Wuaah...(Menguap). Yosh...semuanya,lama gak berjumpa. Pada akhirnya aku lagi yang menjadi naratornya. Ah...ngantuknya, gak sadar nih aku harus kembali melanjutkan sesi dari cerita yang sebelumnya. Oh yah...sorry banget kalo baru sekarang muncul. Penulisnya benar-benar gak dapat inspirasi BLAS....untuk melanjutkannya. (Kalo gak niat berhenti saja Woy...dasar PAYAH!!!).
Oh sorry kawan...jadi basa-basi deh, hehehe...(menggaruk belakang kepala). Baik kita lanjutkan,kembali ke Lap...Top (ikut gaya mas Tukul). Jadi sebelumnya terjadi sebuah pembunuhan pada sekolah Rio. Korban dari pembunuhan sadis tersebut adalah guru mata pelajaran matematika Pak Hassan yang juga merupakan guru Privat Rio.
Kini pihak kepolisisan sedang mendalami motif tersangka dalam pembunuhan tersebut, dan alasan seperti apa yang membuat tersangka melakukan tindak keji tersebut.
Di dalam area kantor Polresta Kediri sedang baramai-ramai menyelesaikan beberapa laporan. Gita kakak perempuan Rio mendapatkan kasus yang sedang dialami oleh sekolah adiknya. Mendapat tugas tersebut Gita diberikan wewenang penuh untuk menindak lanjuti perihal pembunuhan yang terjadi pada Senin tanggal 05 bulan januari 2016 tepatnya di halaman depan UPTD SMAN 1 KANDAT.
***
"Git...Gita..." teriak salah seorang dari kejauhan memanggil namanya.
Gita sempat terhenti saat itu, dan ternyata yang memanggilnya adalah teman pria satu keanggotaan dengannya.
"Oh...ada apa Imam, kenapa kau memanggil ku?" tanya Gita.
"Eh..ehm..gini Git, kamu nanti siang ada waktu gak? Aku ingin traktir kamu makan di salah satu kedai dekat sini gimana? Kamu mau ikut gak?" tanya Imam.
Imam Suryadi adalah salah satu dari sekian banyaknya teman kerja Gita. Ciri-cirinya berbadan tinggi tegap (sudah jelas seorang polisi harus berbada tinggi tegap Goblok!!!), tampan, dan cukup dekat dengan Gita karena sudah berteman semenjak kelas 2 SMA.
"Ehm...Sorry banget loh Mam. Kali ini ku gak bisa, aku lagi sibuk mengurus kasus pembunuhan yang terjadi di sekolah adik laki-lakiku!"
"Maksudmu kasus mutilasi guru itu?"
"Iya Mam..jadi sorry yah aku gak bisa ikut..."
"AH...gak perlu minta maaf, aku juga salah mengajakmu disaaat yang tidak tepat, ya sudah...hari ini gak apa-apa kog..."
"Makasih yah Imam..." lalu Gita pun pergi meninggalkan Imam.
"Huh...padahal ini sudah ke-12 kalinya kau menolak ajakan ku, tapi aku tidak akan menyerah untuk bisa mendapatkan mu Git. Apapun agar aku bisa mendapatkanmu seutuhnya" bisik Imam sambil tersenyum kecil.
Kemudian, Gita kembali ke rumahnya untuk melihat keadaan adiknya. Setelah membuka pintu dengan terburu-buru ia pun mencari adik kesayangannya tersebut.
"Rio...kamu dimana dek? Rio...?"
"Aku disini kak...!" jawab Rio yang terdengar di ruang tengah.
Gita pun berlari menuju adiknya. Tampak Rio tengah terduduk diam dengan wajah yang pucat pasi.
"Dek...kakak sudah dengar soal yang terjadi pada sekolah dan juga gurumu"
"Trus apa yang akan kakak lakukan sekarang? Apa kakak sudah mendapatkan informasi soal sang pembunuh?"
"Tidak, masih belum dek. Kakak masih harus melakukan penyelidikan di TKP!"
Rio pun menunduk dengan raut wajah yang kecewa. Namun...
"Loh kenapa kakak harus ke TKP lagi,bukannya semua bukti sudah dibawa pihak kepolisian setempat. Kenapa tidak kakak kesana?"
"Hm...kakak mengerti, namun ada satu hal yang harus kamu pahami Rio. Meskipun telah 100 kali mengunjungi TKP, kita harus tetap teliti. Karena petunjuk untuk menyelesaikan suatu kasus apalagi kasus berat pun, hanya akan ditemukan di TKP. Karena itu bukanlah hal yang percuma untuk mengunjungi TKP untuk ke sekian ratus kalinya. Ada kemungkinan ditemukan sesuatu yang baru terliat sekarang. Itu mungkin membantu dalam proses pengidentifikasi atas dasar apa yang digunakan tersangka dalam melakukan pembunuhannya!"
YOU ARE READING
PHYSCO.PATH
Mystery / ThrillerBagaimana jadinya bila seorang pembunuh memiliki kekuatan psikis atau telekinesis? Apakah itu dapat menghentikan kegilaan didunia ini? Kurasa tidak...