PART 5: Dare or Dare

29 5 4
                                    

You know I want you, there's not a secret I try to hide -
Anggie✨

DOD.  Siapa yang gak kenal permainan ini. Singkatan dari Dare or Dare ini, lagi booming di kalangan kelas 9A, kelas Yura dan Anggie.

"Gengss, main DOD yuk!" Yura sebagai kompor kelas selalu bisa mencairkan suasana yang kaku setelah selesai belajar Bahasa Indonesia.

"Yuk!" tanpa komando lagi,  geng perusuh kelas: Yura, Anggie, Sherly, Chaca, Janet, Bastian, David, dan Vino segera duduk melingkar di lantai.

"Pakai pulpen gw ya!" Yura memutarkan pulpennya di lantai. Pulpen berputar lalu ujungnya menunjuk ke arah David.

"Hahah! David kena!"
"Dare ya! Dare!"

"Apaan nih? Jangan yang aneh aneh ya!" pesan David. Setelah menemukan suatu topik yang asyik mereka pun mengajukan challenge itu kepada David.

"Lu teriak 'gue sayang lu' ke orang yang lewat pertama kali di depan kelas!" seru Bastian lantang. Tanpa ba-bi-bu,  David segera menuju pintu kelas lalu meneriakkan kata-kata itu pada orang yang pertama kali melintas di depan kelas 9A.

"Udah ya!" David kembali duduk. Pulpen pun kembali berputar. Sasaran kedua adalah Anggie.

"Lah kok gue?" sedikit cemas banyak takutnya itulah perasaan Anggie saat itu.

"Hmm... Apa ya?"
"Ah! Gue punya challenge! Lu mesti pura pura nyenggol bahu Kak Sam pas istirahat siang nanti!" saran Yura.

"Ih, ogah ah" Anggie menggelak.
"Plis, Nggie, masa gak sportif sih, ini gampang kok" Yura memelas dikompor-kompori oleh teman-teman yang lainnya.

"Oke, fix gue terima tantangan lu"

//

Teng... Teng... Teng...
Mungkin dulu istirahat siang adalah suatu kesenangan Bagi Anggie. Tapi entah mengapa siang ini rasanya ia membenci waktu istirahat siang.

"Nggie! Jangan lupa ya dare lu!" Yura menyikut siku Anggie.

"Hmm" enggan menangapi,  Anggie tak terlalu banyak bicara, diraihnya sebungkus roti coklat lalu dibayarnya di kasir. Ia pun melangkah meninggalkan kantin menuju kursi taman.

"Nggie! Itu! Itu!" Yura antusias menepuk nepuk pundak Anggie. Spontan Anggie menoleh, ia menduga bahwa Sam lah yang lewat, refleks jantungnya berdegup kencang.

"Kak Raphael!! Oh my God, pangeran gue,  Nggie!" Teriak Yura excited. Yah, ternyata cuma Raphael yang lewat, bukan Sam.

"Btw, gue males di sini, kita ke kelas yuk!" Anggie berusaha membuat Yura lupa akan dare yang harus ia lakukan.
"Eh yaudah deh" Yura pun mengekori Anggie dari belakang.

Brukk...
"Ah, sorry kak! Sorry!" Anggie buru-buru membereskan buku-buku yang berserakan. Ia merasa bersalah pada seseorang yang ia tabrak.

"Ini kak bukunya" Anggie mendongakkan kepala untuk menyerahkan buku-buku itu. Tapi, tiba-tiba jantungnya berhenti. Bagaimana tidak kaget, dare yang harusnya ia lakukan malah terjadi di luar skenario.

"Ah, iya makasih ya!" Suara lembut Sam bagaikan angin yang mendamaikan hati Anggie siang itu, tak peduli matahari tengah bertengger manis di atas, Anggie merasa mata Sam membawa kesejukan seketika :v

"Sa... Sama-sama, Kak" tak dapat dipungkiri betapa nervous nya Anggie saat itu.

"Btw, kamu anak SMP ya?" tanya Sam.
"I.. Iya" jawab Anggie pelan namun tetap terbata-bata.

"Wah enak ya jadi SMP, jam istirahatnya 15 menit lebih cepet dari SMA" ujar Sam tertawa.

"Oh ya?" Anggie bagai tak percaya bahwa pangerannya itu kini sedang menatap lekat matanya sambil tersenyum lebar.

"Iya, eh aku mau istirahat dulu,  ya" kata Sam "makasih loh ya bantuannya tadi" Sam beranjak dari pijakannya menuju kantin sekolah. Sementara Anggie masih mematung.

"Di luar skenario!!!" heboh. Ya, itu reaksi pertama dari seorang Yura yang sedari tadi cengo menjadi penonton.

"Yuuurrr!!???? MIMPI YA GUE? MIMPI KAN? PASTI MIMPI YA?" Anggie excited sambil melompat-lompat.

"Enggak ini reality!!" Yura tak kalah excited.

"Really? Dream comes true...."

a/n
Absurd? Maafkan:( aku binggung... Sekali lagi... Aku minta vote nya yaaa comment juga sih hehe.. :v

LOVE in the Unit Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang