"Sebab kutahu kau terlalu indah untuk kusentuh. Kau terlalu menawan untuk kudapatkan."
* * *Rala kembali ke tempat duduknya. Ia tak lagi fokus dengan hal-hal yang terjadi di kelas. Ia hanya tengah menghias buku yang bersih itu dengan puisinya. Ia tak suka menulis puisi,ia hanya ingin menceritakan apa yang ia rasakan.
Sebab semua pertanyaan tadi mengingatkannya pada Raka. Yah, orang bilang, batas untuk menyukai adalah 4 bulan. Lebih dari itu, berarti kau mencintainya.
Sedangakan perasaan Rala sudah tumbuh sejak awal mereka bertemu. Masa mopd smp. Cinta memang tak ada alasan. Sebab Rala dan hatinya. Langsung mengenali cintanya, sejak ia menatap Raka. Hatinya berkata, dialah orangnya.
"Untukmu sang pencuri hati.
Kau bagaikan karya, yang ada untuk dipuja.
Kau bagaikan bintang, yang hanya dapat kupandang.
Aku tau kau berarti untuk hati ini.
Namun kau adalah kemustahilan yang kuharapkan.
Sebab kutahu kau terlalu indah untuk kusentuh.
Kau terlalu menawan untuk kudapatkan." - A.SAda nyeri yang menjalar di hati Rala. Ia teringat bagaimana Raka mencintai orang lain, memperjuangkan orang lain, berdampingan dengan orang lain, dan disakiti orang lain.
Rala hanyalah penonton yang hanya bisa memandangnya. Rala pernah sempat mengungkapkan perasaanya, di hari perpisahan sekolah. Tapi Raka hanya tersenyum tipis, seolah menyuruhnya untuk melupakannya.
Tapi bagaimana mungkin Rala melupakan Raka. Tak ada alasan untuk melupakannya. Tak ada hati yang tersakiti, sebab ia sendiri yang memilih mencintai.
* * *
Tentrenggg....
Bel istirahat berbunyi...Rala masih duduk dibangkunya. Sendirian. Bukan, tentunya bukan sebab ia tak punya teman. Ia hanya tak pernah sedekat sahabat dengan orang lain. Ia tak suka basa basi, lebih baik untuknya melanjutkan kehidupan indah yang hanya berlangsung dalam mimpi-mimpinya.
"Hai, Rala..." sapa Rama dengan senyuman surya.
"Hmm, ada apa?" jawab Rala singkat, padat, dan akurat
"Rala pernah cinta sama seseorang?" ucap Raka spontan.
Tik tik tik.... Tak ada jawaban dari Rala. Ia hanya melirik laki-laki di samping kanannya yang tengah memakai earphonenya.
"Apakah Raka mendengar pertanyaan alien absurd ini?" tentu saja itu batin Rala.
"Ya" jawab Rala memandang si alien absurd.
"Yaah :'(... Sama siapa? Kamu udah move on kan?" tanya Rama khawatir. Ada kecewa disetiap katanya.
"Untuk apa Rala move on?" jawab Rala seakan memberi pertanyaan pada dirinya sendiri.
"Rala. Terkadang kita harus melupakan untuk bisa menemukan lagi" jawab Rama sangat lembut. Mungkin bagi orang lain, mereka akan jatuh cinta pada anak baru yang jadi trending topik ini.
Namun tidak untuk Rala. Baginya, setia itu ada dan Rala sendiri yang akan membuktikannya.
"Tapi aku tak ingin menemukan lagi. Hatiku telah memilih. Dan aku tak akan menyesal pada pilihanku." jawab Rala. Matanya tak berani menatap raut kecewa alien di samping kirinya. Ia juga tak ingin melihat wajah tertidur Raka di kanannya.
"Bukan karna ada tidaknya penyesalan. Tapi sebab semua hati layak memeluk kebahagiaan. Rala..." senyum tak lepas dari wajah tampan itu
"Dia adalah kebahagiaan Rala. Rala yang menyimpan rasa. Rala juga yang akan bahagia walau hanya menatapnya. Setidaknya Rala masih percaya setia itu ada." ujar Rala seraya berjalan meninggalkan keheningan disana.
"Aku tertarik padamu Rala. Dan aku akan membuatmu merasakan perasaanku. Mungkin aku akan merasakan perasaanmu lebih dulu. Namun aku berbeda denganmu. Bagiku cinta tak hanya dipandang, namun juga diperjuangkan." gumam Rama di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biasa
Short StoryBagaimana jika kamu terlahir tanpa bakat. Bukan si cool, si bodoh, si cantik, jenius, cerdas, model, cherleader. Kamu hanya kamu si nomor 2, tidak buruk memang. Namun berjalan sebagai bayangan sangatlah tidak menyenangkan. ini adalah kisah rala, Si...