yang istimewa. Mungkin kau menganggap ia datang begitu cepat. Namun seberapapun cepatnya kilat, ia tetap terlihat. Katamu, ia tiba tanpa memberi pertanda. Namun, ia tiba sebagai pertanda. Ia tiba sebelum gemuruh luruh. Sebelum petir membawa getir."Raka kembali menatap langit.

"Tuhan selalu punya alasan saat menciptakan.Karna semua yang tercipta memiliki makna." katanya lagi.

"Jangan. Jangan berkata. Tetaplah seperti biasa. Kau tahu? Sikap dan perkataanmu semakin membuatku mencintaimu." tentu saja itu hanya batin Rala.

Rala langsung melangkah pergi, meninggalkan Raka yang masih terdiam sendirian. Ia ingin segera membenamkan angan dan impiannya di dunia mimpi.

.
.
.
Bonus part ini....!!

Raka Omkara (3D)

Raka Omkara (2D)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka Omkara (2D)

Lebih suka yang mana nih? Comment ya!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lebih suka yang mana nih? Comment ya!!

BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang